Sara menoleh menatap Sandy yang tampak kabur dalam terang lilin. Sara kesulitan melihat ekspresi Sandy dengan jelas karena pandangannya yang kabur."Kamu ...."Sara tidak mengonsumsi apa-apa, jadi kenapa dia tidak bisa melihat Sandy dengan jelas?Bukan hanya pandangannya saja yang makin kabur, tetapi tubuh Sara juga terasa makin panas.Awalnya, Sara pikir ini karena cuaca luar negeri saja yang sedang panas.Namun, rasa gelisah dari bagian bawah tubuhnya membuat Sara menyadari bahwa dugaannya semula itu salah.Sara masih tidak ingin berpikir macam-macam tentang Sandy, jadi dia memutuskan untuk bertanya sambil menggertakkan giginya."Sandy, apa yang sebenarnya kamu lakukan padaku?"Sandy menyadari betapa gelisahnya Sara, jadi dia bergegas mendekat dan memeluk Sara dengan erat."Tenang saja Sara, ini cuma wewangian afrodisiak kok."Wewangian afrodisiak ....Sara pun menoleh menatap Sandy dengan tidak percaya. Jadi, wewangian yang pria itu keluarkan barusan adalah wewangian afrodisiak?"Ke
Begitu Sandy menyentuh wajahnya, Sara sontak tersadar dari lamunannya."Sandy, aku akan menyetujui syarat apa pun darimu selama kamu melepaskanku ...."Sara berujar sambil menekan sidik jarinya pada ponselnya dengan panik.Sara ingin menelepon gawat darurat atau menekan angka 1.Karena Sara sudah menyimpan nomor telepon Wina di angka 1. Namun ....Sandy menyadari gerakan Sara. Dia langsung mencengkeram pergelangan tangan Sara yang terletak di belakang punggung dan merebut ponselnya."Kamu mau menelepon Jefri?"Sandy bertanya sambil tersenyum dengan dingin."Sara, dia nggak mungkin datang menyelamatkanmu. Dia sudah merelakanmu. Lebih baik kamu nggak usah berharap padanya."Sandy pun melemparkan ponsel Sara ke dalam ember es di sampingnya.Ember es itu berisi anggur, es batu dan air. Begitu dicemplungkan ke dalamnya, layar ponsel Sara langsung menjadi gelap.Secercah harapan terakhir Sara pun langsung pupus, sorot tatapannya perlahan menjadi putus asa."Aku sama sekali nggak berniat mene
"Kamu ...."Begitu Sandy angkat bicara, Sara langsung menghantamkan sebotol anggur ke dahi Sandy.Botol anggur itu pun pecah. Anggurnya tumpah membasahi wajah Sandy, pecahan botolnya bahkan ikut menggores punggung tangan Sara yang memegang botol itu.Darah Sara pun setetes demi setetes mengenai dahi Sandy, lalu bercampur dengan darah pria itu sendiri dan mengalir turun ....Darah mereka berdua membuat seprai yang berwarna putih menjadi merah. Sorot tatapan Sandy pun tampak menyalang dengan marah ....Sandy pikir Sara adalah wanita yang sangat lembut, ternyata wanita itu tangguh juga."Ternyata kamu pintar berpura-pura juga ya, Sara.""Sudah kubilang semua orang pasti punya dua sisi. Selama ini kamu cuma melihat satu sisiku."Setelah itu, Sara mengambil pecahan botol anggur yang tergeletak di atas sprei dan menodongkannya pada leher Sandy ....Sandy refleks ingin mendorong Sara menjauh karena takut, tetapi kepalanya mendadak menjadi pusing dan pandangannya menjadi kabur.Dia tidak bisa
Di sisi lain. Setelah dipeluk oleh Yolanda, ekspresi Jefri tiba-tiba berubah menjadi dingin dan langsung mendorong Yolanda menjauh, "Sudah kubilang dengan jelas, jangan mengangguku lagi!"Setelah sekian lama, Yolanda akhirnya bisa bertemu dengan Jefri setelah sekian lama, jadi tentu saja tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Dia meraih tangan Jefri dan bertingkah genit, "Jefri, jangan terlalu kejam begitu. Bagaimanapun, aku kan cinta pertama dan penyelamatmu. Kamu nggak perlu demi wanita tua itu, malah mencampakkanku, 'kan?"Jefri melepaskan tangannya dan berkata, "Yolanda, aku sangat berterima kasih kamu sudah menyelamatkanku, tapi aku sudah membalasnya dengan proyek ini, jadi kita nggak lagi berhutang satu sama lain. Soal cinta pertama …."Sorot mata Jefri tiba-tiba terlihat dingin dan ada rasa jijik sebelum dia melanjutkan ucapannya, "Jangan kira aku nggak tahu kamu waktu itu pernah menggoda Kak Jihan."Yolanda terkejut saat mendengar itu.Dia tidak menyangka Jefri akan mengetahui
