Setelah orang-orang itu pergi, Jihan memandang Rudi, yang berdiri di samping dan menjadi pucat karena ketakutan dan berkata, "Panggilkan dokter untuk Lilia."Rudi mengangguk cepat dan menjawab, "Baik, aku akan segera panggil dokter ...."Rudi pun bergegas keluar. Lilia yang terbaring di lantai dan tidak bisa bergerak, mengalihkan pandangannya dengan susah payah dan menatap Jihan.Lilia sedikit terkejut ketika melihat tangan kanan Jihan, yang terbungkus kain kasa, mengeluarkan banyak darah karena memegang pistol tadi."Pak Jihan, biarkan aku menghentikan pendarahan di tanganmu dulu."Saat Lilia ingin bangkit berdiri, dia dihentikan oleh suara dingin, "Nggak perlu."Setelah mengatakan itu, Jihan berbalik dan duduk di sofa. Matanya yang acuh tak acuh itu menatap dingin sisa-sisa cahaya matahari terbenam.Lilia dapat melihat sorot mata Jihan sangat redup dan kusam, seolah-olah telah kehilangan warna kehidupan.Melihat Jihan seperti itu, rasa bersalah yang mendalam tiba-tiba melonjak di hat
Zeno menjawab dengan cepat, "Baik, Tuan. Saya akan segera menjemput Anda."Setelah Jihan mengakhiri panggilan, sorot matanya yang dingin dan haus akan darah itu melihat ke luar jendela, melihat rumah mansion yang diterangi lampu jalan.Seakan-akan dia bisa melihat rumah besar Keluarga Levin melalui cahaya itu, yang membuat matanya tiba-tiba dipenuhi kebencian.'Ellen, aku berjanji pada Ayah untuk nggak membunuhmu, tapi kamu sudah menghancurkan apa yang aku pedulikan, jadi aku juga akan menghancurkan apa yang kamu pedulikan.'Akan kuladeni permainanmu ini ....'Setelah membungkus ulang kain kasa yang berlumuran darah itu, Jihan mengeluarkan sepasang sarung tangan kulit hitam dan memakainya dengan paksa.Setelah itu dia pergi ke ruang ganti, mengambil satu set pakaian kasual dan mengenakannya, lalu mengacak-acak rambutnya yang sebelumnya disisir rapi.Setelah semuanya siap, dia mengambil topengnya dan perlahan turun ke bawah.Rudi sedikit khawatir saat melihat Jihan keluar dengan penampi
Saat memikirkan itu, gelombang kebencian secara tiba-tiba muncul di mata Jihan.Jihan mengambil topengnya, memasangkan di wajahnya, turun dari mobil dan berjalan dengan cepat.Setelah dia turun, seluruh orang dari puluhan mobil yang ikut berhenti di tempat parkir pun turun.Kemunculan kerumunan orang bertopeng mengagetkan pasangan muda yang masih berciuman itu.Terutama Mira, wajahnya langsung memucat ketika melihat pria bertopeng emas sedang bersandar di depan pintu mobil."Tuan ... Tuan Malam ...."Sepanjang hidupnya, Mira tidak pernah takut pada siapa pun.Namun, hanya mendengar nama Tuan Malam saja sudah membuatnya ketakutan.Karena setiap kali dia melakukan sesuatu yang buruk, Tuan Malam akan mendatanginya dan menyuruh para anak buah untuk bergantian menyerangnya.Mira sudah mencoba memeriksa identitas Tuan Malam, tetapi tidak dapat menemukan informasi apa pun, seolah-olah mereka sengaja menyembunyikan identitas hanya untuk menyerangnya.Oleh karena itu, Mira tidak bisa membalaska
Mira masih marah karena pria muda itu meninggalkannya dan melarikan diri. Kemudian, dia mendengar suara yang sengaja disamarkan memberikan perintah yang mengerikan dan menakutkan.Sekujur tubuhnya seketika melemas dan dia terjatuh di depan mobil sambil memandang Tuan Malam dengan ekspresi tidak percaya."Aku nggak pernah menyinggungmu, 'kan? Kenapa kamu selalu mengincarku?"Dulu, Mira hanya diberi pelajaran biasa. Kali ini, dia akan ditampar dan dikurung di The Night Bar dan dijadikan wanita panggung.Mira sangat heran dari mana Tuan Malam mendapatkan kekuatan untuk bisa mengatur tempat paling menghasilkan uang di Kota Aster dengan sesuka hatinya?Selain itu, Tuan Malam tahu bahwa dirinya adalah adik sepupu Jihan dari Keluarga Lionel dan satu-satunya cucu perempuan di Keluarga Levin. Meskipun tahu, mengapa Tuan Malam masih berani menyerangnya?Sayangnya, dia mungkin tidak akan pernah bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.Begitu Zeno melambaikan tangannya, seorang pri
