Namun, ini belum cukup. Kesalahan Yuno masih belum cukup besar. Jadi dia minta Lilia mendekati Yuno dan membuat Yuno jatuh cinta padanya. Menggunakan ketulusan Lilia untuk mendapat ketulusan Yuno. Pikirnya, asal dua anak muda sama-sama suka, orang sembarangan seperti Yuno pasti tidak akan tahan ingin menyentuh Lilia.Tak disangka Yuno sangat keras kepala. Segala cara tetap gagal membuatnya jatuh cinta pada Lilia. Meskipun dia mengisyaratkan bahwa Lilia akan keluar masuk kamar mandi dan kamarnya, dia tetap bergeming. Saat Wela mengira rencananya gagal, kebetulan dia melihat Yuno memasuki kamar Lilia di tengah malam.Dia diam-diam membuntuti dan membuka pintu, melihat Yuno berdiri di depan tempat tidur Lilia. Setelah menatap Lilia cukup lama, dia tiba-tiba mendekat dan mencium bibir Lilia dengan lembut. Setelah itu, dia terkejut sendiri seakan merasa bersalah.Melihat cinta Yuno yang mulai bersemi, Wela tahu bahwa rencananya setengah berhasil. Beberapa kali berikutnya, dia melihat Yuno m
Senyuman aneh Wela saat mengingat masa lalu tertangkap dalam pandangan mata Lilia. Lilia samar-samar menebak bahwa Wela telah lama memperalat dirinya. Baik itu saat mendorongnya mendekati Yuno di masa kecil, atau mendorongnya untuk menjebak Yuno setelah dewasa.Termasuk menjebaknya, menyalahkan Yuno, memotong penjelasan Yuno. Semua itu karena dia tahu Zakaria ingin menjadikan Yuno sebagai pewaris keluarga ....Dia pada akhirnya adalah bidak catur yang dimainkan Wela.Namun, orang yang memperalat dirinya masih memegangi tangannya dan terhindar dari hukuman."Lilia, nggak peduli kapan dimulainya, kamu harus tahu, Yuno-lah yang pertama mulai dengan menggangguku. Dialah yang tanpa henti mempermalukanku dan mengata-ngatai aku. Salahkan dia. Salahkan mulutnya yang tidak tahu cara bicara dengan baik."Lilia menyunggingkan senyum pahit dan tiba-tiba tertawa terbahak-bahak."Begitu ya?"Dengan mata merah, dia menatap bibi yang sangat aneh di depannya ini."Untuk menghilangkan identitasmu sebaga
"Cerita lama yang sudah basi?"Lilia tiba-tiba mencibir."Kamu membayar orang-orang untuk memerkosaku. Itu yang kamu sebut cerita lama yang sudah basi?"Melihat Lilia seperti ini, Wela pun menundukkan wajahnya juga."Sudah kubilang, pikiranku terlalu bingung waktu. Aku nggak bermaksud melakukannya."Tidak bermaksud melakukannya? Pikirnya dia bodoh?Setitik sisa kasih sayang Lilia kepada Wela benar-benar lenyap.Dia perlahan berbalik, menatap Wela dengan wajah dingin yang sama."Belum pernah membunuh siapa pun, katamu? Lalu bagaimana ceritanya Farhat sampai mati?"Wajah Wela menggelap. Dia memelototi Mirlo yang duduk diam di sampingnya. Kalau bukan karena anak sialan ini, mana mungkin Lilia tahu soal hal ini."Bagaimana dia mati, mana aku tahu?Wela tidak akan pernah mengakuinya, dan Lilia juga tidak peduli."Aku akan mencari tahu."Saat Wela mendengar ini, dia berhenti berpura-pura dan mencibir dingin."Cari tahu, lalu apa?""Lalu ...."Lilia memicingkan matanya yang kemerahan, menatap
Wela ingat, saat Lilia tiba-tiba hilang, Yuno menggila dan datang menanyainya, ke mana dirinya membawa Lilia?Wela menjawab tidak tahu. Dia waktu itu benar-benar tidak tahu siapa yang menyelamatkan Lilia. Yuno dapat melihat jawabannya tidak seperti sedang berbohong. Yuno pun mengira Lilia pergi sendiri.Bagaimanapun juga, Yuno yang memerintah penjahat untuk menakut-nakuti Lilia. Menyebabkan Lilia diperkosa, hamil, terinfeksi, keguguran, segala macam rasa sakit. Masuk akal jika Lilia tidak ingin bertemu dengannya lagi. Yuno menyadari kesalahannya, karena itu dia berhenti mencari Lilia. Mungkin dia mengira Lilia akan mendapat kehidupan baru dengan menjauh darinya.Keduanya bertemu lagi sepuluh tahun kemudian. Dalam sepuluh tahun itu, Yuno juga tumbuh dewasa. Mungkin demi Lilia, dia tidak lagi bersikap dingin padanya.Namun, Mirlo lahir pada saat itu. Untuk membantu Mirlo mendapatkan warisan, Wela hanya bisa memperdalam kebencian Lilia terhadap Yuno dengan mengirim pesan teks. Lilia tidak
