"Aku mengerti."Setelah Wina menjawab, pria itu langsung memutuskan panggilan.Wina tidak bisa melihat ekspresi pria itu, jadi hanya bisa memohon kepadanya dengan cemas."Tuan, kamu sendiri sudah dengar. Ini menyangkut nyawa orang. Aku nggak peduli apa yang ingin kamu lakukan padaku dengan berpura-pura menjadi Emil, tapi jangan sekarang. Aku harus menemui Emil malam ini dan menyerahkan kontrak kepadanya, kalau nggak dia akan membunuh sahabatku!"Wina terlihat sangat cemas. Sebaliknya, pria itu terlihat tidak tergesa-gesa.Pria itu bertanya dengan tenang, "Kontrak apa?"Karena menyangkut Jihan, Wina tentu saja tidak akan banyak bicara. "Hanya sebuah kontrak proyek," jawabnya.Pria itu memain-mainkan ponsel Wina sambil berkata, "Kalau kamu nggak ingin menjelaskannya, biarkan Emil yang menjelaskannya."Mendengar itu, Wina tidak punya pilihan selain memberi tahu semuanya kepada pria itu. Dari Emil yang ingin menidurinya sampai dia mencari cara untuk melepaskan diri dari masalah ini.Yang t
"Hebat juga kamu."Emil memeluk pinggang Wina, mencium wajahnya dan berkata "Bilang padaku, Sayang, hadiah apa yang kamu inginkan?"Wina menutupi pipi yang dicium itu dan berkata dengan ekspresi datar, "Pak Emil, aku nggak ingin hadiah apa pun. Aku hanya ingin anak buahmu pergi dari rumah pernikahan temanku.""Nggak masalah."Emil segera mengeluarkan ponselnya, menelepon dan meminta anak buahnya mundur.Wina menghela napas lega, berbalik, mengambil gelas anggur berisikan obat dan menyerahkannya kepada Emil."Pak Emil, aku sengaja membawakan anggur. Ayo, kita minum bersama.""Minum anggur?"Emil mengangkat alisnya sedikit. Dia tidak menyangka Wina akan berinisiatif untuk mengundangnya minum bersama.Emil agak terkejut, berpikir bahwa Wina sudah berubah pikiran. Dia pun buru-buru bertanya di samping telinga Wina, "Kenapa? Apa kamu sudah berubah pikiran? Kamu sudah bersedia membiarkanku menyentuhmu?"Wina takut Emil akan curiga, jadi tetap mempertahankan sikapnya sebelumnya dan berkata de
Seperti yang Wina perkirakan, Emil tidak akan melepaskannya meski sudah mendapatkan kontrak itu.'Seharusnya ini terjadi setelah dia meminum obat tidur itu!''Semua ini salah pria di kamar mandi itu!''Kalau saja dia nggak berpura-pura menjadi Emil dan mengacaukan rencanaku, aku nggak akan terlalu gugup hingga tanganku gemetar dan Emil nggak akan tahu.''Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa aku harus pasrah ditiduri oleh Emil?'Tepat ketika Wina sedang panik sampai berkeringat deras, terdengar suara getaran ponsel, yang mengganggu tangan Emil yang tengah meraba-raba Wina."Pak Emil, ponselmu. Lebih baik kamu mengangkatnya dulu."Wina mengambil kesempatan ini untuk segera mendorong Emil menjauh dan melepaskan diri.Emil merasa malam ini Wina tidak akan bisa melarikan diri, jadi dia tidak memedulikan Wina.Emil mengeluarkan ponselnya, setelah melihat nomor panggilan itu, dia segera mengangkatnya.Nada bicara Emil seketika berubah menjadi penuh hormat ketika berbicara dengan penelepon i
Wina tidak pernah menyangka dirinya akan dinodai oleh orang asing.Dia bahkan tidak tahu seperti apa rupanya.Dia sangat putus asa.'Kali ini, aku betul-betul nggak suci!''Jihan pasti akan membenciku sampai mati!'Jihan, Jihan, Jihan ....'Wina memanggil nama Jihan berulang kali di dalam hatinya. Di saat bersamaan, air matanya mengalir dari sudut matanya.Menyadari Wina menangis, pria itu tiba-tiba berhenti.Dia meraih dagunya dan bertanya dengan dingin, "Kamu menangis untuk siapa?"Wina mengatupkan bibirnya, tidak menjawab. Air matanya terus keluar dan segera membasahi dasi yang menutupi matanya.Keheningan Wina membuat pria itu tidak senang. Selanjutnya, pria itu tidak lagi mempertimbangkan perasaan Wina dan terus melanjutkan gerakannya.Postur dan intensitas yang digunakan pria itu sungguh berbeda dengan Jihan.Pria itu mencium seluruh tubuh Wina. Setiap gerakannya bahkan lebih gila dari yang dilakukan Jihan.Sementara Wina hanya bisa pasrah dan khawatir Emil akan tiba-tiba kembali
