"Gini saja, ayo pulang dulu dengan Kakek supaya kamu bisa mengenal keluargamu. Nanti kamu bisa putuskan lagi mau tetap tinggal dengan Kakek atau nggak."Sepertinya James tahu apa yang membuat Wina khawatir, jadi dia memutuskan untuk mengalah. Dia menyarankan agar Wina mengenal kerabat-kerabatnya terlebih dulu dan merasakan betapa hangatnya Keluarga Ivoron."Kamu juga boleh membawa keponakanmu ke Keluarga Ivoron supaya dia mengenal kerabat-kerabatnya dari pihak ibunya. Biar dia tahu juga kalau ibunya berasal dari Keluarga Ivoron."Setelah berpikir sejenak, Wina pun mendorong tangan James menjauh dan duduk dengan tegak."Keponakanku adalah anggota Keluarga Chris dan Keluarga Soraya. Dia bukan keturunan langsung Keluarga Ivoron, jadi dia nggak perlu mengenal mereka sekarang. Kalau aku ...."Wina berhenti bicara sesaat, lalu mengernyit dan melanjutkan dengan tegas."Aku nggak keberatan mengenali kalian sebagai keluargaku, tapi aku nggak akan tinggal dengan kalian. Aku sudah punya keluargak
Sebelum jamuan makan malam dimulai, James mengajak Wina kembali ke rumahnya.Wina pernah ke sini saat berpura-pura menjadi Vera. Dia ingat rumah ini dulunya ditempati oleh Ishara.Keluarga Ivoron memiliki cukup banyak rumah di Kadana, tetapi James sudah terbiasa tinggal di sini.James memerintahkan putra dan cucunya untuk mempersiapkan jamuan makan malam, lalu mengajak Wina melewati taman menuju rumah yang Wina rancang.James memberi tahu Wina bahwa mulai saat ini, inilah rumah Wina. Jika Wina ingin kembali ke keluarganya, dia bisa tinggal di sini.Wina tidak memberikan tanggapan apa pun, dia hanya berjalan mengikuti James sambil sesekali memperhatikan sekeliling.Setelah mengajak Wina ke rumahnya, James pun menoleh dan bertanya kepada Wina, "Kamu suka rumahnya?""Suka-suka saja, aku 'kan cuma sementara di sini," jawab Wina dengan kesan biasa saja.James juga tidak mempermasalahkannya. "Nggak masalah kamu mau tinggal berapa lama juga. Yang terpenting kamu mau pulang."Setelah itu, Jame
Wina menyilangkan tangannya dan meletakkannya di atas lututnya sambil menatap pemandangan malam di luar jendela sana.Dia bisa melihat sosok James yang berwibawa dan tinggi di bawah lampu jalanan sana.Wina pikir kakeknya itu sudah pergi, ternyata kakeknya sedang berdiri di taman sambil menatapnya.Wina menyadari bahwa James sedang melepas kerinduannya terhadap Ishara melalui sosoknya.Wina menatap James selama beberapa saat. Dia akhirnya mengenakan mantel tebal dan sepatu, lalu pergi ke taman.Begitu melihat sosok Wina, James terlihat agak kaget dan terharu seolah tidak menyangka Wina akan keluar.Wina menghampiri James tanpa mengatakan apa-apa. Langkahnya yang berjalan maju itu seolah menyuarakan dengan jelas bahwa dia menyetujui ajakan James untuk berjalan-jalan sehabis makan.James yang cerdas pun bergegas mengikuti Wina. "Kamu sama seperti nenekmu. Walaupun dari luar terlihat keras, sebenarnya hati kalian sangat lembut."Wina hanya tidak ingin terus berada dalam suasana hati yang
Keluarga Ivoron pasti tahu bahwa Wina adalah istri Jihan. Namun, mereka sama sekali tidak pernah menyebut nama Jihan ataupun anak mereka di depan Wina.Wina pikir itu karena Keluarga Ivoron hanya peduli padanya dan tidak dengan siapa yang menjadi suaminya. Karena sekarang James sendiri yang bertanya kepadanya, Wina pun tidak mengelak.Wina terdiam selama beberapa detik, lalu menoleh menatap James. "Penting."Penting.Karena Jihan seperti bintang.Sayangnya, saat ini seolah ada awan gelap yang menutupi Jihan sehingga tidak terlihat.Wina harus menunggu awan itu lenyap dulu baru bisa melihat Jihan.James menatap Wina yang berada di seberang taman kecil sana.Entah apa yang ada dalam benak James. Lama sekali waktu berlalu sebelum James mulai angkat bicara lagi."Aku sudah menyelidiki tentang Jihan. Ternyata dia nggak begitu baik padamu, dia bahkan nyaris membunuhmu demi wanita lain. Apa pria yang seperti itu tetap penting buatmu?""Itu adalah kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu. Seka
