Apa Jihan merasa inilah saatnya untuk membereskan Yuno?Kebetulan sekali Daris juga menyimpan dendam terhadap Yuno. Dengan kata lain, Jihan menyuruh Daris untuk membalaskan dendam mereka berdua?"Tenang saja, serahkan semuanya padaku, Pak Jihan," jawab Daris tanpa rasa keberatan.Setelah memberikan instruksi, Jihan pun berusaha bangun, tetapi dia ternyata tidak bisa bergerak. Hanya jari-jemarinya saja yang bisa digerakkan, itu pun sedikit sekali.Jihan mengepalkan tangannya dan mencoba mengerahkan tenaga di jari-jemarinya, tetapi percuma saja.Begitu melihat wajah Jihan yang basah oleh keringat, Daris langsung menyadari bahwa Jihan sedang berusaha untuk bangun. Dia pun bergegas menghampiri Jihan dan menghentikannya."Pak Jihan, Pak Jihan baru saja siuman, jadi wajar kalau Pak Jihan belum bisa bergerak. Pak Jihan masih harus istirahat dan perlu menjalani fisioterapi ...."Setelah beberapa kali untuk bangun dan tetap berakhir gagal, Jihan akhirnya menyerah ....Dia mengernyit mengingat s
Saat Jihan membuka matanya lagi, hari sudah berganti. Semua anggota Keluarga Lionel sudah memadati kamarnya dan menyambutnya dengan bahagia.Keluarga Lionel tahu bahwa Jihan menyukai suasana yang hening, jadi mereka hanya berdiri diam di samping ranjang. Namun, saking heningnya suasana kamar Jihan, justru malah terasa seperti sedang ada rapat keluarga.Seorang pria tua berusia 75 tahun duduk di depan ranjang rumah sakit, tubuhnya dibalut oleh satu setel jas dan kakinya tertutupi oleh sepasang sepatu kulit. Walaupun rambutnya sudah beruban, wajahnya terlihat bugar. Tubuhnya tampak tegap dan energik. Dia menatap Jihan yang terlihat pucat dan tirus dengan mata yang terlihat berkaca-kaca ....Pria tua itu mencengkeram tongkat jalannya dengan erat sambil berkata dengan suara yang agak tercekat, "Terima kasih sudah bertahan, Jihan."Suara pria tua itu sudah berubah dimakan waktu, tetapi tetap terdengar kuat dan berwibawa.Bukan hanya suaranya, aura yang terpancar dari tubuhnya juga terasa be
Sementara itu, di Norwen. Sinar matahari yang terbit menembus melalui kaca jendela vila dan menerangi bagian dalam rumah yang terbuat dari batu bata itu.Sinar matahari membuat Wina tampak seperti sosok dalam lukisan dari kejauhan. Punggungnya yang langsing tertutup oleh rambut panjangnya yang bergelombang.Wina memeluk Gisel sambil meraba-raba roti di piring, lalu merobeknya sedikit demi sedikit dengan tangannya yang mengenakan sarung tangan dan menyodorkan potongan roti itu ke mulut Gisel.Gisel pun menjulurkan lehernya untuk memakan suapan roti panggang dari bibinya. Setelah menggigit roti panggang yang lembut, dia menengadah menatap Alvin yang duduk di hadapannya.Alvin tampak sibuk memotong-motong steaknya dengan pisau dan garpu, lalu menyodorkan sepotong ke mulut Wina."Vera, buka mulutmu."Gisel sontak bertanya-tanya. Paman George bilang ibunya bernama Vera dan bibinya bernama Verina.Namun, akhir-akhir ini Paman Aneh selalu memanggil bibinya Vera. Gisel jadi bingung wanita ini
"Jihan sudah sadar," ulang asisten itu dengan tubuh gemetar ketakutan.Alvin terkejut beberapa detik, lalu kembali ke ekspresi normal seolah-olah dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Dia tidak terlalu ambil pusing.Dengan santai Alvin mengambil serbet di meja makan dan menyeka bubur di jarinya ....Setelah menyeka hingga bersih, dia mengangkat kepalanya, melihat ke arah kamera pengintai dan berkata pada asistennya, "Karena sudah bangun, sekarang waktunya kita kasih dia hadiah."Alvin yakin Jihan akan sangat senang setelah melihat hadiah darinya, bahkan mungkin Jihan akan jatuh koma lagi karena terlalu bahagia ....Alvin mulai menantikan reaksi Jihan ....Jihan yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit melihat video rekaman kamera pengawas yang diunggah di ponselnya. Hatinya hancur, kesedihan yang hebat menyerangnya.Dengan ujung jari yang gemetar, Jihan mengklik video pertama. Video itu memperlihatkan Alvin yang menyuapi Wina. Jihan yang tidak bisa mengontrol diri mulai mengklik
