Setelah Helikopter Alvin berhenti di puncak gunung, dia langsung pindah ke helikopter lain. Akhirnya setelah beberapa kali berpindah, mereka sampai di Suarna.Setelah Wina dibawa secara paksa ke dalam vila, dia menyerahkan Gisel di pelukannya kepada George. "Tolong jaga Gisel, biar aku bicara dulu dengannya."George tahu bahwa Wina ingin menyelesaikan masalah dengan Alvin karena Wina sudah tahu dia dibohongi. George pun menggendong Gisel dan memberikan privasi bagi mereka berdua.Setelah George membawa Gisel pergi, Wina dibantu pelayannya, meraba-raba dan duduk di sofa di ruang tamu.Setelah duduk, Wina memaksa matanya yang hanya bisa melihat sedikit cahaya untuk berjuang menemukan keberadaan Alvin.Setelah menemukannya, dia membuka bibir merahnya dan bertanya kepada Alvin dengan suara datar, "Kamu sudah janji setelah satu bulan berlalu akan mengizinkanku pulang ke Alvinna. Sekarang kamu menipuku dengan membawaku ke Suarna. Sebenarnya apa maumu?"Alvin sedang mengambil sebatang rokok d
Kebaikan hati Gisel pun membuat hati Wina yang sudah putus asa kembali menghangat.Wina tidak ingin memperlihatkan ketidakberdayaannya di depan Gisel, jadi dia menekan rasa sakit hatinya, bangkit berdiri dan mengelus kepala Gisel."Bibi jangan nangis, ayo kita balik ke kamar."Wina mengiakan singkat, lalu Gisel pun mengulurkan tangan mungilnya dan mengajak Wina kembali ke kamar ....Entah karena habis menangis atau karena terlalu terbawa emosi, tidak lama setelah Wina masuk ke kamar, perut bagian bawahnya mendadak terasa nyeri.Rasa nyeri ini bukan karena pergerakan janin, melainkan seperti nyeri saat datang bulan ....Di saat Wina masih bertanya-tanya, tiba-tiba dia tertegun saat merasakan ada sesuatu yang mengalir keluar dari perut bagian bawahnya ....Selain meresepkan obat untuk mata Wina, George juga meresepkan obat penjaga kandungan, suplemen nutrisi dan sejenisnya.Selama ini, Wina memang tidak pernah meragukan kehamilannya karena terkadang dia suka mual-mual di pagi hari. Walau
Sementara itu, Gisel pun membuka matanya yang masih terasa mengantuk.Begitu menyadari dia sedang sendirian di dalam kamar yang gelap dan sosok bibinya tidak terlihat, Gisel pun langsung menangis dan menjerit dengan takut ....George dan Alvin langsung mendengar tangisan Gisel ....George membuka pintu kamar dan menyalakan lampu, lalu melangkah masuk menghampiri Gisel dan menghiburnya ....Karena tidak melihat Wina di dalam kamar, Alvin pun bergegas ke kamar mandi ....Begitu membuka pintu kamar mandi dan melihat darah yang menetes ke atas lantai, serta Wina yang berbaring di dalam bak mandi dengan wajah yang pucat, rasanya jantung Alvin seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik."George, cepat ke sini! Tolong dia!"Alvin bergegas mendekat dan mengangkat tubuh Wina, lalu membaringkannya di atas lantai sambil menekan pergelangan tangan Wina yang berdarah.George pun bergegas ke kamar mandi. Begitu melihat Wina yang pingsan karena habis menyayat pergelangan tangannya, tubuh Geor
Setelah Alvin memerintahkan asistennya, dia membawa mereka semua pindah ke Pulau Santoria ....Alvin juga memborgol tangan Wina ke tempat tidur untuk mencegah wanita itu mencoba bunuh diri lagi.Alvin pun menyuruh para pelayan untuk mengawasi Wina secara ketat selama 24 jam agar Wina tidak bisa bunuh diri dengan menggigit lidahnya ....Setelah menghalangi segala cara yang mungkin Wina gunakan untuk bunuh diri, Alvin pun memerintahkan George untuk merawat Wina.Kali ini, George juga tidak menghentikan pengobatan mata Wina. Dia bahkan menggunakan metode pengobatan terbaik untuk menyembuhkan mata Wina ....Wina memang diam saja disiksa oleh Alvin, tetapi dia masih bertekad untuk mati. Hingga tiga bulan kemudian, George menunjukkan layar sebuah laptop kepada Wina.George pun mengklik judul berita yang muncul di layar, lalu menyerahkan laptop itu kepada Wina. "Tuh, lihat, Jihan menghadiri konferensi pers tentang pembangunan ulang gedung pusat Grup Lionel. Dia masih hidup ...."Video tersebu
