Jihan berjalan menghampiri Wina dengan tubuhnya yang tinggi tegap dan auranya yang terasa dingin mencekam.Wina merasa sedikit gugup saat melihatnya makin dekat, jadi dia mundur sedikit untuk memberi jarak di antara mereka.Pria itu mengukur jarak di antara mereka melalui lensa kacamatanya, lalu maju selangkah lagi.Wina refleks mundur lagi. Setiap kali Jihan melangkah maju, Wina melangkah mundur.Sampai-sampai pinggang Wina membentur meja kerjanya dan dia nyaris jatuh terduduk ke atas kursi.Wina tampak sedikit malu. Dia sedikit menengadah menatap Jihan. "Kamu ...."Jihan membungkuk dan menindih Wina ke atas meja, lalu berujar dengan suara seraknya yang khas, "Wina, aku ke sini untuk menandatangani kontrak."Wina kembali memundurkan tubuhnya untuk menjauh sambil tetap menatap Jihan. "Ya sudah tanda tangan saja, nggak usah dekat-dekat ...."Jihan tersenyum kecil dan membungkuk lagi, lalu berbisik di telinga Wina."Kita sudah mencoba berbagai posisi yang lebih dekat, jangan khawatir ten
Jihan meminta maaf dengan singkat, lalu melepaskan Wina dengan duduk. Jihan duduk dengan tegak dan melihat ke arah pintu."Daris."Begitu mendengar suara yang dingin itu dari dalam ruangan, Daris segera melepaskan Sam. Dia berbalik badan dan mengambil sebuah tas kerja, kemudian berjalan masuk.Sam memelototi punggung Daris dan bersumpah di dalam hati akan membalas perlakuan Daris kepadanya hari ini suatu saat nanti.Setelah menggertakkan gigi dan mengumpat dalam hati, Sam ikut berjalan masuk. Kebetulan dia melihat Wina sedang merapikan pakaiannya ....Sam refleks melirik jam di dinding, lalu memandang Jihan dengan jijik. Sam pun mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Wina dan berbisik di telinga wanita itu."Dia cepat juga, ya. Pertimbangkan baik-baik, ini 'kan berkaitan dengan 'kepuasan' seumur hidup."Tenggorokan Wina sontak terasa tercekat. "Kamu bicara apa sih ...."Sam masih ingin membujuk Wina, tetapi tiba-tiba dia bisa merasakan tatapan dingin dan keji ke arah tangan kirinya.S
Wina memang merasa lebih lega saat mendengar bisa menghasilkan uang dengan berpartisipasi dalam kompetisi itu, tetapi ....Wina menatap Jihan sambil berkata, "Aku mungkin nggak bisa menyelesaikan desainnya secepat ini, masih ada banyak proyek lain yang harus kuselesaikan."Jihan menumpukan kepalanya di satu tangan, lalu mendorong kacamatanya lagi. "Berapa lamanya nggak jadi masalah, aku bersedia menunggumu."Pernyataan Jihan itu sarat akan makna, tatapan pria itu juga tampak begitu mendalam. Wina segera menghindari kontak mata dengan Jihan, lalu mengambil pena untuk tanda tangan.Tiba-tiba, Jihan berujar lagi dengan dingin, "Tanda tangannya atas nama Wina."Tangan Wina yang memegang pena sontak berhenti bergerak, dia menatap Jihan dengan agak kebingungan."Aku ini cuma seorang pendatang baru, sedangkan nama Vera sudah terkenal di penjuru dunia.""Kalau kamu mengikuti kompetisi dengan karya yang mencantumkan namaku, kamu nggak mungkin bisa menang."Ditambah lagi, Wina Septa sudah dinyat
Sam bergegas ke atas, lalu menghampiri Wina dengan sangat bersemangat. "Dua triliun! Wah, Wina, kita harus traktir semua karyawan perusahaan sebagai perayaan!"Wina pun menatap Sam dan bertanya, "Mau dirayakan bagaimana?"Sam pun menyilangkan kedua tangannya di depan dada, lalu mengetuk-ngetuk dagunya sambil berpikir sejenak dan akhirnya menjawab, "Sara si sombong itu bilang klubnya lebih bagus daripada The Night Bar! Gimana kalau ... kita rayakan di klubnya saja!""Terus, gimana dengan citramu, Pak Sam?" goda Wina."Ah, citra apanya! Aku bahkan bukan manusia, aku ini cuma hewan tingkat tinggi," koreksi Sam.Wina sontak tertawa. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon Sara. Wina memberi tahu Sara bahwa dia hendak menyewa ruang privat yang paling mewah.Kebetulan sekali Sam sudah mentransfer gaji dari proyek NASA melalui rekening perusahaan ke rekening Wina. Dia jadi punya uang untuk mentraktir karyawan-karyawannya.Akan tetapi, ada satu masalah. Wina menengadah menatap Sam dan be
