Sementara itu, Yolanda sedang sibuk bermesraan dengan salah satu temannya. Begitu melihat Jefri meneleponnya, dia langsung mendorong orang yang menindihnya itu menjauh.Dia mengisyaratkan pria yang sedang telanjang itu untuk diam, lalu menekan tombol jawab."Jefri, kenapa kamu meneleponku selarut ini? Kamu kangen aku, ya?"Jefri berusaha menahan kekesalannya yang tersulut begitu mendengar suara manja Yolanda, dia balik bertanya sambil mengernyit."Apa kamu melakukan sesuatu padaku malam itu setelah mengantarku pulang?"Yolanda langsung tahu apa yang Jefri maksud, seulas senyuman dingin pun tersungging di bibirnya."Jefri, pertanyaanmu salah. Kamu harusnya bertanya apa kamu melakukan sesuatu padaku atau nggak."Ucapan Yolanda itu sontak membuat Jefri merasa takut, tetapi dia tetap tenang dan bertanya lagi dengan dingin."Kalau memang aku melakukan sesuatu padamu, kamu pasti akan menggunakan itu untuk memerasku dan bukannya pergi begitu saja."Karena tidak ada siapa pun di atas tempat ti
Jefri memegang ponselnya dengan agak gemetar. Meskipun begitu, dia tetap menolak percaya dia bisa-bisanya melakukan hal seperti itu.Jefri pun berpikir sejenak sambil mengernyit, lalu memutar ulang rekaman kamera pengawas. Setelah berulang kali memperhatikan rekaman, dia menyadari bahwa tingkat mabuk yang membuatnya kehilangan kesadaran berbeda dengan Sara waktu itu.Jefri terjatuh di depan pintu hotel dan itu dengan jelas membuktikan bahwa dia kehilangan kesadarannya dan tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Apa mungkin Jefri yang dalam kondisi seperti itu masih punya tenaga untuk melakukannya dengan Yolanda?Selain itu, waktu kedatangan Yolanda dan Sara nyaris bersamaan. Sebuah kebetulan sekali seseorang yang benar-benar tidak sadar bisa merespons dalam perbedaan waktu sesingkat itu.Biasanya seorang pria mabuk yang melakukan hal seperti itu tidak akan memiliki sisa reaksi yang kentara. Berdasarkan sensasi yang dia rasakan saat terbangun keesokan paginya, Jefri juga tidak bisa menilai a
Begitu Jefri pergi, Sisilia bersandar di sofa di belakangnya sambil melipat tangannya di depan dada. Dia melipat kakinya yang jenjang dan putih mulus dengan malas, lalu menatap Yolanda dengan dingin dan tajam."Tampar dia tiga kali dulu!"Setelah menerima perintah tersebut, si pengawal pun segera mengangkat tangannya yang besar dan menampar wajah cantik Yolanda tiga kali berturut-turut.Yolanda pun mengibaskan rambutnya yang berantakan dan menutupi matanya setelah mendadak ditampar tiga kali, lalu menggertakkan gigi menatap Sisilia."Berani-beraninya kamu menamparku! Punya hak apa kamu, hah!""Kenapa juga aku nggak berhak menamparmu? Kamu sudah menjebak putraku!"Sisilia sudah melihat rekaman kamera pengawas itu dan tahu apa yang terjadi. Mana mungkin dia tidak menyadari bahwa Yolanda si perempuan jalang ini sengaja membuat drama seperti itu demi menyulut amarah Sara?"Aku nggak menjebaknya, dialah yang menyentuhku saat dia mabuk!""Patahkan tulang rusuk dan jari jemarinya!"Sisilia me
Kemampuan Yolanda dalam bersilat lidah memang luar biasa."Kamu melakukan ini hanya untuk membuat Sara marah."Yolanda tetap tenang menghadapi tuduhan Sisilia itu. Dia malah mengernyit dan berpura-pura bingung."Membuat Sara marah? Apa hubungannya semua ini dengan membuat Sara marah?"Sisilia meletakkan cangkirnya dan menatap Yolanda dengan dingin."Begitu kamu memasuki apartemen Jefri, Nona Sara datang. Kamu pasti sudah tahu dia akan datang, jadi kamu sengaja berakting di depannya."Yolanda yang berpura-pura mengerti maksud Sisilia pun menunduk dan berpikir sejenak, lalu menengadah dan menatap langsung ke mata Sisilia."Bibi, aku bertemu Jefri di jalan dan mengantarnya pulang! Aku sama sekali nggak tahu Nona Sara akan datang. Jangan-jangan Jefri memang sudah janjian mau ketemu dengan Nona Sara?"Jefri tidak mengatakan apa pun soal itu, mungkin itu karena dia memang tidak membuat janji temu dengan Sara.Sisilia ingat Sara memang pergi ke apartemen Jefri setelah bicara dengannya malam i
