Begitu melihat Haris mendorong Wina, tetapi ditarik Wina keluar dari kapal, jantung Jihan seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik. Wajahnya yang tampan sontak menjadi pucat, matanya yang semula terlihat acuh tak acuh mendadak menjadi berkaca-kaca.Jihan menatap laut tempat Wina dan Haris menceburkan diri dari layar ponsel. Dia berharap akan ada keajaiban yang terjadi. Namun, setelah sekian lama menunggu, hanya Haris yang berenang sendirian dan muncul ke permukaan air. Setelah itu, permukaan air pun menjadi tenang ....Setelah video itu berhenti, rasanya dunia Jihan mendadak menjadi gelap. Suasana seketika menjadi sunyi dan Jihan merasa seolah jatuh ke dalam jurang tak berujung. Sama sekali tidak ada harapan apa pun.Jihan mengangkat tangannya, tetapi beberapa kali terkulai lemas karena gemetar. Dia harus mengerahkan segenap tenaganya untuk menyentuh bekas gigitan Wina di tulang selangkanya.Jihan masih ingat ucapan Wina waktu itu. "Kalau dia mengancammu dengan nyawaku, Jihan,
Bulu mata Jihan sedikit bergerak dan perlahan berpindah ke wajah Winata seolah kesadarannya baru kembali.Tiba-tiba, jari Winata yang menopang dagu Jihan patah dalam sekejap!Krak!Buku-buku jari Winata bahkan sampai patah!"Aaahhh!"Winata menjerit kesakitan, tetapi rasa sakit yang menghujam tiba-tiba datang dari pergelangan tangannya.Kali ini, Jihan mencengkeram pergelangan tangan Winata dan mematahkannya!Belum sempat Winata memproses rasa sakitnya, tiba-tiba lehernya dicekik dengan dingin.Dalam satu detik, wajah Winata langsung memerah kekurangan oksigen ....Jihan pasti sudah membunuh Winata detik itu juga apabila bukan karena otaknya berada di bawah kendali orang lain.Jihan terjatuh ke atas lantai sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit, sementara Winata lolos dari jurang ajal.Winata refleks memegangi lehernya dan bergerak mundur dengan panik, bahkan sebelum dia sempat bangkit berdiri.Setelah sudah cukup menjauh, barulah Winata meratapi tangan kirinya yang patah.Ketika
Batas waktu kurungan Tuan Keempat pun tiba, dia segera dibebaskan.Setelah keluar, Permana langsung mengumpulkan pasukannya. Dia menendang pintu kamar tempat Winata dan Tuan Alastor berada hingga terbuka.Beberapa pria berbaju hitam pun melangkah maju dan menyeret sepasang sejoli yang sedang telanjang itu dari atas kasur dengan kasar seolah-olah Winata dan Tuan Alastor adalah binatang.Saat melihat Winata, Tuan Keempat yang mengenakan topeng itu langsung menendang Winata.Winata merasa sangat marah, wajahnya sampai pucat dan sekujur tubuhnya gemetar. Bagaimana tidak, dia sedang tidak mengenakan apa-apa dan malah jadi bahan tontonan sekelompok pria ini.Winata dan Tuan Alastor diseret turun dari atas kasur dalam kondisi lengah. Sekarang mereka juga tidak bisa bergerak karena ditekan ke atas lantai oleh para pria berbaju hitam.Winata hanya bisa menengadah menatap Tuan Keempat sambil menggertakkan gigi."Tuan Keempat, apa kamu nggak takut dihukum oleh 1-2 karena sudah memperlakukanku sep
Permana sudah bisa menduga apa yang akan Jihan lakukan. Dia sebenarnya ingin memperbolehkan Jihan, tetapi dia merasa agak khawatir.Permana berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk membereskan kekacauan yang ada secepat mungkin. Dia pun balas mengangguk."Ikuti aku."Jihan mengabaikan lukanya yang mengucurkan darah. Dia bangkit berdiri dan mengikuti Permana ke ruang pemrograman.Jihan duduk di depan konsol, lalu segera memodifikasi program berdasarkan pemrograman sederhana pada pengontrol.Tubuh Jihan tampak ramping dan proporsional, jemarinya yang lentik tetapi berdarah itu mengetik kode dengan cepat.Di sisi lain, Permana mengamati waktu sekaligus layar."Masih ada 10 menit sebelum 1-2 kembali ke ruang pemrograman Area A."Dalam periode waktu ini, biasanya 1-2 sedang berada di ruang pemrograman Area B.1-2 memiliki manajemen waktu yang sangat ketat. Dia mengatur di mana dan apa saja yang harus dia lakukan dalam setiap periode waktu.1-2 tidak akan menyimpang dari agenda yang telah dia
