Sementara itu, Gisel pun membuka matanya yang masih terasa mengantuk.Begitu menyadari dia sedang sendirian di dalam kamar yang gelap dan sosok bibinya tidak terlihat, Gisel pun langsung menangis dan menjerit dengan takut ....George dan Alvin langsung mendengar tangisan Gisel ....George membuka pintu kamar dan menyalakan lampu, lalu melangkah masuk menghampiri Gisel dan menghiburnya ....Karena tidak melihat Wina di dalam kamar, Alvin pun bergegas ke kamar mandi ....Begitu membuka pintu kamar mandi dan melihat darah yang menetes ke atas lantai, serta Wina yang berbaring di dalam bak mandi dengan wajah yang pucat, rasanya jantung Alvin seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik."George, cepat ke sini! Tolong dia!"Alvin bergegas mendekat dan mengangkat tubuh Wina, lalu membaringkannya di atas lantai sambil menekan pergelangan tangan Wina yang berdarah.George pun bergegas ke kamar mandi. Begitu melihat Wina yang pingsan karena habis menyayat pergelangan tangannya, tubuh Geor
Setelah Alvin memerintahkan asistennya, dia membawa mereka semua pindah ke Pulau Santoria ....Alvin juga memborgol tangan Wina ke tempat tidur untuk mencegah wanita itu mencoba bunuh diri lagi.Alvin pun menyuruh para pelayan untuk mengawasi Wina secara ketat selama 24 jam agar Wina tidak bisa bunuh diri dengan menggigit lidahnya ....Setelah menghalangi segala cara yang mungkin Wina gunakan untuk bunuh diri, Alvin pun memerintahkan George untuk merawat Wina.Kali ini, George juga tidak menghentikan pengobatan mata Wina. Dia bahkan menggunakan metode pengobatan terbaik untuk menyembuhkan mata Wina ....Wina memang diam saja disiksa oleh Alvin, tetapi dia masih bertekad untuk mati. Hingga tiga bulan kemudian, George menunjukkan layar sebuah laptop kepada Wina.George pun mengklik judul berita yang muncul di layar, lalu menyerahkan laptop itu kepada Wina. "Tuh, lihat, Jihan menghadiri konferensi pers tentang pembangunan ulang gedung pusat Grup Lionel. Dia masih hidup ...."Video tersebu
Alvin baru pulang saat hari sudah larut malam. Wina memeluk Gisel sambil menunggu pria itu pulang ....Selama tiga bulan ini, Alvin memang jarang bertemu dengan Wina. Sekalipun ada momen Alvin melihat Wina, pria itu pasti akan langsung berbalik badan dan berjalan pergi.Kali ini, begitu membuka pintu vila dan masuk, Alvin melihat Wina dan Gisel yang sedang duduk di ruang tamu sambil menunggunya. Seperti biasa, Alvin tetap mengabaikan Wina.Saat Alvin hendak berjalan pergi, Wina pun angkat bicara, "Aku sudah sembuh, jadi aku berencana pulang besok. Aku ingin membawa Gisel bersamaku."Wina langsung mengatakan permintaannya secara terang-terangan karena dia tidak punya kesabaran untuk meladeni Alvin.Alvin pun berhenti berjalan dan menoleh menatap Wina. "Dia 'kan bukan anakmu, jadi kenapa kamu membawanya pergi?""Gisel adalah anak kakakku, aku ini bibinya," jawab Wina dengan tenang. "Aku berhak mengasuh anak ini, jadi aku boleh membawanya pergi.""Maksudmu, aku nggak berhak membesarkannya
Wina tidak tahu perubahan hubungan Gisel dengan Alvin karena selama ini diborgol ke tempat tidurnya. Itu sebabnya dia merasa sedih dengan kepekaan Gisel."Gisel, dia ...."Namun, belum sempat Wina selesai bicara, Gisel sudah meronta-ronta minta turun dari atas pangkuannya. Gisel pun merentangkan tangannya, meminta Alvin menggendongnya.Bukan hanya Alvin tidak menolak, pria itu juga langsung menggendong Gisel.Gisel pun meringkuk nyaman dalam gendongan Alvin, lalu melambaikan tangan mungilnya yang montok ke arah Wina."Pulanglah, Bibi. Jangan khawatir."Wina terkejut sekali melihat Alvin yang menggendong Gisel.Wina sudah bertekad akan memperjuangkan hak asuh Gisel, tetapi Gisel sendiri yang ternyata ingin berada di sisi Alvin.Wina pun hanya diam menatap mereka berdua. Entah kenapa, makin diperhatikan, makin mereka berdua terlihat mirip ....Tiba-tiba, sebuah kemungkinan pun terlintas dalam benak Wina. Jangan-jangan ... Gisel adalah anak Vera dengan Alvin?Wina sontak merasa kaget deng
