Sementara di sisi Daris. Saat ini, pria itu tengah menendang keras pintu utama rumah Keluarga Safwan, membuat Zakaria Safwan dan Wela Saragih yang tengah berada di ruang makan begitu terkejut melihat Daris yang menerobos masuk.Wela Saragih adalah ibu kandung dari Daris. Sejak keduanya berpisah, mereka sangat jarang bertemu. Ketika Daris masih kecil, Wela akan sesekali pergi ke Kota Aster untuk diam-diam melihatnya, sampai akhirnya hal itu ketahuan oleh Daris, Wela pun tak berani mengunjunginya.Hari itu, Daris memakinya sebagai perempuan simpanan yang sudah merusak rumah tangga orang lain dan merupakan penyebab meninggalnya ibu kandung dari anak orang lain. Daris juga menyebutnya wanita yang tidak tahu malu, yang sudah membuatnya dicap sebagai anak haram. Oleh karena itu, Daris meminta Wela untuk jangan pernah mencarinya selamanya.Saat itu, Wela menangis sepanjang jalan dari Kota Aster hingga kembali ke Kota Ostia. Tak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya, fakta bahwa dirinya ad
Yuno tertawa dingin membaca pesan itu. Bodoh sekali, pikirnya. Ayahnya sudah mengkhianati ibunya, untuk apa dirinya peduli pada hidup atau mati ayahnya itu?Malah menggunakan ayahnya untuk mengancamnya, konyol sekali!Yuno melempar ponselnya, lalu kembali mengaduk-aduk susu dalam gelas dan menyodorkannya ke bibir Lilia. "Nggak ada makanan di sini, cuma ada produk susu. Nih, minum dulu buat ganjal perut."Setelah keluar dari pengadilan dan mengikuti Yuno sepanjang perjalanan menuju luar negeri, Lilia sama sekali belum makan apa-apa. Wajah cantiknya tampak pucat pasi, seperti seorang yang menderita kesengsaraan, sorot matanya tampak kehilangan harapan.Bahkan saat meminum susu yang diberikan Yuno, Lilia memuntahkan semuanya. Wanita itu sama sekali tak bicara padanya, bahkan juga mengabaikannya, sembari hanya terduduk dengan mata terpejam di dalam sangkar.Hal ini bukan dikarenakan, Lilia yang tak bertenaga untuk melawan, melainkan akibat efek disuntik obat penenang. Saat kembali membuka
Lilia memang ingin membuat Yuno menderita. Namun, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa cara pembalasan dendam ini malah akan berbalik dialami oleh dirinya. Semua yang dialaminya sekarang ini adalah akibat perbuatannya sendiri, jelas sama sekali tak ada hubungannya dengan Reo. Mengapa Yuno harus sekejam itu terhadap Reo?Teringat akan wujud Reo yang pingsan usai dipukuli, membuat hati Lilia bergetar. "Yuno, ini masalah kita berdua. Kumohon, jangan libatkan Reo, kumohon lepaskan dia ...."Yuno adalah pria gila yang bisa melakukan apa saja. Kalau sampai dia benar-benar akan membawa Reo kemari, kemungkinan dia benar-benar serius akan memerkosanya di depan Reo. Kalau sampai hal itu terjadi, Lilia lebih memilih dirinya terkurung di tempat itu selamanya, tanpa adanya cahaya matahari sekalipun.Yuno yang mencengkeram pinggangnya erat itu tak menjawab, dan hanya mendekati telinganya sembari bertanya dengan nada dingin, "Lebih nyaman denganku, atau dengannya?"Lilia sendiri tahu, apabila saat in
Bagi Yuno, sekalipun Lilia tidak mencintainya dan bersikeras menolak untuk kembali ke sisinya, maka melanjutkan hidup ini tak lagi ada artinya.Daripada dirinya berakhir dipenjarakan oleh tangan Lilia sendiri, lebih baik dirinya sendiri yang mengakhiri hubungan ini, agar keduanya tak lagi menderita."Bagaimana caranya?"Lilia mendongak dan menatap Yuno dengan dingin. Kalau memang benar-benar bisa diselesaikan, hal itu jelas bagus. Namun, Yuno tidak mungkin akan membiarkannya pergi begitu saja. Sebelum hubungan keduanya kandas, Yuno mungkin akan membuat Lilia jauh lebih menderita.Perlahan, Yuno melangkah masuk ke dalam sangkar burung. Perawakannya yang tinggi besar itu tampak menunduk, menampakkan bayangan yang menghalangi pemandangan Lilia sepenuhnya, terasa begitu berat dan menekan.Satunya sedang terduduk dan satunya sedang berjongkok, keduanya saling bertatapan lekat. Seolah, sorot tatapan itu mengandung sebuah kisah cinta yang tak terhitung dan tak terucapkan. Namun, di hadapan ma