Daris bukan orang yang bisa diajak main-main. Dia mendorong Wela menjauh dengan satu tangannya. Sebagai wanita yang lemah, Wela langsung terjatuh ke lantai dengan keras.Wela meringis kesakitan. Saat berusaha bangkit, sepatu kulit hitam Daris tiba-tiba menginjak gaunnya yang acak-acakan di lantai. Melihat ke atas, wajah orang itu sangat suram.Daris menatap Wela dari atas dengan mata dingin. "Siapkan kata-kata terakhirmu dulu. Aku akan menyelesaikan masalah ini denganmu satu aku kembali nanti."Setelah menjatuhkan kalimat ini, dia membawa Lilia pergi meninggalkan Keluarga Safwan. Meninggalkan Wela yang terbaring di lantai, memandangi dua orang yang pergi itu dari kejauhan.Setelah sekian lama, Wela tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Ini adalah putra yang telah dia bantu dengan susah payah. Serta keponakan yang telah dia besarkan sejak kecil. Sungguh keterlaluan mereka, tidak tahu terima kasih!Setelah Daris membawa Lilia ke mobil, pria itu melihat wajah Lilia pucat. Dahinya berkeringat
Wela tidak menyangka sedikit pun bahwa Lilia sialan itu membawa perekam. Bahkan rekamannya disebar di media. Mengatakan kepada media bahwa dia menggunakan cara-cara keji terhadap pewaris asli demi membantu merebutkan warisan untuk putranya.Citra yang telah dia bangun selama bertahun-tahun di Ostia benar-benar hancur karena rekaman ini. Entah itu ibu-ibu kelas atas atau seluruh internet, semua orang memanggilnya selingkuhan yang tidak punya hati. Mereka mengutuknya agar segera mati, menyuruhnya mengembalikan si genius Yuno!Dia sembunyi di rumah dan tidak berani keluar, tapi Zakaria bahkan tidak mau mendengarkan penjelasannya. Dia hanya merasa telah dipermalukan dan ingin langsung menghajarnya begitu sampai di rumah.Wela sangat marah, tapi dia juga tahu bahwa Zakaria adalah suaminya. Apa pun yang terjadi, pria itu akan melepaskannya jika dia bisa membujuk dengan manis dan meminta maaf. Siapa sangka, Zakaria justru menangis."Tahukah kamu betapa baik dan pintarnya Yuno sebelum kedatang
Zakaria menekan tersebarnya berita. Karena tidak bisa menekan Grup Lionel, dia menyingkirkan dirinya dan menyalahkan semuanya pada Wela.Wela tiba-tiba menjadi tikus jalanan yang diteriaki semua orang. Keluarga Safwan pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memaksa Zakaria mengusir Wela.Zakaria ragu-ragu setelah mengingat sedikit rasa cinta. Sampai polisi datang ke pintu dan memborgol Wela, barulah Zakaria menyadari bahwa Wela ternyata membunuh sepupunya sendiri!Ketika Wela dibawa pergi, dia berlutut di kaki Zakaria, memegang kakinya dan meratap sedih, "Suamiku, selamatkan aku. Aku nggak membunuh siapa-siapa. Tolong minta mereka melepaskanku ...."Setelah Zakaria pulih dari rasa terkejut, dia melihat ke bawah pada wanita yang menangis itu. Wajahnya seakan berubah. Sulit baginya untuk percaya bahwa di balik penampilan lembut itu, wajah aslinya adalah seekor ular yang sangat ganas. Demi mendapatkan warisan, dia tidak hanya membunuh sepupunya sendiri, tetapi juga Yuno ....Dia seakan baru
Yuno mati. Bahkan satu genggam abu pun tidak tersisa. Seperti embusan angin, melayang dengan ringan ke dunia ini, lalu pergi tanpa sisa. Tanpa membawa pergi apa pun, hanya menghilang begitu saja.Lilia tidak bertanya abu Yuno ditebar di negara mana, di laut mana. Dia hanya diam terpaku sangat lama, menatap batu nisan yang bahkan tidak dipasangi foto itu.Baru setelah hujan turun dan payung Daris menutupinya, perlahan-lahan dia kembali sadar dan berkata kepada Daris, "Ayo pergi ...."Dia kembali ke Aster dan kembali ke kesibukannya seperti biasa. Menyembuhkan orang-orang, sesekali pergi ke bagian pediatri untuk memeriksa anak-anak, dan juga merawat Reo ....Dia tidak berbeda dari sebelumnya. Kecuali ketika larut malam, dia harus minum obat agar bisa tertidur. Namun, dia tidak pernah melihat Yuno dalam mimpinya ....Setiap kali dalam mimpinya, dia menembak. Begitu tembakan itu lepas, dia akan terbangun dari tidurnya dan menatap tangannya dengan pikiran linglung ....Setelah beberapa kali
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je