Wina berdiri menatap Jihan sambil menangis.Jihan berdiri diam sambil menatap Wina sejenak, lalu berjalan menghampiri wanita itu ....Wina pun bergegas menyapa Jihan sambil menangis. "Jihan, aku ...."Akan tetapi, ekspresi Jihan terlihat dingin. Pria itu juga langsung berjalan melewatinya.Wina sontak tertegun. Air matanya kembali mengalir turun.Wina pun berbalik badan dan menatap sosok Jihan yang berjalan menuruni tangga dengan dikawal oleh para pengawalnya dengan tidak percaya. Jihan sama sekali tidak menoleh ke belakang.Jihan terlihat begitu cuek dan acuh tak acuh. Entah kenapa sosok Jihan jadi terasa sulit digapai ....Wina menatap punggung Jihan dengan begitu tidak berdaya, rasanya seperti berada dalam mimpi buruk seperti waktu itu ....Dia pasti sudah mati, 'kan? Wina tidak kuat menerima kenyataan di mana Jihan tidak mencintainya. Karena Wina tidak bisa memutar ulang waktu, setidaknya dia berharap Jikan akan mencintainya dalam mimpinya ....Akan tetapi, mimpi itu malah berakhir
Wina menunggu jawaban Jihan selama beberapa saat, tetapi pria itu tidak kunjung bersuara. Akhirnya, Wina pun tersenyum dengan getir ...."Aku mengerti, kamu ... nggak menginginkanku lagi ...."Wina mengusap air matanya dan mundur selangkah. Air mata kekecewaan pun mengalir turun dengan deras ....Namun, Wina tidak langsung berjalan pergi. Dia tetap berdiri diam di sana sambil menatap Jihan di hadapannya dan berujar lagi dengan lembut."Tapi, bisakah kamu memberiku alasannya? Satu saja."Jihan benar-benar terlihat seperti sosok yang sulit untuk digapai.Wina tahu bahwa jarak di antara mereka begitu besar bagai langit dan bumi, akan sulit sekali bagi mereka untuk bersama lagi.Namun, setelah menerima secercah harapan pada waktu itu, Wina ingin meraih harapan itu dan mendapatkan jawaban yang mungkin bisa menyelamatkannya.Sayangnya, Jihan menghancurkan harapannya. Jihan sama sekali tidak menjawab atau menatap Wina seolah-olah pria itu sengaja bersikap dalam diam untuk mengusir Wina.Seola
Sementara itu, Jihan yang berada di dalam mobil Koenigsegg pun menatap sosok Wina yang berjongkok melalui kaca spion ....Saat Wina tidak terlihat lagi dengan jelas, tiba-tiba Jihan mengendurkan kepalan tangannya dan berseru."Berhenti!"Si sopir pun langsung menginjak rem dan belasan mobil mewah di belakangnya pun segera berhenti.Jihan mengambil mantel hitamnya dengan jari yang gemetar, lalu membuka pintu mobil dan bergegas menghampiri Wina.Jihan pun berdiri di hadapan Wina, kakinya menginjak genangan air itu. Begitu mendengar tawa Wina yang tidak biasa, jantung Jihan sontak berdebar."Wina ...."Jihan akhirnya memanggil nama Wina. Wina yang sedang berjongkok itu tampak agak gemetar, tetapi dia tidak berani mengangkat kepalanya.Jihan menatap tubuh Wina yang kurus, sorot tatapannya yang dingin seketika berubah menjadi lembut dan penuh rasa iba.Jihan berlutut satu kaki di hadapan Wina, lalu membuka lipatan mantelnya dan menyelimuti tubuh kurus Wina."Kenapa kamu memakai pakaian seti
Saat Jihan hendak menjawab, tiba-tiba Wina mencengkeram lengan baju Jihan dan menjelaskan dengan berapi-api."Nggak, aku nggak bersamanya!""Dialah yang memberiku obat tidur dan membawaku ke Britton!""Dia berbohong kepadaku dan mengatakan kamu sudah mati. Aku pikir kamu benar-benar mati, jadi aku meminta dipulangkan untuk menemuimu!""Tapi, dia malah mengancamku dan memintaku berpura-pura menjadi Vera. Aku nggak setuju dan mencoba bunuh diri, tapi dia membohongiku dengan bilang aku ini hamil!"Wina pun menyentuh perutnya dan berseru dengan pilu kepada Jihan."Aku menyetujui syarat darinya karena kupikir aku akhirnya berhasil hamil anakmu! Aku berniat melahirkan anakmu!""Tapi, sebulan kemudian, ternyata ketahuan kalau aku nggak hamil!""Dia membohongiku! Dia sengaja menipuku!"Wina akhirnya kembali tenang setelah berseru seperti itu, lalu dia menatap Jihan yang tampak tertegun. Wina pun tersenyum dan berujar lagi, "Kamu tahu nggak gimana caranya aku bisa pulang?"Jihan hanya terdiam m