Untungnya ada cahaya dari lampu jalanan. Jefri samar-samar dapat melihat ada setumpul semak berduri yang luas di depannya menjadi rata karena tertimpa ....Setelah masuk ke area semak itu, Jefri membungkuk dan jari-jarinya yang gemetar itu menyingkirkan rumput berduri yang menjulang tinggi.Begitu menemukan Sara terbaring di tanah dengan pakaian compang-camping dan berlumuran darah, Jefri pun tertegun.Untuk pertama kalinya dia merasa ketakutan seperti ini hingga merasa darah di sekujur tubuhnya menjadi dingin ….Jantungnya yang dari tadi berdegup kencang, seakan-akan berhenti.Dia seperti jatuh ke dalam jurang, terasa sangat sakit, begitu menyiksa hingga tidak bisa bernapas.Sambil melihat Sara yang kondisinya seperti itu, Jefri ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya tidak bisa keluar.Seakan-akan ada yang mencekik tenggorokannya, membuatnya tidak bisa berbicara. Dia hanya bisa mengulurkan tangannya yang gemetar itu untuk menyentuh wajah dingin Sara.Merasakan seseorang menyentuhny
Sara ingin bertanya pada Jefri "apa kamu percaya padaku?", tetapi berubah pikiran setelah melihat Jefri diam saja.Jefri sendiri tidak tahu mengapa dirinya tidak menjawabnya. Dia merasa kasihan sekaligus marah pada Sara.Marah karena mengapa Sara percaya pada Sandy. Marah karena mengapa Sara tidak kembali bersamanya. Marah karena mengapa Sara tidak mencintainya.Dengan emosi seperti itu, Jefri memeluk Sara dan bergegas ke IGD."Cepat selamatkan dia!"Seorang dokter bergegas memeriksa kondisi Sara, lalu menyuruh perawat segera mengirimnya ke UGD.Saat pintu ruangan tersebut ditutup, Jefri bersandar di dinding dan terlihat sangat lelah.Melihat darah di tangannya, air matanya jatuh tak terkendali.Dia tidak tahu Sara terluka di bagian mana, tetapi sekujur tubuh Sara berlumuran darah.Dia tidak pernah merasa sedih sampai menangis seperti ini karena seorang wanita. Sara adalah wanita pertama yang membuatnya seperti itu.Dia membenci dirinya sendiri seperti ini, tetapi dia harus mengakui ba
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Jihan memberi tahu pada Wina bahwa Sandy mencoba membius Sara. Saat melarikan diri, Sara bertemu dengan pria paruh baya mabuk yang menyeret ke dalam hutan, hendak memerkosanya. Untungnya, Sara berhasil melawan pria paruh baya itu.Setelah mendengar semua itu, Wina sangat marah hingga matanya menjadi merah, "Bagaimana Sandy bisa menjadi orang seperti itu!"Dia berpikir, Sandy yang merupakan kakak kelasnya Sara setidaknya adalah pria baik-baik, tidak akan membohongi Sara seperti yang dilakukan Denis.Jihan memegang dagunya dengan satu tangan dan terlihat niat membunuh terpancar dari matanya yang dingin. Dia tidak menjawab kata-kata Wina dan hanya menepuk-nepuk tangan Wina agar Wina tenang.Ketika mobil berhenti di pintu masuk rumah sakit, Wina bergegas keluar dari mobil dan berlari ke IGD.Sara perlahan-lahan membuka matanya. Menyadari tubuhnya tidak terasa begitu berat dan panas, dia pun menghela napas lega.Dia dengan susah payah menggerakkan matanya un
Sara yang baru berusia tiga puluhan telah menjalani kehidupan yang penuh penderitaan. Dia tidak seberuntung Wina yang masih bisa mengetahui seperti apa rupa keluarga kandungnya dari video yang direkam ibunya. Sara sama sekali tidak tahu siapa orang tua kandungnya.Memikirkan penderitaan yang dilalui Sara, Wina semakin merasa sedih dan memeluknya erat."Kak Sara, ini salahku karena nggak bisa melindungimu."Wina merasa bersalah tidak mencegah mereka bersama ketika dia menyadari bahwa Sandy tidak sebaik yang terlihat. Karena kesalahannya ini Sara harus mengalami kejadian menakutkan seperti ini.Setelah air matanya berhenti, Sara mengangkat tangannya yang terbalut kain kasa, dengan lembut membelai rambut keriting sepanjang pinggang di punggung Wina dan menghiburnya."Aku sudah nggak apa-apa, kamu jangan khawatir dan jangan salahkan dirimu sendiri."Jika tidak ada hubungan dengan Wina dan mengenai perasaannya sendiri, Sara selalu tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi. Dia akan terus te
