Sara hendak menghentikan Wina ketika melihat Wina menutup kardus itu dengan cepat, tetapi Wina mendorongnya menjauh."Wina, kenapa kamu begitu keras kepala?" ujar Sara sambil menghela napas.Setelah menutup kardus itu dengan lakban, Wina berbalik dan memeluk lengan Sara sambil bertingkah manja."Kamu sudah menjagaku sejak kecil, tapi aku belum pernah melakukan apa pun untukmu. Anggap saja itu sebagai adik yang berbakti kepada kakaknya."Sara sebenarnya masih tidak setuju untuk menerima uang itu. Dia tahu kehidupan Wina sangat sulit, tetapi Wina bersikeras memberikannya. Alhasil, Sara tidak punya pilihan selain menerima kartu bank itu terlebih dahulu.Sara berpikir untuk mengembalikan kartu itu ke kamar Wina pada hari pernikahannya. Apa pun yang terjadi, dia tidak bisa mengambil uang hasil kerja keras Wina.Setelah selesai mengemas barang, mereka berbaring bersama di atas kasur. Seperti ketika mereka masih remaja, berbaring memakai masker wajah sambil memikirkan masa depan.Saat topik p
Ada belasan pengawal berpakaian hitam mendorong pintu hingga terbuka lebar.Emil, yang memasukkan tangannya ke dalam saku celana, berjalan masuk dengan angkuhKetika menyaksikan lagak sekelompok orang itu, para tamu yang hadir begitu ketakutan hingga tidak berani berbicara.Sara dan Denis bingung dan tertegun di tempatnya.Saat melihat Emil, raut wajah Wina langsung memucat.Wina pikir Emil tidak akan datang, tetapi tidak disangka Emil langsung menerobos ke tempat pernikahan.Karena takut Emil akan merusak acara pernikahan ini, Wina bangkit dari kursinya dan bergegas menghampiri Emil."Pak Emil."Wina buru-buru menghentikan Emil yang sedang berjalan menuju panggung dengan berkata, "Kontraknya sudah ditandatangani, aku akan menyerahkannya padamu malam ini."Emil memandang Wina dari atas sampai bawah. Melihat Wina mengenakan gaun pengiring pengantin yang seksi berwarna sampanye, sorot matanya langsung dipenuhi dengan hawa nafsu.Emil mengulurkan satu tangannya ke pinggang Wina, lalu mena
Begtiu orang-orang itu pergi, para tamu mulai membicarakan Wina. Mereka bertanya-tanya kenapa Wina bisa memprovokasi orang seperti itu.Wina tidak memedulikan hal itu, dia menoleh ke Sara dan Denis yang berjalan menghampirinya."Wina, mereka itu siapa?" tanya Sara.Sara menatap Wina dengan khawatir. Firasatnya mengatakan bahwa orang-orang itu bukanlah orang baik-baik.Wina tersenyum sambil menepuk-nepuk tangan Sara dan menjawab, "CEO Grup Rinos. Dia datang mencariku untuk meminta dokumen kontrak penting."Saat mengatakan ini, Wina dengan sengaja meninggikan suaranya.Ada mik kecil yang tersemat di gaun pengantin Sara. Karena jarak Wina sangat dekat, suaranya tertangkap oleh mik itu dan tersebar melalui pengeras suara.Setelah mendengar penjelasan Wina, para tamu mulai membicarakannya lagi. Mereka mengatakan teman Sara begitu hebat sampai bisa mengenal CEO Grup Rinos.Kampung halaman Denis berada di pinggiran Kota Aster. Oleh karena itu, kerabat Denis tidak kenal dengan orang penting, h
Wina menulis dua halaman penuh. Dia mencurahkan semua isi hatinya dengan kata-kata.Selesai menulis, Wina memasukkan kartu bank itu bersama surat perpisahannya ke dalam amplop. Di depan amplop dia menambahkan "Untuk Sara".Wina bermenung sejenak, lalu mengeluarkan selembar kertas lagi dan mengambil pena. Dia ingin menulis sesuatu kepada Jihan, tetapi tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada Jihan.Pada akhirnya, Wina hanya menulis nama pria itu, meletakkan penanya, melipat suratnya dan memasukkannya ke dalam laci.Wina berpikir bahwa setelah dia tidak ada, Sara pasti akan datang untuk membereskan barang-barangnya, jadi Sara akan menemukan surat yang ditinggalkannya.Setelah semua selesai, Wina meminum segenggam obat. Malam ini, dia punya tugas berat, jadi harus menjaga tubuhnya tetap stabil. Jika tidak, semua rencananya akan gagal.Wina kemudian membuka laci meja yang terkunci dan mengeluarkan botol kecil berisikan obat tidur yang dia kumpulkan selama lebih kurang sepuluh hari.Setel
