Sorot tatapan Winata terkesan percaya diri, arogan dan provokatif.Akan tetapi, ekspresi tertegun Jihan hanya bertahan sesaat sebelum kembali berubah menjadi dingin dan kejam."Bereskan dia."Mata Winata sontak terbelalak lebar.Mulanya Winata berpikir jika dia memberi tahu Jihan alasan kematian kakaknya Jihan, Jihan akan menghampirinya dan bertanya apa yang terjadi.Siapa sangka Jihan hanya terkejut sesaat sebelum menyuruh bawahannya untuk membereskan Winata? Apa jangan-jangan Winata sama sekali tidak peduli dengan kakaknya sendiri?Winata benar-benar tidak percaya dengan semua ini. Dia hanya terbelalak menatap Jihan yang sedari dulu dia cintai, tetapi selalu menatapnya dengan dingin itu."Kamu ... kamu nggak ingin mengetahui kebenaran tentang kematian kakakmu?"Jihan melepaskan sarung tangannya dengan perlahan sambil menatap Winata yang sedang berlutut di atas lantai dengan dingin."Nggak perlu kamu kasih tahu pun aku bisa cari tahu sendiri."Inti ucapan Jihan adalah kebenaran atau a
Saat ini, di vila milik Sara. Setelah memeriksa denyut nadi Wina, akhirnya Lilia mengerti kenapa Jihan tidak senang hati.Lilia melirik Wina yang terlihat tenang, lalu kembali memeriksa denyut nadinya. Setelah itu dia tersenyum terpaksa."Minum obat dalam jangka panjang memang lebih sulit hamil. Tapi, dengan kemampuan pengobatan tradisional yang kupunya, percayalah aku pasti bisa menyembuhkanmu."Lilia adalah seorang dokter umum yang mahir dalam pengobatan modern dan pengobatan tradisional, dia juga sudah banyak menyembuhkan pasien yang mengalami kesulitan dalam kehamilan.Meski untuk kasus Wina memang agak sulit karena kondisi kesehatan Wina terbilang buruk, pernah menjalani operasi besar dan kini harus minum obat terus-menerus.Namun, Lilia percaya bahwa dengan keterampilan pengobatan tradisional yang dimilikinya, pasti ada cara untuk menyembuhkan Wina.Setelah Wina mendengar perkataan Lilia, dia menarik kembali tangannya sembari tersenyum pada Lilia."Terima kasih banyak ya, Lilia.
Wina pun mengangkat telepon itu. Suara Sam yang sedih langsung terdengar dari ujung telepon sana. "Muridku, ternyata kamu masih hidup ...."Setelah Wina meninggalkan kamar Jihan di The Night Bar, dia memang tidak melihat Sam. Sam juga sama sekali tidak mengangkat teleponnya.Wina mengira Sam pasti akan baik-baik saja karena ditemani oleh para preman itu, jadi Wina hanya mengirimkan pesan kepada Sam dan langsung pulang.Begitu mendengar suara Sam, jantung Wina sontak berdebar dengan panik. Wina langsung bertanya, "Pak Sam? Pak Sam kenapa?"Sam hanya tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, kok. Aku cuma mau kasih tahu kalau kamu nggak cuma berutang sandal emas kepadaku, tapi juga tangan kanan emasku."Wina pun menghela napas lega dengan jawaban Sam, tetapi kemudian mengernyit dan bertanya, "Eh, tapi ... tadi kamu bilang tangan kanan emas? Apa maksudmu? Aku nggak paham ....""Sudahlah, kamu nggak usah mengerti. Cukup aku saja yang ngerti ..." sahut Sam dengan nad
Jihan akan datang sendiri ke sini untuk menandatangani kontrak?Sam sontak merasa kaget sekaligus bingung.Bukannya Jihan meninggalkan Wina di Walston? Kenapa Jihan ke sini untuk menemui Wina lagi?Apa jangan-jangan selama ini Jihan mencintai Wina? Itu sebabnya Jihan menggunakan proyek ini untuk mendekati Wina?Sam pun menunduk menatap tangan kanannya ....Rasanya ada alasan lain di balik tangan kanannya yang dibuat terkilir, tetapi Sam juga tidak tahu apa.Wina menatap layar ponselnya yang sudah mati itu sambil mengernyit kebingungan.Kenapa juga Jihan meminta Wina mengerjakan proyek sebesar itu?Setelah berpikir sejenak, Wina menelepon Sam lagi."Pak Sam, lebih baik tolak saja, lah. Aku punya banyak proyek yang harus diselesaikan dan aku nggak punya waktu ...."Senyuman kaku Sam yang baru saja mengantar Wira turun langsung lenyap."Kamu nggak perlu melakukan survei lapangan untuk proyek lain. Serahkan semuanya padaku. Kamu hanya perlu berkonsentrasi pada pembuatan gambar desainnya."
