Share

Chapter 64

Author: APStory
last update Last Updated: 2025-02-26 22:05:09

Setibanya di rumah sakit, Mervyn langsung mengajak kedua anaknya masuk ke tempat di mana Mireya sedang dirawat sekarang.

“Mami!” Anak-anak itu berlarian menghampiri sang ibu yang masih terbaring di atas ranjang pasien.

Kondisi Mireya tampak belum stabil, tapi saat melihat kedatangan kedua malaikat kecil kesayangannya, dia merasa menjadi sedikit lebih baik.

“Marcell, Michelle, akhirnya kalian kembali!” Mireya memaksakan diri untuk bangun. Mervyn yang melihat itu segera membantunya mengubah posisi menjadi duduk berselonjor kaki.

Lalu, lengan-lengan mungil itu melingkari tubuh Mireya. Disambut oleh Mireya dengan pelukan yang tidak kalah erat. Mereka layaknya orangtua dan anak yang sudah sekian tahun lamanya tidak bertemu dan kini saling sibuk melepas rindu.

Mireya tanpa sadar menitikkan air mata sambil mengecup kening Marcell dan Michelle secara bergantian. Dia sangat bersyukur bisa melihat kedua anaknya kembali dengan selamat.

“Mami, jangan menangis! Semuanya baik-baik saja ...” ucap Ma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 65

    Julian menatap Mervyn dengan mata terbuka lebar. Suaranya terhenti sesaat, seolah kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Mervyn masih bergema di telinganya.“Anak kandung?” Suara Julian terpecah, antara bingung dan tak percaya. Raut wajahnya menciptakan gambaran yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.Sejujurnya, Julian sudah merasakan sesuatu yang aneh sejak pertama kali memergoki Mireya dengan Mervyn di lorong perusahaan.Akan tetapi, seperti kebanyakan orang yang berpikir bisa menghindari kenyataan, Julian pun mencoba mengesampingkan firasat itu.Dan malam ini, usai mendengar pengakuan itu langsung dari mulut Mervyn, segalanya seperti runtuh begitu saja. Julian seolah tak mampu menarik napas, seolah kata-kata itu terlalu berat untuk ditampung oleh hatinya.Tidak mungkin! Itu yang pertama kali terlintas dalam benaknya. Dia ingin berpikir bahwa ada kesalahan dalam pernyataan itu, mungkin ada kekeliruan atau bahkan lelucon yang tidak dia pahami.Tetapi, tidak. Matanya yang tajam

    Last Updated : 2025-02-27
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 66

    Kondisi Mireya tidak terlalu parah. Hanya pingsan biasa yang disebabkan oleh kaget dan cemas berlebihan. Jadi, dokter mengizinkannya pulang tanpa harus menjalani rawat inap.Mervyn sangat senang dan lega mendengarnya. Namun, kehadiran Julian yang ‘sok perhatian terasa cukup mengganggu dan membuatnya sedikit tidak nyaman.Terlebih lagi, bukan hanya datang sekadar untuk menjenguk, tapi Julian juga secara terang-terangan berusaha mencuri perhatian Mireya dan kedua anak kembarnya.Bahkan, saat Mireya berada di lobi dan kebingungan mau pulang dengan siapa, Julian buru-buru menawarkan, “Naik mobilku saja, biar aku antar kamu pulang.”Menyaksikan itu, apakah Mervyn hanya diam saja?Oh, tentu tidak!Mervyn segera menyela sebelum Mireya sempat menjawab. “Julian, terima kasih banyak atas tawarannya, tapi Mireya akan pulang bersamaku dan anak-anak,” katanya.“Benarkah? Apakah Mireya sendiri yang mengatakan itu?” tanya Julian dengan ekspresi menganggap enteng.Mervyn menjawab dengan tenang, “Tida

    Last Updated : 2025-02-28
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 67

    “Apa Papi juga sudah minta maaf pada Mami?” Pertanyaan polos Marcell itu membuat suasana di dalam mobil mendadak hening. Michelle yang duduk di sampingnya ikut menatap Mervyn dengan rasa ingin tahu. Mireya, yang duduk di kursi depan, langsung merasa tubuhnya menegang. Dia tidak menyangka pertanyaan itu akan muncul begitu saja dari mulut anak pertamanya. Mervyn, yang sedang menyetir, melirik sekilas ke arah Mireya melalui kaca spion. Tatapannya seolah meminta petunjuk, tapi Mireya tetap diam sambil memandang lurus ke depan. Tidak ada niat untuk membantunya kali ini. “Papi?” Marcell mengulangi pertanyaannya, kini dengan nada lebih penasaran. Mervyn menarik napas panjang sebelum akhirnya menjawab, “Tentu saja, Papi sudah minta maaf pada Mami.” Marcell terlihat berpikir sejenak, lalu kembali bertanya, “Mami, apa Papi benar minta maaf?” Mireya tertegun. Dalam hatinya, ia ingin membantah, tapi ia tidak ingin menciptakan ketegangan di depan anak-anaknya. Dengan suara pelan, ia ak

