Di bawah remang lampu jalan, Jihan yang begitu memesona memeluk seorang wanita bertubuh mungil dan menciumnya dalam-dalam tanpa ragu-ragu.Wina terpaksa mengangkat dagunya untuk menahan ciuman Jihan yang gila dan nakal, lalu menatapnya dengan mata jernih dan cerah."Jihan."Saat ada sedikit jarak antara kedua bibir mereka, Wina langsung mengambil kesempatan itu untuk mendorong Jihan menjauh, "Kamu mau apa?"Tatapan Jihan masih kabur. Setelah mendengar pertanyaan Wina, Jihan pun perlahan-lahan membuang nafsunya. "Maaf."Jihan melepaskan pinggang ramping Wina dan mundur selangkah untuk menjauhkan diri dari Wina. Namun, tiba-tiba tubuhnya limbung.Untung di belakangnya ada mobil sehingga Jihan bisa bersandar pada kekuatan pintu mobil ....Sakit kepala yang dideritanya beberapa hari terakhir ini tidak bisa dikontrol. Jihan mengangkat tangan dan hendak memijat pelipisnya.Namun, saat matanya bertatapan dengan Wina, tangannya spontan malah mengelus rambut Wina.Jihan menahan rasa sakit yang
Sekarang setelah Wina punya aset sekitar 20 miliar dari dana proyek NASA, dia punya cukup uang untuk membalas budi Pak Sam.Dalam beberapa bulan terakhir, kalau bukan karena Sam yang mengajarinya untuk berhati-hati, tidak mungkin Wina bisa tumbuh begitu cepat.Setelah itu, Wina menyalakan komputer dan mengklik berbagai aplikasi terkait konstruksi dan video belajar mandiri ....Karena pernah belajar di bidang desain, dulu dia juga pernah mempelajari aplikasi semacam ini. Jadi sekarang Wina hanya perlu mengulas beberapa kali untuk mengingat ilmunya.Proyek yang sedang Wina kerjakan sekarang ini hanya perlu menghasilkan sebuah sketsa. Setelah proyek kakaknya selesai, mau tidak mau dia akan mengambil proyek lain.Hanya dengan mempelajari keseluruhan proses mulai dari sketsa hingga rendering pasca produksi, Wina baru bisa menguasai setiap detail dengan lebih cepat dan lebih jelas.Wina hanya belajar sampai jam 10 malam. Untuk melindungi matanya, dia pun mematikan komputer tepat waktu dan ti
Wina berdiri di depan pintu vila, mengantar kepergian Lilia. Tidak berapa lama, mobil Jihan melaju di depannya.Jendela mobil diturunkan dan sinar matahari masuk ke dalam mobil, memperlihatkan wajah Jihan yang tegas nan tampan.Jihan mengenakan kacamata hitam besar sehingga tidak terlihat jelas ekspresi mata Jihan.Jihan turun dari mobil. Tubuhnya yang tinggi kekar menaungi Wina di bawahnya.Melalui kacamata hitamnya, dia menunduk dan memperhatikan dengan cermat wanita mungil yang terlihat begitu murni dan polos."Wina, hari ini kamu ...."Jihan membungkuk, memiringkan kepalanya, mendekati telinga Wina dan berkata dengan nada menggoda, "Cantik banget."Wina mengangkat tangan untuk menutup telinganya dari embusan napas hangat Jihan."Ka ... bisa nggak kalau ngomong tuh nggak usah dekat-dekat? Aku bisa dengar kok ...."Bibir tipis Jihan mengulas senyum nakal.Jihan mengusap kepala Wina sambil berkata, "Rambutmu sudah panjang ...."Harusnya tidak lama lagi rambut Wina akan kembali panjang
Dia membawa Wina ke bagian perhiasan dan hanya bertanya satu kalimat, "Apa ada yang kamu suka?"Setelah Wina menolaknya, Jihan langsung meminta pelayan untuk mengantarkan perhiasan berlian seri terbaru ke vila tanpa bertanya lagi pada Wina.Para pegawai toko pun menatap Wina dengan iri dan menjawab dengan hormat, "Baik, Pak Jihan ...."Wina yang ditarik keluar dari toko perhiasan oleh Jihan hanya bisa menatap punggung pria itu dengan tatapan kosong.Pria ini sudah memberinya mobil, bunga dan perhiasan. Selanjutnya apa? Pakaian?Persis seperti dugaan Wina, Jihan membawanya ke area pakaian dan kali ini tanpa bertanya langsung membeli semuanya.Wina hanya bisa menopang keningnya saat melihat para pegawai toko sibuk membantunya mengemas pakaian, sepatu dan tas.Wina menundukkan dan menatap Jihan yang saat ini sedang berlutut dengan satu kaki untuk membantu Wina mencoba sepatu hak tinggi kristal, "Siapa yang ngajarin kamu begini?"Wina merasa, Jihan tidak mungkin terpikir melakukan hal sepe