Wina menatap gedung perusahaan yang besar, jantungnya tiba-tiba berdebar kencang.Seolah-olah jiwa kakaknya sedang terbakar api semangat. Wina pun mengangguk kepada Sam."Ya, oke ...."Tiba-tiba, terdengar bunyi belasan mobil di bawah. Mobil yang berada di paling depan adalah mobil mewah milik Jihan, sementara belasan mobil lainnya mengikuti di belakang. Semua mobil itu pun berhenti di depan pintu.Satu per satu pengawal berjas hitam dan berdasi pun turun dari mobil, mereka semua berdiri di sisi kiri dan kanan seperti barisan tentara ....Daris juga bergegas turun dari mobil, lalu membukakan pintu kursi belakang dan mempersilakan pria bermartabat itu keluar.Sinar matahari membuat ketampanan Jihan makin terpancar.Alis Jihan yang lebat dan indah, sorot tatapannya yang dingin, serta giginya yang putih. Rupa Jihan benar-benar memesona.Jihan mengenakan kacamata berbingkai emas, lensanya yang berukuran besar menutupi bulu matanya yang tebal.Jihan berdiri di depan pintu mobil, lalu mengga
Jihan berjalan menghampiri Wina dengan tubuhnya yang tinggi tegap dan auranya yang terasa dingin mencekam.Wina merasa sedikit gugup saat melihatnya makin dekat, jadi dia mundur sedikit untuk memberi jarak di antara mereka.Pria itu mengukur jarak di antara mereka melalui lensa kacamatanya, lalu maju selangkah lagi.Wina refleks mundur lagi. Setiap kali Jihan melangkah maju, Wina melangkah mundur.Sampai-sampai pinggang Wina membentur meja kerjanya dan dia nyaris jatuh terduduk ke atas kursi.Wina tampak sedikit malu. Dia sedikit menengadah menatap Jihan. "Kamu ...."Jihan membungkuk dan menindih Wina ke atas meja, lalu berujar dengan suara seraknya yang khas, "Wina, aku ke sini untuk menandatangani kontrak."Wina kembali memundurkan tubuhnya untuk menjauh sambil tetap menatap Jihan. "Ya sudah tanda tangan saja, nggak usah dekat-dekat ...."Jihan tersenyum kecil dan membungkuk lagi, lalu berbisik di telinga Wina."Kita sudah mencoba berbagai posisi yang lebih dekat, jangan khawatir ten
Jihan meminta maaf dengan singkat, lalu melepaskan Wina dengan duduk. Jihan duduk dengan tegak dan melihat ke arah pintu."Daris."Begitu mendengar suara yang dingin itu dari dalam ruangan, Daris segera melepaskan Sam. Dia berbalik badan dan mengambil sebuah tas kerja, kemudian berjalan masuk.Sam memelototi punggung Daris dan bersumpah di dalam hati akan membalas perlakuan Daris kepadanya hari ini suatu saat nanti.Setelah menggertakkan gigi dan mengumpat dalam hati, Sam ikut berjalan masuk. Kebetulan dia melihat Wina sedang merapikan pakaiannya ....Sam refleks melirik jam di dinding, lalu memandang Jihan dengan jijik. Sam pun mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Wina dan berbisik di telinga wanita itu."Dia cepat juga, ya. Pertimbangkan baik-baik, ini 'kan berkaitan dengan 'kepuasan' seumur hidup."Tenggorokan Wina sontak terasa tercekat. "Kamu bicara apa sih ...."Sam masih ingin membujuk Wina, tetapi tiba-tiba dia bisa merasakan tatapan dingin dan keji ke arah tangan kirinya.S
Wina memang merasa lebih lega saat mendengar bisa menghasilkan uang dengan berpartisipasi dalam kompetisi itu, tetapi ....Wina menatap Jihan sambil berkata, "Aku mungkin nggak bisa menyelesaikan desainnya secepat ini, masih ada banyak proyek lain yang harus kuselesaikan."Jihan menumpukan kepalanya di satu tangan, lalu mendorong kacamatanya lagi. "Berapa lamanya nggak jadi masalah, aku bersedia menunggumu."Pernyataan Jihan itu sarat akan makna, tatapan pria itu juga tampak begitu mendalam. Wina segera menghindari kontak mata dengan Jihan, lalu mengambil pena untuk tanda tangan.Tiba-tiba, Jihan berujar lagi dengan dingin, "Tanda tangannya atas nama Wina."Tangan Wina yang memegang pena sontak berhenti bergerak, dia menatap Jihan dengan agak kebingungan."Aku ini cuma seorang pendatang baru, sedangkan nama Vera sudah terkenal di penjuru dunia.""Kalau kamu mengikuti kompetisi dengan karya yang mencantumkan namaku, kamu nggak mungkin bisa menang."Ditambah lagi, Wina Septa sudah dinyat