Wina menatap kamar di seberang dengan curiga. Rasanya kebetulan yang luar biasa sekali melihat Jihan mendadak muncul di sini ....Wina tahu Jihan punya properti pribadi di Kota Aster. Dengan fobianya terhadap kuman yang sudah sangat kronis, Jihan tidak mungkin mau menginap di hotel orang lain, tidak peduli seberapa megah dan mewahnya hotel itu. Jadi, kenapa bisa-bisanya ....Di saat Wina sedang kebingungan, Sam pun membaca pesan di layar ponsel Wina."Eh? Tuan Malam nggak jadi datang?"Begitu mendengar pekikan kaget Sam, para polisi yang berencana kembali ke tangga darurat untuk berjaga pun sontak berhenti bergerak."Apa? Kenapa?"Wina tersadar dari lamunannya dan segera menjelaskan kepada pihak kepolisian."Maaf, Pak Polisi, kayaknya Tuan Malam sudah tahu soal rencana kita. Dia mengubah waktu pertemuan dan tidak jadi datang hari ini."Wina meminta maaf sambil membungkuk dengan rasa bersalah."Saya minta maaf sekali sudah membuang-buang waktu kalian."Polisi memang merasa sudah membuan
Begitu tiba di tempat tujuannya, Jihan langsung membuka pintu dan turun dari mobil.Zeno sudah menunggu di pintu masuk pabrik, dia segera memberikan peralatan Tuan Malam kepada Jihan."Tuan, sepertinya dia nggak tahu bahwa ada yang namanya Tuan Malam. Dia cuma dipekerjakan oleh orang lain untuk berpura-pura menjadi Tuan dan menemui Nona Wina."Karena pihak lawan tidak tahu soal Tuan Malam ataupun Organisasi Shallon sama sekali, lebih baik Jihan menggunakan kedoknya sebagai Tuan Malam agar tidak ketahuan.Topeng Tuan Malam pun menutupi wajah Jihan yang terlihat dingin. Zeno memasang tato naga hijau di leher Jihan, lalu memakaikan tangan Jihan sepasang sarung tangan hitam.Jihan memang harus memakai sarung tangan untuk beraksi karena tangan kanannya terluka, tetapi itu tidak jadi masalah. Itu sama sekali bukan hambatan bagi Jihan untuk menghabisi para penjahat di dunia ini!Setelah berubah menjadi Tuan Malam, Jihan pun berjalan menuju pabrik yang terbengkalai itu. Sekelompok pria bertope
Pria yang dipukuli itu menangis kesakitan, tetapi tidak berani menjerit-jerit lagi.Dia membuka bibirnya yang gemetar ketakutan, lalu menjelaskan semuanya kepada mereka."Aku ... aku cuma merobek pakaiannya, terus mencengkeram tangan dan kakinya dan ... dan menindihnya.""Tapi, sumpah, aku cuma sekadar menyentuhnya dan nggak menidurinya! Tolong ampuni aku!""Aku masih harus menghidupi keluargaku! Aku ...."Pria itu melontarkan alibinya yang sudah dia hafalkan. Namun, belum sempat dia selesai bicara, Zeno sudah memukul wajahnya lagi dengan kencang."Tutup mulutmu!"Zeno sudah berulang kali menghabisi orang jahat, tetapi baru sekali ini dia melihat orang jahat yang begitu berisik sampai-sampai rasanya Zeno mau membunuhnya saja!Jika bukan karena Jihan memutuskan untuk turun tangan, Zeno pasti sudah akan membungkam mulut pria itu!Di sisi lain, Jihan mengabaikan perkataan pria itu. Dia hanya perlahan-lahan menggerakkan pisau yang dia genggam."Di mana kamu melukainya?"Kali ini, pria itu
Seperti biasa, Zeno bekerja dengan sangat efisien. Tidak sampai dua jam kemudian, dia sudah tiba di kamar VVIP paling atas dari The Night Bar sambil membawa setumpuk informasi.Jihan sedang duduk di sofa berbentuk U yang diletakkan di depan sebuah jendela besar, kakinya yang ramping saling bersilangan dengan santai. Cahaya lampu yang menyinarinya membuat Jihan terlihat keren dan bermartabat.Zeno pun membuka pintu dan berjalan masuk, lalu bergegas menghampiri Jihan yang sedang memejamkan mata. Zeno menyerahkan semua informasi yang dia temukan."Tuan, orang yang menyuruh Wildan untuk menyamar sebagai Tuan adalah putri sulung Keluarga Nizari, Winata."Jihan pun membuka matanya yang tampak memerah, lalu melirik ke arah setumpuk dokumen itu. Dia tidak mengambilnya dari tangan Zeno dan hanya mengedikkan dagunya sebagai isyarat bagi Zeno untuk lanjut melapor."Tiga tahun lalu, Tuan memerintahkan kami untuk membuat masalah dengan Nona Winata setiap bulannya.""Dia jadi dendam kepada kita, itu