Untungnya ada cahaya dari lampu jalanan. Jefri samar-samar dapat melihat ada setumpul semak berduri yang luas di depannya menjadi rata karena tertimpa ....Setelah masuk ke area semak itu, Jefri membungkuk dan jari-jarinya yang gemetar itu menyingkirkan rumput berduri yang menjulang tinggi.Begitu menemukan Sara terbaring di tanah dengan pakaian compang-camping dan berlumuran darah, Jefri pun tertegun.Untuk pertama kalinya dia merasa ketakutan seperti ini hingga merasa darah di sekujur tubuhnya menjadi dingin ….Jantungnya yang dari tadi berdegup kencang, seakan-akan berhenti.Dia seperti jatuh ke dalam jurang, terasa sangat sakit, begitu menyiksa hingga tidak bisa bernapas.Sambil melihat Sara yang kondisinya seperti itu, Jefri ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya tidak bisa keluar.Seakan-akan ada yang mencekik tenggorokannya, membuatnya tidak bisa berbicara. Dia hanya bisa mengulurkan tangannya yang gemetar itu untuk menyentuh wajah dingin Sara.Merasakan seseorang menyentuhny
Sara ingin bertanya pada Jefri "apa kamu percaya padaku?", tetapi berubah pikiran setelah melihat Jefri diam saja.Jefri sendiri tidak tahu mengapa dirinya tidak menjawabnya. Dia merasa kasihan sekaligus marah pada Sara.Marah karena mengapa Sara percaya pada Sandy. Marah karena mengapa Sara tidak kembali bersamanya. Marah karena mengapa Sara tidak mencintainya.Dengan emosi seperti itu, Jefri memeluk Sara dan bergegas ke IGD."Cepat selamatkan dia!"Seorang dokter bergegas memeriksa kondisi Sara, lalu menyuruh perawat segera mengirimnya ke UGD.Saat pintu ruangan tersebut ditutup, Jefri bersandar di dinding dan terlihat sangat lelah.Melihat darah di tangannya, air matanya jatuh tak terkendali.Dia tidak tahu Sara terluka di bagian mana, tetapi sekujur tubuh Sara berlumuran darah.Dia tidak pernah merasa sedih sampai menangis seperti ini karena seorang wanita. Sara adalah wanita pertama yang membuatnya seperti itu.Dia membenci dirinya sendiri seperti ini, tetapi dia harus mengakui ba
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Jihan memberi tahu pada Wina bahwa Sandy mencoba membius Sara. Saat melarikan diri, Sara bertemu dengan pria paruh baya mabuk yang menyeret ke dalam hutan, hendak memerkosanya. Untungnya, Sara berhasil melawan pria paruh baya itu.Setelah mendengar semua itu, Wina sangat marah hingga matanya menjadi merah, "Bagaimana Sandy bisa menjadi orang seperti itu!"Dia berpikir, Sandy yang merupakan kakak kelasnya Sara setidaknya adalah pria baik-baik, tidak akan membohongi Sara seperti yang dilakukan Denis.Jihan memegang dagunya dengan satu tangan dan terlihat niat membunuh terpancar dari matanya yang dingin. Dia tidak menjawab kata-kata Wina dan hanya menepuk-nepuk tangan Wina agar Wina tenang.Ketika mobil berhenti di pintu masuk rumah sakit, Wina bergegas keluar dari mobil dan berlari ke IGD.Sara perlahan-lahan membuka matanya. Menyadari tubuhnya tidak terasa begitu berat dan panas, dia pun menghela napas lega.Dia dengan susah payah menggerakkan matanya un
Sara yang baru berusia tiga puluhan telah menjalani kehidupan yang penuh penderitaan. Dia tidak seberuntung Wina yang masih bisa mengetahui seperti apa rupa keluarga kandungnya dari video yang direkam ibunya. Sara sama sekali tidak tahu siapa orang tua kandungnya.Memikirkan penderitaan yang dilalui Sara, Wina semakin merasa sedih dan memeluknya erat."Kak Sara, ini salahku karena nggak bisa melindungimu."Wina merasa bersalah tidak mencegah mereka bersama ketika dia menyadari bahwa Sandy tidak sebaik yang terlihat. Karena kesalahannya ini Sara harus mengalami kejadian menakutkan seperti ini.Setelah air matanya berhenti, Sara mengangkat tangannya yang terbalut kain kasa, dengan lembut membelai rambut keriting sepanjang pinggang di punggung Wina dan menghiburnya."Aku sudah nggak apa-apa, kamu jangan khawatir dan jangan salahkan dirimu sendiri."Jika tidak ada hubungan dengan Wina dan mengenai perasaannya sendiri, Sara selalu tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi. Dia akan terus te