Yolanda memang terus memancing Sisilia agar Sisilia mengancamnya seperti ini. Karena tujuannya sekarang sudah tercapai, dia pun tersenyum dengan dingin."Bibi, Bibi nggak takut Nona Sara nggak berani jadi menantu Bibi kalau tahu Bibi mengancamku seperti ini?""Dia bisa jadi menantuku atau nggak itu bukan urusanku. Aku melakukan semua ini semata-mata demi membantu anakku."Jawaban Sisilia itu membuat senyuman Yolanda menjadi makin dingin."Kamu tahu kalau aku dan orang tuaku nggak mungkin bisa menang melawan keluarga besar seperti kalian, itu sebabnya kamu berani mengancamku!""Kalau kamu sudah tahu soal itu, lebih baik turuti saja kata-kataku ...."Yolanda menarik napas dalam-dalam, lalu meregangkan lehernya seolah dia akan mati."Oke, karena kamu ingin mendengarku berkata kami nggak pernah melakukannya, maka kami belum pernah melakukannya."Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Sisilia pun melepaskan dagu Yolanda dan menepuk-nepuk wajah wanita itu."Katakan itu pada Nona Sara."S
Lamaran yang begitu tiba-tiba itu membuat Sara tidak tahu harus berbuat apa. Dia masih merasa agak kebingungan."Aku benar-benar lagi nggak bisa berpikir jernih saat ini. Tolong kasih aku waktu berpikir."Jefri berpikir dia harus memanfaatkan momen ini untuk segera melamar Sara, tetapi sebenarnya dia memang terlalu bersemangat.Dia melirik cincin berlian di tangan Sara. Sara tidak melepaskan cincin itu dan mengembalikannya kepada Jefri. Itu berarti hati Sara lebih condong ke arah Jefri. Jefri pun memutuskan untuk tidak mendesak Sara."Kalau gitu ... berapa lama kamu butuh waktu berpikir?""Ivan akan keluar dari rumah sakit besok. Setelah kembali ke Alvinna dan menenangkannya, aku akan memberimu jawabanku."Jefri tahu Sara masih kebingungan, dia bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran wanita itu."Oke, kalau gitu aku pulang dulu ke Alvinna dan menunggu jawabanmu."Sara mengangguk. Jefri menatapnya selama beberapa saat, lalu tiba-tiba memeluk Sara.Sara awalnya ingin mendorong Jefri m
"Aku ...."Sara ingin mengatakan bahwa dia tidak mencintai Jefri, tetapi memang benar Sara menyukai Jefri. Namun, saat membuka mulutnya, lidah Sara mendadak terasa kelu. Jika memang Sara tidak mencintai Jefri, kenapa Sara merasa begitu sakit hati melihat Jefri bersama wanita lain? Jelas-jelas sebelumnya Sara tidak pernah mempermasalahkan hal ini.Sorot tatapan Ivan pun terkesan seperti sedang tersenyum dengan hangat. Dia tahu Sara sendiri belum menyadari dia sebenarnya mencintai Jefri atau tidak."Kak Sara, kadang urusan hati itu jangan dibawa ketakutan. Kalau memang ada orang lain yang menempati hatimu, beranikanlah dirimu lagi."Sara yang dulu selalu berani mencintai dan membenci seseorang. Namun, Sara kini menjadi ragu secara emosional. Mungkin itu karena dia dikhianati mantan suaminya dan sebagai gantinya malah bertemu dengan Jefri yang tidak dapat diandalkan.Akan tetapi, Ivan selalu berpikiran bahwa dua orang yang saling menyukai layak memberanikan diri untuk mencintai satu sama
Sara keluar dari lift, lalu berbelok dan berjalan melewati aula. Tiba-tiba, dia malah bertubrukan dengan Yolanda.Yolanda melepas kacamata hitamnya, lalu berjalan selangkah demi selangkah menghampiri Sara."Nona Sara, ada fakta yang harus kuberi tahu padamu. Ayo cari tempat, biar kutunjukkan."Padahal tadi Yolanda sudah menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Sara jadi berpikir bahwa ucapan Yolanda sama sekali tidak kredibel."Aku nggak punya waktu, aku nggak mau mendengar fakta atau apalah itu dari mulutmu."Sara pun berjalan melewati hendak pergi, tetapi Yolanda menghentikannya."Sara, kalau kamu memang mau menikahi Jefri dalam kondisi penuh hal terselubung seperti ini, silakan saja."Yolanda pun mengeluarkan sebuah alat perekam berbentuk pena."Tapi, aku nggak mau kamu terus-terusan dibohongi."Yolanda meletakkan pena itu ke atas tangan Sara."Ini adalah bukti Sisilia memaksaku untuk mengatakan hal seperti itu setelah dia menyuruh Jefri pergi."Alat perekam berbentuk pena itu ter