    Last Updated : 2025-03-02
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 68

    Bab 2: Pertemuan yang Membakar“Kenapa kamu tidak pernah mau mendengar kata-kataku, Mireya?” Suara Mervyn terdengar tegas, tapi jelas ada nada frustrasi di dalamnya. Tatapannya tajam menembus mata Mireya, seperti ingin menggali jawaban dari lubuk hatinya.Mireya menoleh ke arahnya dengan bingung. “Apa maksud kamu, Mervyn?” tanyanya, mencoba mengendalikan nada suaranya agar tidak terdengar lelah. Hari ini sudah cukup berat untuknya.Mervyn menyandarkan tubuhnya di dekat pintu ruang tamu, kedua tangannya terlipat di depan dada. “Aku tidak suka Julian,” katanya tanpa basa-basi. “Aku tidak suka cara dia menatap kamu. Aku tidak suka dia terlalu dekat dengan kamu dan anak-anak.”Mireya tertegun. Itu adalah hal terakhir yang ia harapkan keluar dari mulut Mervyn. “Apa hubungannya dengan Julian?” tanyanya dengan nada hati-hati. “Dia hanya atasan aku, tidak lebih.”Mervyn mendengus, seolah tidak percaya dengan jawaban itu. “Hanya atasan? Mireya, apa kamu pikir aku tidak tahu kalau dia menyimpan

    Last Updated : 2025-03-02
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 69

    “Mervyn, apa kamu tidak pernah berpikir?!” Mireya membentak, nadanya penuh emosi. Mervyn terdiam di depan pintu rumah Mireya, menatap wanita itu dengan wajah datar. Tapi matanya menyiratkan sesuatu—sesuatu yang membuat Mireya semakin kesal. “Kamu tidak bisa seenaknya datang ke sini dan membuat semua jadi rumit!” lanjut Mireya, suaranya sedikit bergetar. “Kamu pikir aku tidak punya perasaan?” Mervyn akhirnya membuka mulut, suaranya tenang tapi tegas. “Aku tidak pernah berniat membuat kamu kesal. Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya ada di hati kamu, Mireya.” Mireya mendengus, lalu melipat tangannya di dada. “Apa maksud kamu, Mervyn? Kamu mau aku memilih? Mau aku bilang kalau aku tidak mau terlibat denganmu lagi? Atau kamu mau aku pura-pura lupa pada semua yang terjadi?” Mervyn berjalan mendekat, membuat Mireya secara refleks mundur selangkah. “Aku hanya mau kamu jujur, Mireya. Jujur padaku. Jujur pada diri kamu sendiri.” Mireya ingin membalas, tapi hatinya sudah terlalu pen

    Last Updated : 2025-03-02
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 70

    “Aku tidak mau, Mervyn!” Mireya menepis tangan pria itu dengan tegas. Matanya menatap tajam, penuh dengan keraguan dan rasa bersalah yang bercampur jadi satu. “Mireya, aku serius,” balas Mervyn dengan suara rendah tapi penuh tekanan. “Aku cuma ingin kita memulai semuanya dari awal. Kita berdua, dengan anak-anak.”Mireya menggeleng, mencoba mencari kata-kata yang tepat agar pria di depannya memahami posisinya. “Aku tidak bisa. Kamu pikir ini semudah itu? Kamu pikir aku tidak merasa bersalah pada Lisa? Bagaimanapun, dia tetap tunangan kamu.”“Dia hanya tunangan karena ibuku memaksa, Mireya,” potong Mervyn cepat. “Aku tidak pernah mencintainya. Aku tidak pernah ingin menikahinya.”“Kalau begitu, kenapa kamu setuju sejak awal?” Mireya bertanya dengan nada getir. Ia tahu pertanyaan itu terlalu tajam, tapi ia juga ingin tahu alasan sebenarnya. “Kenapa kamu biarkan dia menaruh harapan, sementara kamu sendiri tidak yakin?”Mervyn diam sejenak, seolah pertanyaan Mireya menghantamnya tepat di

    Last Updated : 2025-03-02
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 71

    “Kalau ini keputusan kamu, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!” Suara Lisa menggema di restoran mewah yang seharusnya menjadi tempat pertemuan tenang dan formal. Namun, kini menjadi saksi perdebatan panas antara dirinya dan Mervyn. Mervyn duduk di kursinya dengan tenang, tangan bersedekap di dada. Meski sorot matanya dingin, ada ketegasan yang sulit digoyahkan. “Lisa, aku sudah menjelaskan semuanya. Aku tidak ingin pernikahan ini dilanjutkan.” Lisa memukul meja dengan keras, matanya memerah karena emosi. “Kenapa, Mervyn? Apa ini semua karena Mireya dan anak-anaknya?!” Mendengar nama Mireya disebut, rahang Mervyn sedikit mengeras. Namun, ia tetap menjaga ketenangannya. “Ini bukan tentang Mireya,” jawabnya singkat. “Jangan berbohong!” bentak Lisa, suaranya mulai bergetar. “Aku tahu kau sudah tahu segalanya. Marcell dan Michelle adalah anak-anakmu, kan? Itulah kenapa kamu berubah seperti ini! Kamu tidak pernah mencintaiku, kan?” Mervyn menatap Lisa dengan tajam. “Benar. Aku t