Wina menatap makanan yang diberikan kepadanya, lalu menatap paman pertamanya, Justin yang duduk di kursi sopir dan paman keduanya, Benson yang duduk di kursi samping pengemudi melalui kaca spion."Kamu nggak suka?"Wina menggelengkan kepalanya. Sebelumnya dia memang tidak suka, tetapi setelah hamil, Wina jadi sangat menyukai makanan asam seperti ini."Terima kasih."Wina pun membuka kantong makanan ringan itu, lalu memasukkan sebutir buah plum ke dalam mulutnya. Rasa asam buah itu segera melenyapkan sensasi sesak di dalam mobil.Benson Ivoron, putra kedua James, tersenyum kecil menatap Wina yang menunduk dan menikmati makanan ringannya dengan tenang itu. Seandainya saja adiknya masih hidup, pasti akan terlihat seperti itu juga, bukan?"Paman nggak tahu soal keberadaanmu sebelum ini. Seandainya saja Paman tahu, Paman dan paman pertamamu pasti akan langsung mengajakmu pulang sebelum kakekmu campur tangan."Wina meremas kantong makanannya tanpa mengatakan apa-apa. Bukan karena dia tidak m
Wina menikmati angin sepoi-sepoi yang mengenai wajahnya, lalu menurunkan pandangannya sambil berkata, "Di Alvinna juga ada banyak tempat dengan pemandangan yang cantik. Sama-sama ada angin alami, pepohonan dan jalanan.""Sebenarnya, aku juga nggak selalu tinggal di Kadana," sahut Fred dengan lembut. "Aku cuma pulang sesekali. Tapi, kalau kamu tinggal di sini, aku bakal lebih sering pulang untuk menengokmu.""Kalau kamu mau menemuiku, datang saja ke Kota Aster," ujar Wina."Oke, kamu yang janji, ya," kata Fred sambil tersenyum dan mengangkat alisnya dengan jenaka.Wina sontak merasa terjebak, tetapi dia tidak memberikan tanggapan apa pun. Andrew pun menimpali sambil tersenyum, "Tenang saja, kakak keduamu ini biasanya sibuk banget. Dia pasti cuma punya sedikit waktu luang untuk merecokimu."Pembawaan Andrew yang cenderung riang membuat Wina refleks berkata, "Kamu juga nggak boleh menemuiku.""Tenang saja. Aku pasti akan menemuimu kalau sampai ada apa-apa," sahut Andrew sambil tersenyum k
Andrew menatap Wina selama beberapa detik, lalu mengubah topik pembicaraan. "Sudah, nggak usah membicarakan tentangku lagi. Membosankan. Coba ceritakan tentangmu.""Nggak ada cerita apa-apa, sama membosankannya," sahut Wina dengan reaksi yang sama datarnya.Andrew pun tersenyum dengan geli. "Kamu nggak perlu sewaspada ini denganku."Wina ikut tersenyum. "Bukannya Keluarga Ivoron juga memperlakukanku dengan penuh kewaspadaan?"Andrew tidak mau memberi tahu Wina bagaimana James merebut Ishara dari kekasihnya.Andrew juga tidak mau menjawab saat ditanya apa pekerjaannya dan James.Lantas, kenapa pula Wina harus menceritakan tentang dirinya kepada mereka?Wina mengibaskan rambut bergelombangnya yang menutupi dadanya, lalu berbalik badan dan berjalan ke ruang ganti dengan sombong.Andrew menyilangkan tangannya di depan dada sambil bersandar di kursi dan tersenyum kecil menatap punggung Wina.Dia sebenarnya ingin tahu seberapa pentingnya Jihan bagi Wina, tetapi setelah dipikir-pikir lagi, se
Wina tidak menjawab. Jodie menunggu selama beberapa saat, lalu akhirnya tertawa kecil. "Tenang saja, pamanku nggak mungkin menyakitiku. Dia sangat baik padaku sejak aku masih kecil."Permana tahu Jodie adalah Wakil Ketua Kamar Dagang Endoa-Siana, tetapi Permana tetap membantu keponakannya di Medan Hitam. Jika Jodie menemukan bukti terkait hal ini, mereka terpaksa menjadi musuh.Jodie justru merasa lebih khawatir tentang bagaimana membujuk Permana untuk meninggalkan Medan Hitam dan bagaimana membereskan Medan Hitam, tetapi dia tidak memberitahukan soal itu kepada Wina karena itu tidak ada hubungannya dengan Wina.Wina masih mengkhawatirkan Jihan, tetapi Jodie tidak mengetahui apa pun dari perkataan Permana. Dia tidak bisa menanyakan kabar apa pun tentang Jihan, jadi Wina juga tidak mencoba bertanya.Mereka berdua terdiam selama beberapa saat, lalu si penata busana masuk sambil membawa gaun. Wina meminta Jodie untuk menjaga Cessa baik-baik, lalu menutup telepon.Wina mewarisi gen bagus d