Pisaunya diambil dan tangannya ditahan oleh pria itu.Situasi tidak menguntungkan ini membuat Wina menjadi sangat tidak berdaya.Kemudian, dia jatuh duduk ke lantai, menutupi wajah dengan kedua tangannya dan menangis terisak-isak."Jangan menangis."Pria itu menghiburnya dengan nada dingin.Wina sama sekali tidak mendengarnya. Dia meringkuk di lantai dan terus menangis sekuat tenaga.Pria itu menghela napas, berlutut dan membelai rambut Wina.Setelah Wina menepis tangannya, pria itu berkata dengan pelan, "Aku sudah lama menginginkanmu. Aku tadi sudah nggak bisa menahan diri. Maafkan aku."'Sudah lama menginginkanku?''Maksudnya, orang bejat ini bukan karena terbawa nafsu, tapi dari awal sudah punya rencana?''Dia berpura-pura menjadi Emil dan mengirimiku pesan. Berarti dia tahu aku adalah pacarnya Emil.''Emil mengumumkan bahwa aku adalah pacarnya hanya di The Night Bar pada malam itu.'Wina memikirkannya dengan hati-hati. 'Pria bertubuh tinggi dan kekar pada saat itu.''Selain Jihan,
Emil berjalan keluar dari Grup Lionel sambil memegang kontrak dan terlihat bahagia.Dia mengambil mobil di basemen dan berencana langsung pergi ke Hotel Starsky mencari Wina.Di pertengahan jalan, dia tiba-tiba dicegat oleh puluhan mobil offroad.Merasakan ada yang tidak beres, Emil segera keluar dari mobilnya dan melarikan diri.Namun setelah berlari beberapa meter, sebuah mobil mewah edisi terbatas melaju seperti kehilangan kendali ke arahnya.Emil ketakutan dan terus melarikan diri, tetapi mobil itu tetap mencoba menabraknya, seakan ingin membunuhnya.Mobil itu berhenti ketika Emil terpojok dan pintu pengemudi perlahan terbuka.Seorang pria bertopeng perunggu keluar dari mobil itu.Kedua lampu depan mobil menyilaukan mata Emil.Alhasil, dia hanya bisa samar-samar melihat pria yang turun dari mobil itu mengenakan pakaian kasual.Emil merasa pria itu adalah anak muda karena rambut dan pakaian pria itu sangat kekanak-kanakan.Emil melirik pemuda itu, menebak pemuda itu adalah seorang p
Emil tidak pernah menerima perlakuan buruk, apalagi sampai dipotong jari.Kali ini dia sudah gegabah. Dia terlalu buru-buru datang ke Grup Lionel untuk memperbaiki kontrak sehingga dia lupa membawa pengawalnya.Jika ada pengawal, dia setidaknya masih bisa melawan pria di depannya. Akan tetapi, sekarang dia sendirian, hanya bisa menjadi tawanan pria bertopeng.'Apa pun yang ingin dia lakukan, setelah aku melarikan diri, aku pasti akan balas dendam padanya!'Emil masih berpikir dia bisa melarikan. Dia tidak tahu bahwa pria itu ingin dia mati di tempat.Ketika pria itu menaikkan dagu, pengawal yang berada di belakang Emil segera menendang lutut Emil.Emil seketika berlutut dan kedua tangannya jatuh ke aspal. Dia bersujud ke depan pria itu dan terlihat sangat menyedihkan.Perasaan malu membuat Emil sangat marah hingga tidak peduli terhadap apa pun lagi. Dia menengadah, menggertakkan gigi, menatap pria itu dan berteriak."Berengsek, beraninya kamu melakukan ini padaku? Aku pasti akan membun
Wina tercengang setelah membaca semua berita itu.'Siapa yang bisa menjatuhkan keluarga berpengaruh di Kota Aster hanya dalam semalam?'Wina tiba-tiba teringat pria bertopeng mengatakan bahwa Emil tidak akan bisa kembali.'Kenapa dia bisa tahu Emil nggak akan kembali? Apa dia yang melakukan semua ini?''Kalau dia yang melakukannya, berarti tebakanku sebelumnya, dia adalah teman baik Emil menjadi salah.''Selain itu, para teman Emil nggak mungkin bisa melakukan cara mengerikan ini untuk menjatuhkan Grup Rinos.''Kalau bukan teman Emil, siapa sebenarnya orang yang bernama Tuan Malam ini?'Kepala Wina hampir meledak memikirkan semua itu.Untungnya, Emil telah ditangani, jadi Wina tidak perlu lagi merasa khawatir.Hanya saja, dia lepas dari genggaman Emil, tetapi malah menjadi sasaran pria mesum lain.Wina berpikir sejenak dan pergi ke manajer hotel untuk melihat video kamera pengawas.Alhasil, yang dapat Wina lihat hanya bagian Emil masuk dan keluar kamarnya. Sementara bagian pria bertope
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je