Leona hanya muncul untuk menemui Wina. Setelah bertemu, Leona pun berbalik badan dan berjalan pergi dengan anggun.Wina menatap punggung Leona yang berjalan pergi, jantungnya yang semula berdebar kencang karena gugup pun perlahan-lahan kembali tenang ....Wina pikir Keluarga Lionel akan seperti Mira yang membencinya, meremehkannya dan bahkan mengatakan hal-hal buruk padanya.Tidak disangka ternyata kakaknya Jihan begitu lembut, anggun dan tidak merendahkan orang lain.Yang berbeda dengan kasta umum hanyalah gaya yang seperti orang kaya juga visi yang diliputi ilmu pengetahuan yang mendalam. Hal seperti ini hanya bisa dinikmati para orang kaya yang mengenyam pendidikan tinggi.Jihan menunduk dan bertanya pada Wina di pelukannya, "Wina, kapan kamu mau ikut aku ke rumah keluargaku? Kita bisa makan malam bersama."Wina mengangkat matanya yang jernih, menatap wajah Jihan yang tanpa cacat dan berkata dalam hati, 'Nanti.'Sekarang, dia belum mencapai posisi yang pantas menghadiri jamuan makan
Wina tidak menolak dan balas mengangguk. "Oke ...."Jihan tersenyum kecil mendengar persetujuan Wina.Jihan pun menyalakan kamera lagi, lalu merangkul pinggang ramping Wina.Sebelum menekan tombol foto, Jihan sengaja mencubit pinggang Wina dengan lembut.Wina yang kesakitan pun refleks menengadah menatap Jihan di sampingnya.Bibir Wina agak terbuka karena hendak bertanya, tetapi Jihan keburu menunduk dan mencium Wina.Pada saat yang bersamaan, jari Jihan menekan tombol foto.Wina pikir Jihan ingin berfoto bersama, tetapi tidak disangka ternyata berfoto seperti ini.Jihan menurunkan ponselnya, jadi Wina pun berjinjit dan mengintip layar ponsel Jihan ....Wina sedang menengadah, sementara Jihan sedang menunduk. Mereka berdua tampak sedang berciuman dengan mesra dengan pemandangan laut dan langit biru. Wajah Wina sontak memerah malu."Cepat hapus, foto ulang ...."Jihan menggenggam jari Wina yang hendak mengklik tombol hapus, lalu segera menyimpan ponselnya."Kita makan saja yuk, Wina."J
Wina masuk ke kamar tidur di lantai dua dan tidak menyalakan lampu. Wina yang berada di dalam kamar yang redup pun menatap mobil Koenigsegg di lantai bawah serta Jihan yang berada di dalamnya ....Kaca jendela mobil Jihan tampak setengah diturunkan, pria itu juga terlihat sedang mengetik di ponselnya. Beberapa detik kemudian, ponsel Wina pun bergetar ....Wina segera mengeluarkan ponselnya dari sakunya, lalu membuka WhatsApp. Ternyata Jihan mengirimkan foto mereka berdua di pantai tadi.Di bawah foto, tampaklah pesan Jihan. "Jangan dihapus ya, Wina, ini kenang-kenangan."Kenang-kenangan ....Kenapa kenang-kenangan?Wina hendak balik bertanya, tetapi dia tiba-tiba melihat Jihan mengganti foto profilnya dengan foto Wina.Jihan pun mengirimkan pesan lagi. "Aku mencintaimu, Wina. Selamat tidur."Wina berpikir sebentar, lalu akhirnya membalas, "Ya, selamat tidur ...."Keesokan paginya, Daris mengantarkan sebuket mawar kepada Wina. Sosok Jihan tidak terlihat di mana-mana."Nona Wina, kuharap
Sara refleks memejamkan matanya saat merasakan anggur merah yang dingin itu mengenai wajahnya, dagunya juga agak diturunkan.Sara menurunkan pandangannya, ekspresinya terlihat sangat malu. Sosoknya tampak begitu rapuh dan kesepian, mirip seperti anak kecil yang tidak berdaya.Selama ini, Sara adalah sosok wanita yang tangguh dan tidak mudah tunduk. Jadi, begitu melihat ekspresinya yang tidak berdaya, jantung Jefri sontak seperti berhenti berdetak selama beberapa saat. Hatinya terasa agak sakit ....Jefri segera menarik tangannya yang merangkul pinggang Yeni untuk mengambil tisu di atas meja, tetapi Sara mendahuluinya.Sara mengelap anggur merah yang membasahi wajahnya dengan beberapa helai tisu, lalu perlahan bangkit berdiri dan mengangkat dagunya ....Dia mengabaikan Yeni dan langsung menatap Jefri dengan datar. "Sudah selesai, Tuan Muda Jefri."Maksud Sara adalah waktu reservasi Jefri sudah habis, sementara Jefri mengira ucapan Sara itu menandakan bahwa hubungan mereka berdua sudah b