Alvin berdiri di depan pintu sambil menatap Wina dari kejauhan. Begitu melihat sorot tatapan Wina yang seolah kehilangan harapan hidup, ekspresi Alvin pun sontak menjadi lebih serius.Dia berjalan menghampiri Wina lagi, lalu mencengkeram wajah Wina dan menatap wanita itu dengan dingin, "Kamu berniat mati bersamanya?"Wina hanya balas memandang Alvin dengan air mata yang berlinang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia menjawab pertanyaan Alvin dalam hati.Seolah bisa membaca isi hati Wina, Alvin pun berkata dengan bengis, "Jangan berani-beraninya berpikir untuk mati bersamanya! Aku nggak akan pernah membiarkan kamu mati!""Kenapa?" tanya Wina dengan putus asa.Siapa Alvin sampai dia berhak menghalangi keputusan Wina?Alvin pun sedikit membungkuk dan mendekat ke arah Wina. "Pokoknya, kamu harus tetap hidup untuk menjaga jantung kakakmu!"Wina pun terkekeh dengan air mata yang terus mengalir turun.Alvin sontak terkejut sesaat dengan ekspresi Wina yang terlihat seperti orang gila. "Ke
Untuk mencegah Wina bunuh diri, Alvin menyuruh orang untuk merantai tangan dan kaki Wina ke tempat tidur.Wina terbaring diam di atas kasur sambil menoleh memandang pemandangan laut di luar jendelanya dengan tatapan kosong seolah-olah tidak bernyawa lagi.Para pelayan yang ditugasi mengawasi Wina pun tidak tahu apa yang ada dalam benak Wina. Yang jelas, Wina tidak bisa berhenti menangis sekalipun air matanya sampai sudah tidak bisa keluar lagi ....Wina hanya menangis dalam diam, dia benar-benar terlihat seperti orang sekarat.Satu minggu pun berlalu begitu saja. Wina mogok makan dan minum untuk membuat dirinya mati kelaparan dan dehidrasi ....Sayangnya, Alvin tidak akan membiarkan Wina mati. Dia terus memerintahkan George untuk menginfus Wina sehingga tubuh yang sudah kurus kering itu dipaksa untuk tetap bertahan hidup ....Saat George sedang mengganti botol infus, dia menyadari tatapan Wina yang kosong. Jantungnya pun langsung berdebar dengan kencang.George melambai-lambaikan tanga
"Kamu sebegitu kangen padanya?" tanya Alvin sambil menatap Wina.Wina tetap diam, ekspresinya terlihat datar. Dia benar-benar mengabaikan Alvin.Alvin juga tidak ambil pusing. Dia menyilangkan kakinya, lalu menatap punggung Wina. "Dulu waktu kutanya apa kamu mencintai Jihan, kamu bilangnya nggak. Kenapa sekarang kamu mendadak mencintainya setengah mati begini setelah beberapa bulan nggak ketemu?"Alvin tahu Wina tidak akan menjawabnya, jadi dia menjawab sendiri pertanyaannya, "Itu karena kamu munafik. Kamu menolak mengakui rasa cintamu untuknya. Sekarang kamu sadar kamu begitu merindukannya, itu makanya kamu berniat mati bersamanya. Aneh banget ...."Alvin menilai perasaan Wina seolah-olah dia maha tahu, lalu bertanya lagi dengan ragu, "Tapi, ada satu hal yang masih nggak kumengerti ...."Alvin pun meletakkan kakinya dan bangkit berdiri dari atas sofa, lalu menumpukan salah satu lututnya di tepi kasur dan menegakkan tubuh Wina agar wanita itu menghadapnya."Aku sudah mencari tahu soal
Fisik Wina makin lemah dan tak berdaya, bahkan untuk mengambil segelas air saja tidak mampu.George memberikan berbagai macam infus untuk berusaha mempertahankan hidup Wina, tetapi Wina sendiri sebenarnya sudah tidak ingin hidup.Begitu melihat sorot tatapan Wina yang tampak kosong dan redup, George mendadak berhenti menusukkan jarum infus.George pun melepas infus itu dan berbalik menghadap Alvin yang selalu mengawasinya karena takut George akan bicara macam-macam."Alvin, lepaskan sajalah dia. Dia nggak mungkin bertahan lagi ...."Alvin yang duduk bersandar di sofa pun menatap Wina yang tidak sadar dengan tenang."Aku nggak peduli kamu mau pakai cara apa, pokoknya dia nggak boleh sampai mati!""Kamu tahu betul kalau mau dia bertahan hidup, kamu harus mengatakan kebenarannya bahwa Jihan masih hidup."Britton adalah negara yang berisikan para pria sejati. George tidak terima dengan sikap Alvin yang selalu melecehkan dan merendahkan wanita, dia juga tidak dapat memahami perilaku Alvin.