Setelah menggendong Lilia sampai di kursi makan, Yuno berjongkok di depannya seraya mengulurkan tangannya membelai rambutnya dengan lembut. Yuno lalu bertanya dengan nada penuh kasih sayang, "Mau makan apa?"Lilia yang belum sepenuhnya pulih dari keadaan, menjawab dengan raut wajah yang dingin, "Nggak mau makan."Namun, pergerakan tangan Yuno terhenti, dia lalu mendekatkan bibirnya ke kepala Lilia, seraya berkata, "Kamu bilang akan memperlakukanku seperti dulu, jadi bersikaplah yang lembut padaku."'Memangnya, dulu Lilia memperlakukannya seperti apa?'Menyambutnya dengan senyuman, bersikap lembut, mengucapkan janji cinta setiap harinya, dan bersama-sama melaksanakan kebersamaan yang penuh gairah setiap malamnya. Apakah mulai sekarang dia harus melakukan hal yang seperti itu untuk mendapatkan kebebasannya?Sorot mata Lilia penuh akan kebencian, tetapi dia berusaha memaksakan diri untuk tersenyum. "Aku mau roti keju, daging sapi dan jus jeruk ...."Yuno tampak puas, pria itu kembali meng
Sembari memegang ponsel, Lilia tampak ragu beberapa saat, sampai akhirnya menelepon Wina.Dia hanya mengingat nomor Wina. Baginya, gadis yang mengidap penyakit parah namun tetap berterima kasih padanya, lalu hampir terbunuh saat membeli parfum itu, sangatlah istimewa.Sementara Wina yang terduduk di ruang tamu akibat semalaman tak tidur itu, seketika merasa kaget karena menerima panggilan telepon dari nomor yang tak dikenal. Jantung berdebar kencang, sampai akhirnya bernapas lega usai mendengar suara Lilia dari ujung telepon."Lilia, kamu di mana, kamu nggak apa-apa 'kan? Apa Yuno melukaimu?"Serangkaian kekhawatiran dan sapaan itu membuat Lilia terasa hangat. Setelah mengatakan dia baik-baik saja, dia melihat ke arah Yuno yang mengisyaratkannya sesuatu dan perlahan mulai berbicara."Wina, kalian ... jangan cari aku lagi. Aku dan Yuno akan tinggal di pulau ini selama sebulan. Setelah sebulan, aku akan kembali. Kebetulan di sini sedang musim semi, pemandangannya juga indah, cocok untuk
Begitu antusias, Yuno menggendong Lilia sampai ke pinggir laut. Namun, alih-alih membawanya ke pantai, dia mendaratkannya ke padang rumput yang tak jauh dari area sana.Mungkin karena takut Lilia akan melarikan diri, begitu Lilia terduduk di tanah, Yuno langsung memasangkan borgol yang menyatukan tangan kanan Lilia dan tangan kiri Yuno.Melihat itu, Lilia tertawa dingin. "Bukannya kamu bilang mau kita berinteraksi seperti dulu? Kenapa masih harus menggunakan cara seperti ini untuk waspada denganku?"Seolah tak peduli, Yuno hanya tersenyum padanya. "Memangnya, kamu nggak merasa cara seperti ini malah akan meningkatkan perasaan kita berdua?"Raut wajah Lilia tampak suram. Dalam hati dia berpikir, apakah saat tidur malam nanti dirinya juga akan diborgol seperti ini? Lalu bagaimana dia bisa mengambil senjata?Saat memikirkan cara untuk mengatasinya, Yuno tiba-tiba menindihnya. "Nggak ada siapa-siapa di pulau ini, ayo kita lakukan."Lilia seketika merasa jijik. "Aku nggak mau, Yuno!"Yuno m
Lilia begitu terkejut mendengar suara rendah yang amat dingin itu. Dia segera berbalik dan mendapati Yuno sudah berdiri di depan tangga sembari melayangkan tatapan dingin padanya.Tepat pada saat ini, matahari sudah berganti alih dan menyisakan cahaya rembulan yang redup menembus dari jendela, menyinari separuh wajah Yuno terlihat terang dan separuhnya terlihat gelap, sungguh wujudnya saat ini terlihat bagaikan sosok iblis dari neraka.Melihat wujud Yuno yang mengerikan, Lilia seketika merinding dan refleks melangkah mundur, sampai akhirnya punggungnya menabrak pintu ruang sangkar. Sementara, Yuno mulai berjalan mendekat sembari melonggarkan kain putih yang terlilit pada pergelangan tangannya.Ketika Yuno berhenti di hadapannya, kain putih yang terlilit sepenuhnya dilepaskan. Melihat itu, Lilia langsung kabur karena berpikir Yuno akan bertindak kasar. Namun, Yuno yang jauh lebih kuat darinya segera menariknya kembali.Pria itu mengikat tangan Lilia dengan kain putih dan menggendongnya.