Wina sangat gugup hingga gemetar. 'Kenapa pria ini pura-pura jadi Emil dan datang mendekatiku?''Kenapa dia nggak menunjukkan wajahnya? Kenapa dia mematikan semua lampu begitu masuk? Apa sebenarnya yang ingin dia lakukan?'Saat ini, pikiran Wina sangat kacau dan tidak tahu harus melakukan apa.Rencana awalnya dia hanya perlu menangani Emil, tetapi sekarang pria asing ini mendadak muncul. 'Apa yang harus ku lakukan?'Wina begitu panik di dalam hati, tetapi tetap terus memaksakan diri terlihat tenang.'Nggak peduli lagi siapa dia! Karena dia sudah berada di sini, aku harus cari cara untuk membuatnya kehilangan kesadaran!'Setelah berpikir begitu, Wina mengendurkan kepalan tangannya dan berkata dengan tenang, "Pak Emil, kalau kamu ingin bermain peran, jangan matikan lampunya. Gelap sekali. Aku sampai nggak bisa melihat apa pun dengan jelas."Sembari berbicara, Wina meraba-raba menuju ke meja. Kemudian, mengambil gelas kosong dan menuangkan setengah isi dari gelas anggur berisi obat tidur
Pandangan Wina menjadi gelap gulita.Ketakutan akan kegelapan membuatnya merasa seperti terjatuh ke dalam jurang tak berujung. Dia tidak bisa melarikan diri, tidak peduli seberapa kuat dia meronta.Detik ini, Wina baru menyadari dia berhadapan dengan orang yang lebih menakutkan dan mesum daripada Emil.Rasa takut itu membuat sekujur tubuhnya berkeringat dingin, bahkan kakinya kehilangan tenaga.Dengan mata tertutup dan tangan terikat, Wina benar-benar tidak bisa berkutik.Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan sekarang adalah menenangkan diri dan mencoba berkomunikasi dengan pria itu."Tuan."Wina menggertakkan gigi dan bertanya dengan suara gemetar, "Apa yang ingin kamu lakukan?"Tidak ada respons dari pria itu. Sebaliknya, pria itu malah menggendongnya.Wina merasakan tubuhnya terangkat dan kemudian dilempar ke atas ranjang empuk.Wina berpikir pria itu akan menodainya, tetapi ternyata tidak. Pria itu malah duduk di sampingnya.Merasakan ada bagian yang melengkung di samping kasur, W
"Aku mengerti."Setelah Wina menjawab, pria itu langsung memutuskan panggilan.Wina tidak bisa melihat ekspresi pria itu, jadi hanya bisa memohon kepadanya dengan cemas."Tuan, kamu sendiri sudah dengar. Ini menyangkut nyawa orang. Aku nggak peduli apa yang ingin kamu lakukan padaku dengan berpura-pura menjadi Emil, tapi jangan sekarang. Aku harus menemui Emil malam ini dan menyerahkan kontrak kepadanya, kalau nggak dia akan membunuh sahabatku!"Wina terlihat sangat cemas. Sebaliknya, pria itu terlihat tidak tergesa-gesa.Pria itu bertanya dengan tenang, "Kontrak apa?"Karena menyangkut Jihan, Wina tentu saja tidak akan banyak bicara. "Hanya sebuah kontrak proyek," jawabnya.Pria itu memain-mainkan ponsel Wina sambil berkata, "Kalau kamu nggak ingin menjelaskannya, biarkan Emil yang menjelaskannya."Mendengar itu, Wina tidak punya pilihan selain memberi tahu semuanya kepada pria itu. Dari Emil yang ingin menidurinya sampai dia mencari cara untuk melepaskan diri dari masalah ini.Yang t
"Hebat juga kamu."Emil memeluk pinggang Wina, mencium wajahnya dan berkata "Bilang padaku, Sayang, hadiah apa yang kamu inginkan?"Wina menutupi pipi yang dicium itu dan berkata dengan ekspresi datar, "Pak Emil, aku nggak ingin hadiah apa pun. Aku hanya ingin anak buahmu pergi dari rumah pernikahan temanku.""Nggak masalah."Emil segera mengeluarkan ponselnya, menelepon dan meminta anak buahnya mundur.Wina menghela napas lega, berbalik, mengambil gelas anggur berisikan obat dan menyerahkannya kepada Emil."Pak Emil, aku sengaja membawakan anggur. Ayo, kita minum bersama.""Minum anggur?"Emil mengangkat alisnya sedikit. Dia tidak menyangka Wina akan berinisiatif untuk mengundangnya minum bersama.Emil agak terkejut, berpikir bahwa Wina sudah berubah pikiran. Dia pun buru-buru bertanya di samping telinga Wina, "Kenapa? Apa kamu sudah berubah pikiran? Kamu sudah bersedia membiarkanku menyentuhmu?"Wina takut Emil akan curiga, jadi tetap mempertahankan sikapnya sebelumnya dan berkata de