Zeno terkesan sekali melihat cara Daris memaksa Wilson untuk mengungkapkan keberadaan Alvin. Zeno pun menepuk bahu Daris. "Hei, bergabunglah dengan kami."Daris menutup pintu mobil dan menyuruh si sopir untuk mengantar Wilson sekeluarga ke rumah sakit, lalu dia menoleh menatap Zeno sambil berkata, "IQ-ku nggak bagus ...."Zeno sontak menggaruk bagian belakang kepalanya. Jika Daris bilang IQ-nya kurang bagus, itu berarti IQ Zeno juga hanya rata-rata. Jika tidak, mana mungkin Zeno tidak berhasil menemukan di mana Alvin setelah sekian lama?Meski Zeno masih meragukan IQ-nya, dia langsung memerintahkan anak buahnya menyiapkan pesawat khusus dan terbang ke Norwen bersama pasukannya ....Asisten Alvin yang selalu mengawasi berita di Britton, mengetahui bahwa Wilson telah membocorkan keberadaan mereka, dia langsung berlari ke ruang kerja Alvin untuk melapor."Pak Alvin, orang-orang Jihan sudah menemukan vila Britton, mereka menangkap keluarga Tuan Wilson dan memaksanya untuk mengungkapkan keb
Zeno dan Daris menatap helikopter yang melaju cepat, lalu saling bertatapan.Setelah Zeno menekan amarah di hatinya, dia segera memerintahkan seseorang untuk melacak rute helikopter.Keduanya kembali ke vila, berniat menelusuri rute dan mencari petunjuk agar bisa mengejar Alvin.Anak buahnya menemukan rekaman suara, rekaman video dan catatan bertuliskan 'Untuk Jihan' dari kamar tidur Wina."Tuan Zeno, dua barang ini ada di bawah kertas catatan. Sepertinya Nona Wina bermaksud memberikannya pada Tuan Jihan."Zeno menerima ketiga benda itu, lalu memainkan rekaman suara. Begitu mendengar suara yang begitu akrab, Zeno tercengang dan menatap tidak percaya, dia mendongak dan bertanya pada Daris, "Ini ...."Daris terkesiap, "Ini suara Nona Wina ...."Daris mengambil rekaman video dari tangan Zeno, mentransfernya ke USB dan memasukkannya ke komputer.Saat mereka berdua melihat video, jantung mereka seolah berhenti berdetak ....Daris meremas kedua benda ini dan berkata kepada Zeno, "Kejar Alvin
Setelah Helikopter Alvin berhenti di puncak gunung, dia langsung pindah ke helikopter lain. Akhirnya setelah beberapa kali berpindah, mereka sampai di Suarna.Setelah Wina dibawa secara paksa ke dalam vila, dia menyerahkan Gisel di pelukannya kepada George. "Tolong jaga Gisel, biar aku bicara dulu dengannya."George tahu bahwa Wina ingin menyelesaikan masalah dengan Alvin karena Wina sudah tahu dia dibohongi. George pun menggendong Gisel dan memberikan privasi bagi mereka berdua.Setelah George membawa Gisel pergi, Wina dibantu pelayannya, meraba-raba dan duduk di sofa di ruang tamu.Setelah duduk, Wina memaksa matanya yang hanya bisa melihat sedikit cahaya untuk berjuang menemukan keberadaan Alvin.Setelah menemukannya, dia membuka bibir merahnya dan bertanya kepada Alvin dengan suara datar, "Kamu sudah janji setelah satu bulan berlalu akan mengizinkanku pulang ke Alvinna. Sekarang kamu menipuku dengan membawaku ke Suarna. Sebenarnya apa maumu?"Alvin sedang mengambil sebatang rokok d
Kebaikan hati Gisel pun membuat hati Wina yang sudah putus asa kembali menghangat.Wina tidak ingin memperlihatkan ketidakberdayaannya di depan Gisel, jadi dia menekan rasa sakit hatinya, bangkit berdiri dan mengelus kepala Gisel."Bibi jangan nangis, ayo kita balik ke kamar."Wina mengiakan singkat, lalu Gisel pun mengulurkan tangan mungilnya dan mengajak Wina kembali ke kamar ....Entah karena habis menangis atau karena terlalu terbawa emosi, tidak lama setelah Wina masuk ke kamar, perut bagian bawahnya mendadak terasa nyeri.Rasa nyeri ini bukan karena pergerakan janin, melainkan seperti nyeri saat datang bulan ....Di saat Wina masih bertanya-tanya, tiba-tiba dia tertegun saat merasakan ada sesuatu yang mengalir keluar dari perut bagian bawahnya ....Selain meresepkan obat untuk mata Wina, George juga meresepkan obat penjaga kandungan, suplemen nutrisi dan sejenisnya.Selama ini, Wina memang tidak pernah meragukan kehamilannya karena terkadang dia suka mual-mual di pagi hari. Walau