Wina menyilangkan tangannya dan meletakkannya di atas lututnya sambil menatap pemandangan malam di luar jendela sana.Dia bisa melihat sosok James yang berwibawa dan tinggi di bawah lampu jalanan sana.Wina pikir kakeknya itu sudah pergi, ternyata kakeknya sedang berdiri di taman sambil menatapnya.Wina menyadari bahwa James sedang melepas kerinduannya terhadap Ishara melalui sosoknya.Wina menatap James selama beberapa saat. Dia akhirnya mengenakan mantel tebal dan sepatu, lalu pergi ke taman.Begitu melihat sosok Wina, James terlihat agak kaget dan terharu seolah tidak menyangka Wina akan keluar.Wina menghampiri James tanpa mengatakan apa-apa. Langkahnya yang berjalan maju itu seolah menyuarakan dengan jelas bahwa dia menyetujui ajakan James untuk berjalan-jalan sehabis makan.James yang cerdas pun bergegas mengikuti Wina. "Kamu sama seperti nenekmu. Walaupun dari luar terlihat keras, sebenarnya hati kalian sangat lembut."Wina hanya tidak ingin terus berada dalam suasana hati yang
Keluarga Ivoron pasti tahu bahwa Wina adalah istri Jihan. Namun, mereka sama sekali tidak pernah menyebut nama Jihan ataupun anak mereka di depan Wina.Wina pikir itu karena Keluarga Ivoron hanya peduli padanya dan tidak dengan siapa yang menjadi suaminya. Karena sekarang James sendiri yang bertanya kepadanya, Wina pun tidak mengelak.Wina terdiam selama beberapa detik, lalu menoleh menatap James. "Penting."Penting.Karena Jihan seperti bintang.Sayangnya, saat ini seolah ada awan gelap yang menutupi Jihan sehingga tidak terlihat.Wina harus menunggu awan itu lenyap dulu baru bisa melihat Jihan.James menatap Wina yang berada di seberang taman kecil sana.Entah apa yang ada dalam benak James. Lama sekali waktu berlalu sebelum James mulai angkat bicara lagi."Aku sudah menyelidiki tentang Jihan. Ternyata dia nggak begitu baik padamu, dia bahkan nyaris membunuhmu demi wanita lain. Apa pria yang seperti itu tetap penting buatmu?""Itu adalah kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu. Seka
Wina menatap makanan yang diberikan kepadanya, lalu menatap paman pertamanya, Justin yang duduk di kursi sopir dan paman keduanya, Benson yang duduk di kursi samping pengemudi melalui kaca spion."Kamu nggak suka?"Wina menggelengkan kepalanya. Sebelumnya dia memang tidak suka, tetapi setelah hamil, Wina jadi sangat menyukai makanan asam seperti ini."Terima kasih."Wina pun membuka kantong makanan ringan itu, lalu memasukkan sebutir buah plum ke dalam mulutnya. Rasa asam buah itu segera melenyapkan sensasi sesak di dalam mobil.Benson Ivoron, putra kedua James, tersenyum kecil menatap Wina yang menunduk dan menikmati makanan ringannya dengan tenang itu. Seandainya saja adiknya masih hidup, pasti akan terlihat seperti itu juga, bukan?"Paman nggak tahu soal keberadaanmu sebelum ini. Seandainya saja Paman tahu, Paman dan paman pertamamu pasti akan langsung mengajakmu pulang sebelum kakekmu campur tangan."Wina meremas kantong makanannya tanpa mengatakan apa-apa. Bukan karena dia tidak m
Wina menikmati angin sepoi-sepoi yang mengenai wajahnya, lalu menurunkan pandangannya sambil berkata, "Di Alvinna juga ada banyak tempat dengan pemandangan yang cantik. Sama-sama ada angin alami, pepohonan dan jalanan.""Sebenarnya, aku juga nggak selalu tinggal di Kadana," sahut Fred dengan lembut. "Aku cuma pulang sesekali. Tapi, kalau kamu tinggal di sini, aku bakal lebih sering pulang untuk menengokmu.""Kalau kamu mau menemuiku, datang saja ke Kota Aster," ujar Wina."Oke, kamu yang janji, ya," kata Fred sambil tersenyum dan mengangkat alisnya dengan jenaka.Wina sontak merasa terjebak, tetapi dia tidak memberikan tanggapan apa pun. Andrew pun menimpali sambil tersenyum, "Tenang saja, kakak keduamu ini biasanya sibuk banget. Dia pasti cuma punya sedikit waktu luang untuk merecokimu."Pembawaan Andrew yang cenderung riang membuat Wina refleks berkata, "Kamu juga nggak boleh menemuiku.""Tenang saja. Aku pasti akan menemuimu kalau sampai ada apa-apa," sahut Andrew sambil tersenyum k