"Maaf."Jihan terlihat seperti robot yang tidak berperasaan, wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia menurunkan bulu matanya menatap Permana."Aku harus pergi ke zona atas. Aku harus membuka otak 1-2 dan memasang cip di situ.""Tapi, karena aku nggak punya izin, aku terpaksa meminjam bola mata dan telapak tanganmu."Tuan Keempat sudah tahu apa yang hendak Jihan lakukan, jadi mana mungkin dia akan mengiakan?"Aku cuma akan membantumu membunuh Tuan Alastor dan Winata. Jangan berani-beraninya kamu menyeretku ke dalam apa pun yang dapat membahayakan 1-2!"Permana meronta untuk membebaskan diri, tetapi gagal. Jihan tetap mencekik Permana dengan kuat dan berdiri bergeming seperti tembok.Begitu melihat kejadian ini, satu per satu programmer lain di situ pun bangkit berdiri. Namun, Jihan melirik mereka dengan dingin."Jangan ada yang ke sini kalau nggak mau dia mati."Setelah itu, Jihan menurunkan bulu matanya untuk menutupi sorot tatapannya yang dingin dan perlahan menyunggingkan seulas senyuman
Begitu menerima telepon dari Winata, 1-2 yang awalnya sedang menangani masalah di Area B pun kembali lebih cepat ke Area A.Begitu keluar dari lorong eksklusif, dia melihat para pria berbaju hitam bergelimpangan di koridor dalam kondisi tertembak ....1-2 refleks mengernyit melihat semua genangan darah ini."Sialan!"1-2 memimpin bawahannya melewati mayat-mayat pria berbaju hitam itu, lalu bergegas ke ruang pemrograman.Begitu membuka pintu dan masuk, dia melihat Jihan sedang duduk di sofa tengah.Jihan duduk bersandar dengan malas, kakinya yang ramping disilangkan dengan santai dengan tangan di atas paha. Pistol yang Jihan pegang tampak berlumuran darah, bahkan sampai menetes.Jihan menyandarkan kepalanya pada bantalan sofa sambil sedikit mengedikkan dagunya. Dia menurunkan pandangannya menatap orang-orang yang bergegas masuk dengan dingin dan tanpa rasa takut. Jihan justru terlihat seperti sedang menatap sekumpulan orang mati.Noda darah memang tidak terlihat jelas karena pakaian Jih
"Sialan! Kalau kamu berani-beraninya memasang cip di kepalaku, akan kubunuh seluruh keluargamu!"1-2 memukul pintu kabin dengan putus asa sambil mengutuk Jihan, tetapi Jihan hanya menatapnya tanpa ekspresi. Setelah mesin melepaskan kepala 1-2, Jihan pun berbalik badan.Dia berjalan ke ruang dalam tempat cip ditempatkan. Setelah memilih salah satu secara acak, Jihan kembali ke kabin operasi. Dia mengambil pisau bedah yang dibagikan dari kabin, lalu mengenakan sarung tangan.Jihan perlahan duduk di belakang kepala 1-2. Saat ini, bagian belakang 1-2 menghadap Jihan. 1-2 sibuk memaki Jihan, tetapi Jihan tidak peduli. Dia perlahan melepaskan topeng 1-2.Selama ini Jihan sibuk memikirkan wajah siapa saja yang mungkin terlihat di balik topeng ini, tetapi setelah melihatnya dengan jelas, Jihan sama sekali tidak menyangkanya.Ternyata 1-2 adalah Jacob Annasy, ayah Olivia ...."Sebelum kamu membuka kepalaku, beri tahu aku anggota Organisasi Shallon mana yang mengirim putriku ke Negara Mien!"Jac
"Kamu nggak bisa mengendalikanku!"Mana mungkin Jacob rela berada di bawah belas kasihan Jihan? Sekalipun dia merasa sangat kesakitan hingga rasanya mau mati saja, dia tidak akan menyerah.Jihan juga tidak memaksa Jacob. Dia hanya mengambil pengontrol dan dengan lembut menekan tombol pengontrol sistem nyeri.Jacob sontak menjerit kesakitan. Suaranya yang menyayat hati itu bergema di ruang pemasangan cip dan terdengar sangat mengerikan.Rasa sakit yang begitu hebat membuat Jacob sampai berkeringat dan wajahnya menjadi pucat. Namun, dia tetap menengadah menatap Jihan yang berdiri tegak di hadapannya."Aku sudah memberi tahu 1-1 dan dia akan segera datang. Begitu dia datang, kamu pasti akan mati nggak bersisa!"Jihan menghampiri Jacob dengan ekspresi datar, lalu menatap wajah yang sudah tua itu dan memerintahkan dengan dingin."Lakukan perintahku atau kamu akan mati nggak bersisa sekarang juga."Jacob yang sudah tidak kuat menahan rasa sakit itu pun melirik pengontrol di tangan Jihan, lal