Akan tetapi, Wina masih tidak percaya. Bukannya harusnya ada gejala awal seandainya dia memang hamil? Wina bahkan tidak merasakan apa-apa, jadi bagaimana mungkin dia hamil ....Wina pun berusaha mengangkat tangannya dengan susah payah untuk menyentuh perutnya. "Kok kamu bisa tahu ini sudah sebulan ...."George pun kembali menatap Alvin. Dia tahu Alvin tidak mungkin membiarkannya bicara jujur, jadi George terpaksa terus membohongi Wina. "Nona Wina, aku ini seorang dokter. Aku tahu karena aku bisa memeriksanya ...."Sebenarnya, George hanya menebak berdasarkan waktu. Sudah 20 hari berlalu semenjak Alvin membawa Wina kembali. Sebelum Alvin membawanya, Wina pasti bersama Jihan. Jadi, George hanya bisa mengira-ngira waktunya.Jika Wina menjawab mereka belum pernah melakukannya, maka George akan mengaku bahwa dia sengaja berbohong semata-mata agar Wina tetap hidup.Namun, Wina yang balik mempertanyakan bagaimana George bisa tahu membuat George menyadari bahwa asumsinya benar.George berharap
Setelah itu, Alvin segera menghubungi Tuan Wilson untuk menyiapkan pesawat khusus.Kemudian dia memerintahkan anak buahnya untuk menghapus rute tersebut dan meninggalkan Britton dengan tenang.Saat rombongan mereka tiba di Norwen, hari sudah larut malam.Pelayan itu turun dari pesawat khusus dengan menggendong Wina di punggungnya. Wina terlihat sangat kurus diterpa angin dingin.Alvin, yang berjalan di belakang, melihatnya lalu membuka mantel di lengannya dan menyelimuti Wina ....Gerakan ini terlihat oleh George dan membuatnya agak heran, tapi dia tidak berkata apa-apa dan mengikuti dari belakang dengan kepala tertunduk.Cuaca di Norwen sangat dingin, suhunya beberapa derajat di bawah nol. Sejak turun dari pesawat hingga keluar dari bandara, Wina kedinginan hingga menggigil hanya dalam beberapa puluh menit.Sopir di vila Norwen menjemput mereka, di dalam mobil pemanas dinyalakan, namun tetap tidak bisa menghilangkan rasa dingin di tubuh Wina ....Mata Alvin terlihat menahan marah keti
Orang-orang di dalam mobil terdiam ketika mereka sampai di vila milik Alvin di Norwen, tempat yang sangat terpencil bahkan tanpa sinyal.Setelah Alvin meminta pelayan untuk membawa Wina dan anak itu ke kamar masing-masing, dia mengambil sebungkus rokok dan melemparkannya ke George. Keduanya mengenakan mantel mereka dan berjalan keluar vila.Alvin mengapit rokok di mulut dan menyalakan korek api. Dia menyalakan untuk George terlebih dulu, kemudian untuk dirinya sendiri. Keduanya mengepulkan asap dan tetap diam.George memanfaatkan cahaya redup dan suhu dingin di Norwen untuk melihat ke arah Alvin, yang berdiri melawan cahaya, "Apa yang akan kamu lakukan?"Alvin tetap tenang dan mengangkat alisnya, "Apa yang aku lakukan?"George memasukkan tangannya yang membeku ke dalam saku jas hitamnya, "Kamu merebut anak Vera, kemudian merebut Nona Wina. Apakah kamu berencana untuk hidup seperti ini selama sisa hidupmu?"Alvin mengisap rokok dan bertanya pada George, "Memangnya nggak boleh"Mendengar
Wina masih tidak mau bicara dan George tidak memaksanya. Pada hari-hari berikutnya, George sering datang mengunjungi Wina sambil menggendong Gisel.Pada siang hari, Gisel akan berbaring di depan tempat tidur Wina dan bermain dengannya."Bibi, kamu terlihat seperti boneka yang dibelikan ayahku. Boneka itu sama seperti kamu, cantik, tapi nggak dapat berbicara ...."Wina tidak tahu bagaimana George meyakinkan Gisel. Hanya pertama kali mereka bertemu Gisel memanggilnya Ibu kemudian berubah menjadi memanggil Bibi.Hati Wina terasa hangat setiap kali Gisel memanggilnya Bibi, ketika tidur malam hari, Wina selalu memeluk erat tubuh mungil Gisel.Seolah Wina menemukan perahu yang terapung , siap mengajaknya berlayar untuk melihat pemandangan yang indah.Wina menunduk dan menatap anak dalam perutnya, ingin melihat seperti apa dia ....Namun, dia tidak dapat melihat dan penyesalan diam-diam muncul lagi di hatinya...Akankah cahaya kembali setelah kematian?Jika tidak, apakah dia tidak akan bisa m