Alvin baru pulang saat hari sudah larut malam. Wina memeluk Gisel sambil menunggu pria itu pulang ....Selama tiga bulan ini, Alvin memang jarang bertemu dengan Wina. Sekalipun ada momen Alvin melihat Wina, pria itu pasti akan langsung berbalik badan dan berjalan pergi.Kali ini, begitu membuka pintu vila dan masuk, Alvin melihat Wina dan Gisel yang sedang duduk di ruang tamu sambil menunggunya. Seperti biasa, Alvin tetap mengabaikan Wina.Saat Alvin hendak berjalan pergi, Wina pun angkat bicara, "Aku sudah sembuh, jadi aku berencana pulang besok. Aku ingin membawa Gisel bersamaku."Wina langsung mengatakan permintaannya secara terang-terangan karena dia tidak punya kesabaran untuk meladeni Alvin.Alvin pun berhenti berjalan dan menoleh menatap Wina. "Dia 'kan bukan anakmu, jadi kenapa kamu membawanya pergi?""Gisel adalah anak kakakku, aku ini bibinya," jawab Wina dengan tenang. "Aku berhak mengasuh anak ini, jadi aku boleh membawanya pergi.""Maksudmu, aku nggak berhak membesarkannya
Wina tidak tahu perubahan hubungan Gisel dengan Alvin karena selama ini diborgol ke tempat tidurnya. Itu sebabnya dia merasa sedih dengan kepekaan Gisel."Gisel, dia ...."Namun, belum sempat Wina selesai bicara, Gisel sudah meronta-ronta minta turun dari atas pangkuannya. Gisel pun merentangkan tangannya, meminta Alvin menggendongnya.Bukan hanya Alvin tidak menolak, pria itu juga langsung menggendong Gisel.Gisel pun meringkuk nyaman dalam gendongan Alvin, lalu melambaikan tangan mungilnya yang montok ke arah Wina."Pulanglah, Bibi. Jangan khawatir."Wina terkejut sekali melihat Alvin yang menggendong Gisel.Wina sudah bertekad akan memperjuangkan hak asuh Gisel, tetapi Gisel sendiri yang ternyata ingin berada di sisi Alvin.Wina pun hanya diam menatap mereka berdua. Entah kenapa, makin diperhatikan, makin mereka berdua terlihat mirip ....Tiba-tiba, sebuah kemungkinan pun terlintas dalam benak Wina. Jangan-jangan ... Gisel adalah anak Vera dengan Alvin?Wina sontak merasa kaget deng
Wina berdiri menatap Jihan sambil menangis.Jihan berdiri diam sambil menatap Wina sejenak, lalu berjalan menghampiri wanita itu ....Wina pun bergegas menyapa Jihan sambil menangis. "Jihan, aku ...."Akan tetapi, ekspresi Jihan terlihat dingin. Pria itu juga langsung berjalan melewatinya.Wina sontak tertegun. Air matanya kembali mengalir turun.Wina pun berbalik badan dan menatap sosok Jihan yang berjalan menuruni tangga dengan dikawal oleh para pengawalnya dengan tidak percaya. Jihan sama sekali tidak menoleh ke belakang.Jihan terlihat begitu cuek dan acuh tak acuh. Entah kenapa sosok Jihan jadi terasa sulit digapai ....Wina menatap punggung Jihan dengan begitu tidak berdaya, rasanya seperti berada dalam mimpi buruk seperti waktu itu ....Dia pasti sudah mati, 'kan? Wina tidak kuat menerima kenyataan di mana Jihan tidak mencintainya. Karena Wina tidak bisa memutar ulang waktu, setidaknya dia berharap Jikan akan mencintainya dalam mimpinya ....Akan tetapi, mimpi itu malah berakhir
Wina menunggu jawaban Jihan selama beberapa saat, tetapi pria itu tidak kunjung bersuara. Akhirnya, Wina pun tersenyum dengan getir ...."Aku mengerti, kamu ... nggak menginginkanku lagi ...."Wina mengusap air matanya dan mundur selangkah. Air mata kekecewaan pun mengalir turun dengan deras ....Namun, Wina tidak langsung berjalan pergi. Dia tetap berdiri diam di sana sambil menatap Jihan di hadapannya dan berujar lagi dengan lembut."Tapi, bisakah kamu memberiku alasannya? Satu saja."Jihan benar-benar terlihat seperti sosok yang sulit untuk digapai.Wina tahu bahwa jarak di antara mereka begitu besar bagai langit dan bumi, akan sulit sekali bagi mereka untuk bersama lagi.Namun, setelah menerima secercah harapan pada waktu itu, Wina ingin meraih harapan itu dan mendapatkan jawaban yang mungkin bisa menyelamatkannya.Sayangnya, Jihan menghancurkan harapannya. Jihan sama sekali tidak menjawab atau menatap Wina seolah-olah pria itu sengaja bersikap dalam diam untuk mengusir Wina.Seola