Jihan menunduk dan menatap sepasang mata Wina."Kamu khawatir sama aku?"Jihan bertanya dengan suara santainya yang memikat seolah mencoba mengelabui Wina agar memberikan jawaban yang ingin dia dengar.Wina tidak tersihir, dia menatap Jihan lekat-lekat dan melirik dari atas ke bawah ....Mata indah nan jernih Jihan saat ini sudah tidak terlalu merah.Bibir Jihan terlihat memerah karena terkena lipstik Wina, tapi dari wajah pucat Jihan, Wina tahu kalau pria ini sedang tidak baik-baik saja.Perasaan Wina jadi tidak karuan saat melihat kondisi Jihan seperti ini, emosi berkecamuk dalam hatinya. Saat Wina ingin bicara, tiba-tiba Jihan mencondongkan tubuh ke arahnya.Aroma lembut Jihan membuat Wina gemetar dan spontan membuatnya memojokkan diri ke arah jendela mobil.Begitu punggungnya menempel ke jendela mobil, Wina melihat ujung jari Jihan yang lentik dan terawat menyentuh pipinya dengan lembut dan menempel di jendela mobil.Di depan Wina yang terpojok, Jihan menunduk dan berkata, "Wina, j
Kata 'oh' yang bermakna ini membuat Wina sangat malu.Sebelum Wina sempat meluruskan kesalahpahaman ini, Lilia sudah lebih dulu mengatakan hal yang lebih memalukan."Wina, jangan khawatir. Tubuh Pak Jihan sangat kuat, kalian pasti bisa punya anak tanpa halangan."Wina sontak terdiam.Loh, memangnya dia ada bilang khawatir Jihan tidak bisa punya anak atau semacamnya?Dia ... dia cuma ... cuma ....Wina refleks menatap Jihan yang berada di sampingnya. Ekspresi tegang di wajah pria itu membuat Wina menelan kembali kata-katanya.Jihan menutup telepon, lalu mengembalikan ponsel itu pada Wina. Setelah itu Jihan mengelus rambut Wina beberapa kali, lalu duduk tegak.Jihan tidak mengatakan apa-apa, hanya diam-diam menyalakan mobil dan melaju menuju vilanya Sara ....Suasana romantis di mobil perlahan memudar, yang tersisa hanya wajah Jihan yang terlihat kesepian.Wina melirik Jihan dari sudut matanya. JIhan menyadari gelagat Wina dan tiba-tiba melepaskan sebelah tangannya dari kemudi untuk meng
Di bawah remang lampu jalan, Jihan yang begitu memesona memeluk seorang wanita bertubuh mungil dan menciumnya dalam-dalam tanpa ragu-ragu.Wina terpaksa mengangkat dagunya untuk menahan ciuman Jihan yang gila dan nakal, lalu menatapnya dengan mata jernih dan cerah."Jihan."Saat ada sedikit jarak antara kedua bibir mereka, Wina langsung mengambil kesempatan itu untuk mendorong Jihan menjauh, "Kamu mau apa?"Tatapan Jihan masih kabur. Setelah mendengar pertanyaan Wina, Jihan pun perlahan-lahan membuang nafsunya. "Maaf."Jihan melepaskan pinggang ramping Wina dan mundur selangkah untuk menjauhkan diri dari Wina. Namun, tiba-tiba tubuhnya limbung.Untung di belakangnya ada mobil sehingga Jihan bisa bersandar pada kekuatan pintu mobil ....Sakit kepala yang dideritanya beberapa hari terakhir ini tidak bisa dikontrol. Jihan mengangkat tangan dan hendak memijat pelipisnya.Namun, saat matanya bertatapan dengan Wina, tangannya spontan malah mengelus rambut Wina.Jihan menahan rasa sakit yang
Sekarang setelah Wina punya aset sekitar 20 miliar dari dana proyek NASA, dia punya cukup uang untuk membalas budi Pak Sam.Dalam beberapa bulan terakhir, kalau bukan karena Sam yang mengajarinya untuk berhati-hati, tidak mungkin Wina bisa tumbuh begitu cepat.Setelah itu, Wina menyalakan komputer dan mengklik berbagai aplikasi terkait konstruksi dan video belajar mandiri ....Karena pernah belajar di bidang desain, dulu dia juga pernah mempelajari aplikasi semacam ini. Jadi sekarang Wina hanya perlu mengulas beberapa kali untuk mengingat ilmunya.Proyek yang sedang Wina kerjakan sekarang ini hanya perlu menghasilkan sebuah sketsa. Setelah proyek kakaknya selesai, mau tidak mau dia akan mengambil proyek lain.Hanya dengan mempelajari keseluruhan proses mulai dari sketsa hingga rendering pasca produksi, Wina baru bisa menguasai setiap detail dengan lebih cepat dan lebih jelas.Wina hanya belajar sampai jam 10 malam. Untuk melindungi matanya, dia pun mematikan komputer tepat waktu dan ti