Jihan mengernyit sebagai isyarat untuk Jefri agar tidak mengatakan apa-apa, lalu mencengkeram pundak Jefri dengan kuat.Selama puluhan tahun bersama, Jihan dan Jefri jadi memiliki ikatan batin yang kuat. Jefri tahu Jihan takut Wina akan ketakutan dengan rupanya saat ini, jadi dia menuruti perintah Jihan.Jefri bangkit berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lalu memapah Jihan yang matanya sudah berdarah itu berjalan keluar."Biar kupanggilkan dokter sekarang, Kak Jihan."Setelah keluar dari vila, Jefri langsung ingin berlari menuruni Gunung Kiron. Ada sebuah rumah kayu tidak jauh dari sana tempat dokter tinggal. Jefri sengaja mengaturnya untuk berjaga-jaga seandainya sesuatu terjadi kepada Jihan."Jefri."Namun, Jihan menghentikan adiknya. Karena sekarang ajalnya benar-benar sudah di depan mata, sikap Jihan menjadi jauh lebih tenang. Nada bicaranya bahkan terdengar seperti lega. "Cip itu menembus pembuluh darah sehingga darah keluar dari semua lubang pada tubuhku dan ini berarti ak
"Apa sekarang kamu sudah tahu bedanya garam dan gula?"Jihan menatap Wina yang bertanya seperti itu kepadanya, lalu menggelengkan kepalanya.Alis Delwyn sontak mengernyit. Kenapa ... firasatnya mendadak jadi buruk?Firasat buruknya akhirnya terbukti setelah Delwyn mencicipi steik buatan ayahnya. Sekeras apa pun dia mengunyah, steik itu tetap tidak bisa dikunyah.Delwyn sontak merasa tertipu, terlebih setelah melihat Daris dan Alta menutup mulut masing-masing untuk menahan tawa. Kedua pria itu ternyata jahil sekali.Delwyn menahan rasa mualnya, lalu melirik ke arah Ethel dan Edna yang mengenakan seragam SMA. "Kalian mau cobain nggak?"Ethel dan Edna yang sedang menatap makanan di piring mereka dengan bersemangat pun langsung menggelengkan kepala masing-masing. "Nggak mau. Ayah bilang anjing saja nggak bisa makan masakan Paman Jihan ...."Delwyn sontak terdiam.Ethel dan Edna diam-diam merasa begitu senang karena jarang sekali bisa melihat ekspresi Delwyn setertekan ini. Mereka langsung
Jihan bukanlah orang baik, tetapi dia juga bukan orang yang sangat jahat. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa dia tega melakukan apa pun demi kekuasaan. Tangannya bahkan sudah berlumuran darah banyak orang. Bagi orang-orang seperti ini, umur mereka memang biasanya hanya beberapa puluh tahun.Jihan juga bukannya mengeluh, hanya saja .... Dia pun menoleh memandang ke arah vila, lebih tepatnya ke arah Wina yang berdiri di depan jendela yang terbentang dari langit-langit. Sorot tatapan Jihan tampak berbinar sekaligus tidak rela. "Ayah terpaksa ingkar janji, jadi kamu harus gantikan Ayah untuk menjaga ibumu baik-baik selamanya."Delwyn tahu betapa dalamnya perasaan kedua orang tuanya terhadap satu sama lain, tidak ada yang bisa menggantikan mereka. Mana mungkin Delwyn akan menyanggupi permintaan ayahnya? "Ayah, harusnya Ayah tepati janji Ayah dan bukannya memintaku menggantikan Ayah."Jihan tahu bahwa putranya sebenarnya berhati lembut. Jika Jihan benar-benar pergi, bukan tanggung jawab putr
Pohon mati yang tumbang dan malang-melintang di Gunung Kiron membuat suasana sendu di daratan pegunungan. Jihan ingin terus melangkah, tetapi entah kenapa dia perlahan duduk di sepanjang pohon mati itu.Delwyn yang mengikuti di belakang pun berjalan menghampiri ayahnya sambil membawa payung.Beberapa butir salju menempel di tepi payung. Bulu mata lentik Jihan bergetar sesaat, tetapi dia tidak menoleh ke belakang."Duduklah."Delwyn takut ayahnya basah karena salju yang berjatuhan. Dia pun duduk di sebelahnya, menekuk lutut dan menyandarkan siku di pahanya, ujung payungnya dimiringkan ke sisi ayahnya.Ayahnya kini berbeda dengan dulu. Saat ini ayahnya mengenakan jas hitam, lehernya dibalut syal putih. Meski gayanya masih seperti dulu, ekspresinya terkesan menyiapkan perpisahan."Ayah."Delwyn memanggilnya, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Rasanya seperti ada yang harus dikatakan, tetapi entah apa yang harus dikatakan. Intinya, rasanya selalu ada rasa penyesalan yang akan datang ....