Dari balik pintu yang tertutup itu, terdengarlah suara langkah kaki yang mantap. Akan tetapi, suara itu mendadak berhenti.Wina mengira setelah itu pintu kamar akan dibuka, tetapi ternyata tidak ada gerakan apa pun dari dalam sana. Saat Wina hendak mengetuk lagi, tiba-tiba pintu kamar pun terbuka.Pergelangan tangan Wina pun dicengkeram dan tubuh wanita itu langsung ditarik ke dalam kamar dengan sangat cepat ....Sam yang berada di luar pintu hanya melihat sebuah tangan terulur, setelah itu sosok Wina langsung lenyap.Pemukul besi yang sengaja Sam beli dan semua preman yang dia pekerjakan ini ternyata sama sekali tidak berguna. Sam bahkan sudah menyewa orang untuk menerobos masuk ....Di saat Sam sedang berdiri termangu di luar pintu, tiba-tiba muncullah sekelompok pengawal entah dari mana.Pengawal yang berada paling depan pun menunjuk ke arah rombongan Sam sambil berseru, "Bawa mereka ke kantor polisi! Tuntutannya adalah mereka menggiring massa untuk membuat keributan!"Para preman i
"Akulah Tuan Malam."Jari telunjuk Jihan mengelus wajah cantik Wina dengan lembut, sorot tatapannya terlihat begitu hangat dan penuh cinta.Wina menatap Jihan yang berdiri di hadapannya dengan tajam. Wina memang sudah curiga Tuan Malam adalah Jihan, tetapi tetap saja Wina tidak bisa percaya ....Setelah tertegun sejenak, Wina mengambil topeng emas yang Jihan bawa, lalu berjinjit dan memakaikan topeng itu di wajah Jihan ....Sosok Jihan dan Tuan Malam yang saling tumpang tindih pun sontak membuat Wina kaget.Mata Wina bergeser ke arah leher Jihan. Seharusnya di sana ada tato naga berwarna biru ...."Tato itu hasil gambar."Jihan langsung menjawab dengan lembut seolah-olah bisa membaca isi hati Wina.Digambar? Apa itu berarti Jihan sengaja mengubah gaya berpakaiannya, membiarkan rambutnya acak-acakkan, selalu bicara dengan suara serak dan menyamarkan aura tubuhnya?Entah kenapa, Wina merasa ini semua sulit dia terima. Dia pun melangkah mundur sambil bertanya, "Kenapa ... kenapa kamu meng
"Nggak! Aku nggak ngerti!"Wina menatap Jihan dengan penuh kebencian, kedua tangannya terkepal dengan erat."Kamu sengaja menggunakan identitas palsu untuk memaksaku dan membuatku selalu berpikir aku ini sudah dinodai oleh orang asing.""Aku benar-benar merasa tersiksa, butuh waktu lama bagiku untuk bisa pulih dari tekanan ini ....""Tapi kamu selalu menyembunyikan semua fakta yang ada dan nggak pernah mengungkitnya sama sekali. Kamu pernah mikir nggak sih seperti apa perasaanku?"Ucapan Wina itu menghujam hati nurani Jihan dengan telak."Wina, aku bukannya sengaja mau menyembunyikan semua ini darimu. Masalahnya, setelah kamu kembali, ada begitu banyak hal yang terjadi di antara kita.""Aku cuma memikirkan gimana caranya bisa kembali denganmu, aku benar-benar nggak kepikiran soal Tuan Malam ...."Setelah selesai bicara, Jihan kembali memeluk erat Wina yang masih marah."Maaf ya, Wina. Ini semua salahku karena sudah terlalu egois dan nggak mikirin perasaanmu ...."Tubuh mungil Wina yang
Wina pun menengadah menatap wajah Jihan yang terlihat pucat."Mendingan kamu ke rumah sakit dulu ...."Terakhir saat mereka masih di Walston, Jihan juga pernah mengeluhkan sakit kepala. Akan tetapi, kali ini Jihan sampai nyaris terjungkal setelah Wina dorong. Wina tidak tahu penyakit apa yang sebenarnya Jihan alami."Buatku, yang paling penting itu kamu."Jihan pun mengangkat tubuh Wina dan mendudukkan wanita itu di atas pangkuannya, lalu menyandarkan kepalanya di sofa sambil menatap Wina.Posisi duduk seperti ini membuat suasana di antara mereka menjadi lebih intim. Wina berusaha untuk turun dari pangkuan Jihan, tetapi Jihan mencengkeram pinggang Wina dengan kuat."Jangan gerak-gerak, Wina ...."Wina sontak berhenti bergerak, dia bisa merasakan bagian sensitif Jihan mulai bereaksi. Wina pun akhirnya hanya menatap Jihan.Sambil tetap menahan tubuh Wina, Jihan menenangkan dirinya dan mulai menjelaskan."Wina, Tuan Malam bukan identitas palsu, sebenarnya itu adalah identitasku yang lain