Wina berdiri di depan pintu vila, mengantar kepergian Lilia. Tidak berapa lama, mobil Jihan melaju di depannya.Jendela mobil diturunkan dan sinar matahari masuk ke dalam mobil, memperlihatkan wajah Jihan yang tegas nan tampan.Jihan mengenakan kacamata hitam besar sehingga tidak terlihat jelas ekspresi mata Jihan.Jihan turun dari mobil. Tubuhnya yang tinggi kekar menaungi Wina di bawahnya.Melalui kacamata hitamnya, dia menunduk dan memperhatikan dengan cermat wanita mungil yang terlihat begitu murni dan polos."Wina, hari ini kamu ...."Jihan membungkuk, memiringkan kepalanya, mendekati telinga Wina dan berkata dengan nada menggoda, "Cantik banget."Wina mengangkat tangan untuk menutup telinganya dari embusan napas hangat Jihan."Ka ... bisa nggak kalau ngomong tuh nggak usah dekat-dekat? Aku bisa dengar kok ...."Bibir tipis Jihan mengulas senyum nakal.Jihan mengusap kepala Wina sambil berkata, "Rambutmu sudah panjang ...."Harusnya tidak lama lagi rambut Wina akan kembali panjang
Dia membawa Wina ke bagian perhiasan dan hanya bertanya satu kalimat, "Apa ada yang kamu suka?"Setelah Wina menolaknya, Jihan langsung meminta pelayan untuk mengantarkan perhiasan berlian seri terbaru ke vila tanpa bertanya lagi pada Wina.Para pegawai toko pun menatap Wina dengan iri dan menjawab dengan hormat, "Baik, Pak Jihan ...."Wina yang ditarik keluar dari toko perhiasan oleh Jihan hanya bisa menatap punggung pria itu dengan tatapan kosong.Pria ini sudah memberinya mobil, bunga dan perhiasan. Selanjutnya apa? Pakaian?Persis seperti dugaan Wina, Jihan membawanya ke area pakaian dan kali ini tanpa bertanya langsung membeli semuanya.Wina hanya bisa menopang keningnya saat melihat para pegawai toko sibuk membantunya mengemas pakaian, sepatu dan tas.Wina menundukkan dan menatap Jihan yang saat ini sedang berlutut dengan satu kaki untuk membantu Wina mencoba sepatu hak tinggi kristal, "Siapa yang ngajarin kamu begini?"Wina merasa, Jihan tidak mungkin terpikir melakukan hal sepe
Leona hanya muncul untuk menemui Wina. Setelah bertemu, Leona pun berbalik badan dan berjalan pergi dengan anggun.Wina menatap punggung Leona yang berjalan pergi, jantungnya yang semula berdebar kencang karena gugup pun perlahan-lahan kembali tenang ....Wina pikir Keluarga Lionel akan seperti Mira yang membencinya, meremehkannya dan bahkan mengatakan hal-hal buruk padanya.Tidak disangka ternyata kakaknya Jihan begitu lembut, anggun dan tidak merendahkan orang lain.Yang berbeda dengan kasta umum hanyalah gaya yang seperti orang kaya juga visi yang diliputi ilmu pengetahuan yang mendalam. Hal seperti ini hanya bisa dinikmati para orang kaya yang mengenyam pendidikan tinggi.Jihan menunduk dan bertanya pada Wina di pelukannya, "Wina, kapan kamu mau ikut aku ke rumah keluargaku? Kita bisa makan malam bersama."Wina mengangkat matanya yang jernih, menatap wajah Jihan yang tanpa cacat dan berkata dalam hati, 'Nanti.'Sekarang, dia belum mencapai posisi yang pantas menghadiri jamuan makan
Wina tidak menolak dan balas mengangguk. "Oke ...."Jihan tersenyum kecil mendengar persetujuan Wina.Jihan pun menyalakan kamera lagi, lalu merangkul pinggang ramping Wina.Sebelum menekan tombol foto, Jihan sengaja mencubit pinggang Wina dengan lembut.Wina yang kesakitan pun refleks menengadah menatap Jihan di sampingnya.Bibir Wina agak terbuka karena hendak bertanya, tetapi Jihan keburu menunduk dan mencium Wina.Pada saat yang bersamaan, jari Jihan menekan tombol foto.Wina pikir Jihan ingin berfoto bersama, tetapi tidak disangka ternyata berfoto seperti ini.Jihan menurunkan ponselnya, jadi Wina pun berjinjit dan mengintip layar ponsel Jihan ....Wina sedang menengadah, sementara Jihan sedang menunduk. Mereka berdua tampak sedang berciuman dengan mesra dengan pemandangan laut dan langit biru. Wajah Wina sontak memerah malu."Cepat hapus, foto ulang ...."Jihan menggenggam jari Wina yang hendak mengklik tombol hapus, lalu segera menyimpan ponselnya."Kita makan saja yuk, Wina."J