Saat pintu kamar rawat terbuka, Sandy melihat Jihan yang mengenakan jas hitam dan sarung tangan putih berjalan, dikelilingi oleh sekelompok orang, berjalan perlahan ke arahnya.Dari fitur wajah sampai postur tubuh, Jihan terlihat sangat sempurna. Dia memiliki wajah yang tampan dan tubuh yang tinggi. Aura yang terpancar dari sekujur tubuhnya pun sangat mengintimidasi.Setiap kali Sandy melihat Jihan seperti ini, akan ada rasa takut yang muncul di dalam hatinya. Rasa takut itu bukan karena dia sudah melakukan kesalahan, tetapi karena sorot mata Jihan yang selalu membuat orang-orang merasa takut.Pada saat ini, afrodisiak di tubuh Sandy telah memudar. Sekarang dia merasa bersalah dan kesal kepada Sara.Jika dia tidak terburu-buru menunjukkan sisi aslinya dan bertengkar dengan Sara, dia pasti bisa melakukan apa yang dia inginkan terhadap Sara secara alami. Namun, sekarang semuanya sudah kacau karena kesalahannya sendiri, bahkan Jihan berniat balas dendam padanya.Sampai detik ini, Sandy ma
Lilia sedikit kagum dengan Riko yang bersikeras tidak mau mengaku."Dokter Riko, kamu mungkin nggak tahu, setelah kamu selesai melakukan otopsi, aku mengirim Dokter Gino untuk melakukan otopsi ulang dan hasil laporannya sedikit berbeda dengan laporanmu."Dokter Riko seketika menegang dan sedikit tidak percaya saat mendengar itu. Dia menoleh ke Lilia yang bersandar di dinding sambil menyilangkan tangannya."Kamu menyuruh Dokter Gino melakukan otopsi ulang?"Lilia langsung mengangguk tanpa ragu."Aku curiga ada masalah dengan arteri pasien itu, jadi mengirimnya untuk melakukan tes ulang. Nggak disangka kecurigaanku itu terbukti."Mendengar kata arteri, Riko langsung panik."Ka … kamu sudah tahu ada masalah pada arteri pasien, kenapa kamu nggak segera menyerangku? Kenapa kamu nggak memberi tahu para murid pasien yang meninggal itu dengan laporan Dokter Gino?"Lilia mengangkat dagunya dan menatap Sandy yang masih diinjak di lantai."Untuk mendapatkan kesempatan menangkapnya."Sandy tidak m
Saat Lilia memberitahunya bahwa Dokter Gino telah melakukan otopsi ulang, Riko menjadi panik dan langsung bertanya pada Sandy. Hal ini menunjukkan bahwa dirinya sudah mengakui perbuatannya secara tidak langsung.Jihan memintanya menceritakan semua kronologi kejadian hanya karena kasus ini baru bisa diproses ke pihak polisi jika ada detail kejadian dan bukti.Dia bisa saja menolak mengakui seperti Sandy, tetapi ucapannya setelah terpancing oleh kata-kata Lilia sudah terekam, ini sudah cukup menghancurkan kariernya sebagai dokter forensik.Jika dia mengungkapkan semuanya, Jihan mungkin akan melepaskannya. Bagaimanapun dia hanya kaki tangan, bukan dalang kejadian ini.Setelah mempertimbangkan semuanya, Riko pun mengajukan syarat kepada Jihan."Pak Jihan, saya tahu begitu aku mengakui semuanya, Anda akan menggunakan rekaman ini untuk membersihkan reputasi Dokter Reo dan karier saya pasti akan hancur. Saya bisa mengambil risiko dan mengatakan yang sebenarnya, tapi Anda harus menemukan cara
Sandy terang-terangan mengakui ambisinya dan membuat Jihan menyeringai kecil."Meskipun kamu begitu ingin mendapatkan penghargaan kedokteran, sayang sekali, aku nggak membiarkanmu mendapatkannya."Kata-kata kejam seperti itu membuat wajah Sandy memerah karena marah."Apa hakmu melakukan itu!"Jihan mengangkat tangannya, pisau di tangannya langsung berkilau karena tepat di bawah cahaya."Karena hidup, mati dan masa depanmu ada di tanganku."Cahaya yang terpantul dari pisau itu masuk ke Sandy, menyebabkan dia secara refleks menutup mata.Begitu matanya tertutup, Sandy dapat merasakan pergelangan tangannya digores pisau.Setelah dia membuka mata, dia pun melihat darah merah cerah muncrat dari kulit pergelangan tangannya.Sementara orang yang menggores sama sekali tidak berkedip saat melihat darah tersebut. Dia seolah-olah tidak peduli akan nyawa Sandy.Sandy seketika ketakutan. Dia awalnya mengira Jihan hanya mengancamnya, tidak akan serius melakukannya.Menyaksikan ini, Riko juga ketakut