Di Gunung Kiron, hujan salju turun dengan lebat di hari pesta ulang tahun Delwyn, mirip seperti hujan deras di mana Wina bangun dari komanya. Wina yang masih setengah sadar hanya berdiri diam, melamun di depan jendela bahkan sampai lupa turun ke lantai bawah.Setelah Jihan ganti baju, dia keluar dari kamar ganti dan melihat Wina yang berdiri diam di depan jendela. Jihan pun ikut berdiri bersama Wina.Jihan menatap punggung Wina, sosok wanita yang sudah mendarah daging dalam jiwanya. Jihan teringat ke masa mereka masih muda, saat Wina yang disinari cahaya berlari menghampirinya, dengan rambut panjang berkibar dan mata cerah. Sosok Wina saat itu membuat gelora membara dalam hati Jihan.Dalam hidup ini, hal yang paling tak terlupakan, hal yang paling menakutkan bagi Jihan jika sampai terlupakan adalah sosok Wina. Kenapa semua orang di dunia ini bisa berumur panjang, hanya dirinya yang akan kehilangan segalanya sebelum menyentuh usia 50 tahun ....Jihan tidak menyalahkan takdir karena tida
Tentu saja Jihan tidak bisa menyembunyikan perkembangan robotnya dari Jefri. Sebelum Jihan datang, Jefri sudah berdiri di depan mesin sambil berusaha memperbaiki fungsinya.Dari balik kaca, Jihan bisa melihat gerakan tangan Jefri yang mengetikkan kode dengan cepat. Lalu, Jihan melihat bagaimana robot yang berada di samping mengikuti kendali Jefri dan berbicara seperti orang sungguhan. Jihan pun tersenyum kecil."Jefri ...."Jefri langsung berhenti bekerja dan menoleh menatap Jihan. Selama beberapa tahun terakhir, Jihan terus bekerja keras siang dan malam demi mengembangkan robot ini walaupun harus melawan rasa sakit.Jefri tidak bisa tinggal diam, jadi dia berinisiatif untuk membantu Jihan. Walaupun dia tidak sehebat Jihan, berkat usahanya yang pantang menyerah, akhirnya robot itu selesai."Kak Jihan, kapan Kak Jihan berencana menunjukkan robot ini kepada Kak Wina?"Jihan mendorong tangan Daris yang memapahnya menjauh, lalu berdiri tegak dan berjalan perlahan menuju robot itu. Dia pun
Delwyn mematikan lampu dan berbaring miring di atas kasur sambil meringkukkan tubuhnya menyerupai bola. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa semenjak kelahirannya, ayahnya sudah menahan rasa sakit dan menemaninya seolah-olah tidak terjadi apa-apa hingga Delwyn akhirnya perlahan tumbuh dewasa ....Delwyn jadi teringat betapa cuek dan tidak acuhnya dia terhadap ayahnya sewaktu masih kecil. Saat mengingat kembali semua hal kurang ajar yang dia lakukan semasa kecil, Delwyn menampar wajahnya sendiri dengan keras ....Setelah itu, Delwyn yang selama ini belum pernah menangis pun menutupi wajahnya dan membenamkan dirinya di tempat tidur sambil menangis hingga sekujur tubuhnya gemetar. Dia terlihat seperti seorang anak kecil yang akan ditelantarkan ....Sebelum ini Delwyn tidak tahu arti kematian, tetapi sekarang kematian itu mendadak begitu dekat di hadapannya. Delwyn akhirnya menyadari betapa dia sebenarnya sangat menyayangi kedua orang tuanya. Setiap malam, Delwyn mengorbankan tidurnya dem