Winata lebih pintar dari Mira. Dia segera teringat pada Jihan.Karena Ellen sudah memberitahunya bahwa wanita jalang itu, Wina, sudah meninggal. Kemudian, Jihan menyayat pergelangan tangannya, bunuh diri di depan makam Wina.Winata ingat saat dia dan Mira memberi pelajaran pada Wina di toilet, Jihan juga ada di sana.Jihan membantu Wina ketika Mira mengatakan ingin langsung membunuh Wina.Winata merasa jika bukan karena Mira bersikeras akan memberi tahu Ellen, Jihan pasti tidak akan menampar Wina.Tamparan itulah yang membuat Winata menghilangkan semua kecurigaannya.Winata tidak menyangka Jihan melakukan hal itu di depan mereka agar keluarganya tidak mengetahui keberadaan Wina.'Jelas-jelas sudah berhubungan dengan wanita jalang itu selama lima tahun, tapi masih bersikap seperti nggak terjadi apa-apa. Jihan sungguh pandai menyembunyikannya!''Sekarang, demi wanita jalang itu, kamu malah memperlakukanku seperti ini. Jihan, kamu sungguh keterlaluan!'Setelah kepalanya ditarik keluar dar
Saat Lilia membuka matanya, dia sudah berada di rumah sakit.Dia menggerakkan sudut mulutnya yang terluka, bergumam dengan susah payah, "Air ...."Sebuah tangan ramping memegang bagian belakang kepalanya dan memberikan segelas air ke mulutnya.Lilia menundukkan kepalanya, menyesap beberapa kali untuk menghilangkan rasa kering di mulutnya.Ketika menatap mata gelap itu, raut wajah Lilia seketika menjadi pucat dan matanya melebar tampak sedikit ketakutan."Kamu begitu takut padaku?"Setelah Yuno meletakkan gelas air, dia duduk di samping ranjang Lilia, bersandar di kursi sambil menyilangkan kakinya dan memandang Lilia dengan tatapan penuh arti.Sorot mata Lilia yang ketakutan berangsur-angsur berubah menjadi dingin. "Kenapa kamu ada di sini?" tanyanya.Yuno tersenyum dan berkata, "Tentu saja untuk melihat Lilia-ku ...."Nadanya penuh kasih sayang, tetapi matanya terlihat sinis. "Melihat seberapa baik keadaan Lilia-ku setelah meninggalkan Keluarga Safwan," sambungnya.Yuno menyentuh kulit
Begitu keluar dari kamar rawat, Yuno bertemu dengan Daris, yang sedang berjalan mendekat. Keduanya saling memandang sejenak.Ekspresi Yuno langsung dipenuhi dengan kebencian yang luar biasa. Sisi lembut terhadap Lilia yang sebelumnya muncul sedikit itu seketika lenyap.Yuno menatap Daris dengan dingin, menabrak bahunya dan terus berjalan pergi dengan marah.Daris melihat punggung Yuno yang berjalan pergi itu dengan penuh kebencian. Dia tidak menyangka setelah bertahun-tahun, Yuno akan menemui Lilia.Daris merasa Yuno aneh dan kontradiktif. Jelas-jelas dirinya yang dibenci Yuno, tetapi Yuno bersikeras balas dendam kepada Lilia.Namun, mulai sekarang, Daris tidak akan pernah membiarkan Yuno menyakiti Lilia seperti dahulu.Daris berbalik dan berjalan ke kamar rawat Lilia. Ketika melihat luka Lilia, amarah yang terlihat di matanya langsung berubah menjadi kasihan."Lilia, bagaimana keadaanmu?""Aku baik-baik saja," ujar Lilia sambil menggeleng pelan.Ketika melihat wajah Daris juga terluka
Ketika terbangun dari mimpinya, Sara menangis cukup lama.Dia tahu Wina tidak pernah bahagia tinggal di dunia ini.Saat masih kecil, dia ditinggalkan oleh orang tuanya karena penyakit jantung bawaan.Kemudian, dia disakiti oleh cinta pertamanya. Meskipun hanya salah paham, rasa sakit yang dideritanya adalah sesuatu yang benar-benar dia lalui.Setelah beranjak dewasa dan bertemu dengan pria yang dia cintai, pria itu malah mengambil nyawanya, membuatnya mati dengan membawa perasaan kecewa dan penyesalan.Karena itulah, Wina mungkin benar-benar putus asa dengan dunia ini dan tidak ingin pernah kembali lagi.Setelah berkali-kali bermimpi Wina hidup dengan baik di dunia sana, Sara pun berpikir memang lebih baik Wina tidak kembali.Manusia pada akhirnya akan mati, Wina hanya selangkah lebih dulu ke dunia sana. Setelah kehidupannya di sini berakhir, Sara juga akan pergi ke dunia itu.Seperti yang dikatakan Wina dalam mimpinya. Wina akan membangun rumah di sana. Ketika kehidupan Ivan dan dirin