Wina sontak terdiam.Dia curiga Jihan sengaja melakukan semua ini. Wina pun balas memelototi Jihan sambil menggertakkan giginya. "Memangnya kamu nggak punya tangan?""Aku ingin kamu membantuku," jawab Jihan sambil tersenyum kecil, dia menyadari telinga Wina yang tampak memerah malu.Wina menarik napas dalam-dalam. Rasanya dia ingin marah, tetapi pada akhirnya tetap mengangkat tangannya untuk membantu melepaskan kacamata Jihan.Begitu kacamatanya dilepaskan, Jihan pun menoleh dan mencium bibir Wina seperti orang kesetanan.Sambil mencium Wina, Jihan merangkul pinggang Wina dan mendekatkan tubuh wanita itu kepadanya. Napasnya terdengar memburu dan terengah-engah.Wina refleks meletakkan tangannya di dada Jihan dan mendorong Jihan dengan kuat, tetapi Jihan sama sekali tidak menjauh. Wina pun hanya bisa menatap Jihan dengan mata terbelalak ....Jihan baru melepaskan Wina dengan tidak rela setelah napasnya nyaris habis. Wina benar-benar membuatnya kecanduan.Sudah berulang kali Jihan mencic
Jihan menunduk dan menatap sepasang mata Wina."Kamu khawatir sama aku?"Jihan bertanya dengan suara santainya yang memikat seolah mencoba mengelabui Wina agar memberikan jawaban yang ingin dia dengar.Wina tidak tersihir, dia menatap Jihan lekat-lekat dan melirik dari atas ke bawah ....Mata indah nan jernih Jihan saat ini sudah tidak terlalu merah.Bibir Jihan terlihat memerah karena terkena lipstik Wina, tapi dari wajah pucat Jihan, Wina tahu kalau pria ini sedang tidak baik-baik saja.Perasaan Wina jadi tidak karuan saat melihat kondisi Jihan seperti ini, emosi berkecamuk dalam hatinya. Saat Wina ingin bicara, tiba-tiba Jihan mencondongkan tubuh ke arahnya.Aroma lembut Jihan membuat Wina gemetar dan spontan membuatnya memojokkan diri ke arah jendela mobil.Begitu punggungnya menempel ke jendela mobil, Wina melihat ujung jari Jihan yang lentik dan terawat menyentuh pipinya dengan lembut dan menempel di jendela mobil.Di depan Wina yang terpojok, Jihan menunduk dan berkata, "Wina, j
Kata 'oh' yang bermakna ini membuat Wina sangat malu.Sebelum Wina sempat meluruskan kesalahpahaman ini, Lilia sudah lebih dulu mengatakan hal yang lebih memalukan."Wina, jangan khawatir. Tubuh Pak Jihan sangat kuat, kalian pasti bisa punya anak tanpa halangan."Wina sontak terdiam.Loh, memangnya dia ada bilang khawatir Jihan tidak bisa punya anak atau semacamnya?Dia ... dia cuma ... cuma ....Wina refleks menatap Jihan yang berada di sampingnya. Ekspresi tegang di wajah pria itu membuat Wina menelan kembali kata-katanya.Jihan menutup telepon, lalu mengembalikan ponsel itu pada Wina. Setelah itu Jihan mengelus rambut Wina beberapa kali, lalu duduk tegak.Jihan tidak mengatakan apa-apa, hanya diam-diam menyalakan mobil dan melaju menuju vilanya Sara ....Suasana romantis di mobil perlahan memudar, yang tersisa hanya wajah Jihan yang terlihat kesepian.Wina melirik Jihan dari sudut matanya. JIhan menyadari gelagat Wina dan tiba-tiba melepaskan sebelah tangannya dari kemudi untuk meng
Di bawah remang lampu jalan, Jihan yang begitu memesona memeluk seorang wanita bertubuh mungil dan menciumnya dalam-dalam tanpa ragu-ragu.Wina terpaksa mengangkat dagunya untuk menahan ciuman Jihan yang gila dan nakal, lalu menatapnya dengan mata jernih dan cerah."Jihan."Saat ada sedikit jarak antara kedua bibir mereka, Wina langsung mengambil kesempatan itu untuk mendorong Jihan menjauh, "Kamu mau apa?"Tatapan Jihan masih kabur. Setelah mendengar pertanyaan Wina, Jihan pun perlahan-lahan membuang nafsunya. "Maaf."Jihan melepaskan pinggang ramping Wina dan mundur selangkah untuk menjauhkan diri dari Wina. Namun, tiba-tiba tubuhnya limbung.Untung di belakangnya ada mobil sehingga Jihan bisa bersandar pada kekuatan pintu mobil ....Sakit kepala yang dideritanya beberapa hari terakhir ini tidak bisa dikontrol. Jihan mengangkat tangan dan hendak memijat pelipisnya.Namun, saat matanya bertatapan dengan Wina, tangannya spontan malah mengelus rambut Wina.Jihan menahan rasa sakit yang