Andrew menatap Wina selama beberapa detik, lalu mengubah topik pembicaraan. "Sudah, nggak usah membicarakan tentangku lagi. Membosankan. Coba ceritakan tentangmu.""Nggak ada cerita apa-apa, sama membosankannya," sahut Wina dengan reaksi yang sama datarnya.Andrew pun tersenyum dengan geli. "Kamu nggak perlu sewaspada ini denganku."Wina ikut tersenyum. "Bukannya Keluarga Ivoron juga memperlakukanku dengan penuh kewaspadaan?"Andrew tidak mau memberi tahu Wina bagaimana James merebut Ishara dari kekasihnya.Andrew juga tidak mau menjawab saat ditanya apa pekerjaannya dan James.Lantas, kenapa pula Wina harus menceritakan tentang dirinya kepada mereka?Wina mengibaskan rambut bergelombangnya yang menutupi dadanya, lalu berbalik badan dan berjalan ke ruang ganti dengan sombong.Andrew menyilangkan tangannya di depan dada sambil bersandar di kursi dan tersenyum kecil menatap punggung Wina.Dia sebenarnya ingin tahu seberapa pentingnya Jihan bagi Wina, tetapi setelah dipikir-pikir lagi, se
Wina tidak menjawab. Jodie menunggu selama beberapa saat, lalu akhirnya tertawa kecil. "Tenang saja, pamanku nggak mungkin menyakitiku. Dia sangat baik padaku sejak aku masih kecil."Permana tahu Jodie adalah Wakil Ketua Kamar Dagang Endoa-Siana, tetapi Permana tetap membantu keponakannya di Medan Hitam. Jika Jodie menemukan bukti terkait hal ini, mereka terpaksa menjadi musuh.Jodie justru merasa lebih khawatir tentang bagaimana membujuk Permana untuk meninggalkan Medan Hitam dan bagaimana membereskan Medan Hitam, tetapi dia tidak memberitahukan soal itu kepada Wina karena itu tidak ada hubungannya dengan Wina.Wina masih mengkhawatirkan Jihan, tetapi Jodie tidak mengetahui apa pun dari perkataan Permana. Dia tidak bisa menanyakan kabar apa pun tentang Jihan, jadi Wina juga tidak mencoba bertanya.Mereka berdua terdiam selama beberapa saat, lalu si penata busana masuk sambil membawa gaun. Wina meminta Jodie untuk menjaga Cessa baik-baik, lalu menutup telepon.Wina mewarisi gen bagus d
"Wina, mulai sekarang kamu dan Veraya resmi menjadi keturunan Keluarga Ivoron."Semua orang yang hadir pun langsung memberikan tepuk tangan yang meriah menyambut ucapan James.James merasa sangat senang dengan reaksi semua orang, dia mempersilakan mereka semua untuk minum.Semua orang mengerumuni James dan mengucapkan selamat karena akhirnya menemukan anaknya.Di sisi lain, Wina melangkah mundur menjauhi kerumunan orang itu.Dia berjalan menuju area yang cenderung terpencil, lalu memandangi bintang-bintang di langit malam.Sewaktu masih kecil, Wina pikir dia akan merasa sangat bahagia apabila berhasil menemukan keluarganya. Ternyata sekarang dia malah merasa kesepian.Seandainya saja Jihan ada bersamanya, dia pasti akan mengakui keluarganya dengan senang hati sambil menggandeng lengan Jihan.Bersama dengan keluarga dan orang yang disayangi adalah sesuatu yang paling membahagiakan, tetapi Wina justru merasa begitu sepi."Kamu merindukannya?"Andrew yang mengenakan setelan tuksedo hitam
Jelas-jelas dia tahu Wina pernah ke Medan Hitam dan apa yang Wina alami di sana, tetapi Andrew masih bisa menyembunyikan fakta ini seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Andrew bahkan berbohong padanya. Bukankah dulu awalnya dia mendatangi Wina karena sudah tahu Wina menyamar sebagai Vera? Bukankah dulu dia datang karena ingin tes DNA untuk memastikan hubungannya dengan Ishara?Namun, faktanya, mereka sudah melihat rupa Wina melalui kamera pengawas Medan Hitam, barulah setelah itu Andrew datang mencarinya.Mereka sudah menipu Wina, sudah menyembunyikan rahasia dari Wina. Bisa-bisanya mereka dengan polos mendatanginya untuk tes DNA?Selain itu ....Demi mencari tahu pendiri Medan Hitam, Jihan sudah terpisah darinya selama setengah tahun. Zeno juga meninggal di dalam tugas ini.Mereka melakukan begitu banyak hal keterlaluan di belakang Wina, tapi masih punya muka mengakuinya sebagai keluarga? Bagaimana Wina bisa mempertanggungjawabkan hal ini pada Cessa?Wina meremas daun emas itu dan tatapa