    Last Updated : 2025-03-02
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 72

    “Kenapa? Apa kamu cemburu, Mervyn?” Suara Mireya terdengar tegas, meski ada sedikit getaran di akhir kalimatnya. Ia menatap pria di depannya dengan tatapan penuh tanya, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Mervyn memandangi Mireya dengan ekspresi campur aduk—tertegun, salah tingkah, tetapi juga sedikit kesal karena pertanyaannya terlalu tepat sasaran. “Aku?” Mervyn mencoba menghindar, meski ia tahu itu tidak akan mudah. “Mungkin kamu salah paham. Aku tidak cemburu sama sekali.” Mireya tersenyum kecil, senyum yang lebih mirip ejekan. “Benarkah? Lalu kenapa kamu terlihat begitu terganggu sejak Julian datang membawakan bunga untukku di rumah sakit?” Mervyn menghela napas panjang, bersandar ke sofa, mencoba mencari cara untuk menjawab tanpa terlihat terlalu defensif. “Aku hanya merasa ...” dia berhenti sejenak, menatap langsung ke mata Mireya, “... kurang nyaman. Itu saja.” “Kurang nyaman?” Mireya mengulang kata-kata itu, kali ini dengan nada yang l

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 114

    Di ruang CEO, Mervyn tampak duduk di kursi putar seraya menatap Rayyan yang berdiri di depan meja kerjanya.“Apa sudah kamu informasikan kepada orang-orang itu mengenai kedatangan istriku hari ini?” tanya sang CEO.Rayyan menjawab, “Sudah, Pak. Persiapannya juga sudah matang.”“Bagus!” Mervyn mengangguk, merasa puas mendengar jawaban asistennya. “Bagaimana dengan hadiah yang aku bicarakan kemarin?”“Hadiahnya juga aman, Pak. Saya sudah menyuruh seseorang untuk memberikan hadiahnya kepada Nyonya, Tuan dan Nona Kecil ketika mereka sampai di rumah.”“Kerja bagus!” puji Mervyn. Rayyan memang selalu dapat diandalkan kapan dan di mana pun dia membutuhkannya.***Beberapa jam setelah melakukan perjalanan, Mireya, Marcell dan Michelle akhirnya tiba di lokasi tujuan.Kedatangan Mireya bersama kedua anaknya di tempat kediaman Mervyn disambut oleh banyak orang yang telah dipekerjakan oleh Mervyn dengan posisi bagian dan tugas yang berbeda-beda.Saat melewati pintu, ada beberapa penjaga yang lang

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 113

    Mervyn meraih telapak tangan Mireya untuk digenggam. “Kamu tahu, ‘kan, alasan dari kedatangan aku ke sini hanya untuk mengurus project anak perusahaan Grup Jordan?”Mireya mengangguk pelan, tetapi dia mulai bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang ingin disampaikan oleh Mervyn.“Dan sekarang urusannya sudah selesai. Aku berencana akan membawa kamu dan anak-anak kembali ke kota A. Apa kamu keberatan?” tanya Mervyn tanpa banyak basa-basi. Sebab, cepat atau lambat dia memang harus bicara jujur pada Mireya.Wajah Mireya berubah murung ketika mendengar ucapan Mervyn.Bagi Mireya, kota A menyimpan banyak kenangan pahit yang telah lama berusaha dia kubur bersama luka-lukanya.Dari sejuta mimpi buruk yang dia miliki di kota tersebut, satu-satunya yang bisa dia syukuri hingga sekarang hanyalah kehadiran anak kembar dalam hidupnya. Sementara sisanya tak lebih dari tumpukan benang yang hanya akan memperparah bongkahan luka di dada.“Maksud kamu, kita akan tinggal di sana?” tanya Mireya dengan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 112

    Pertanyaan polos Michelle membuat Mireya gelagapan. Napasnya berhenti sejenak seiring kelopak mata yang terbuka lebar. Dengan cepat dia pun menyembunyikan jejak kemerahan di lehernya menggunakan telapak tangan.“I–ini ....” Mireya mencoba menemukan alasan yang masuk akal.Tapi apa?Tak jauh darinya, Mireya melihat Mervyn sedang berdiam diri di depan pintu toilet sembari menahan tawa. Membuatnya melotot kesal.Bisa-bisanya pria itu tertawa dengan sikap yang begitu tenang, sementara Mireya sedang pusing memikirkan jawaban!Padahal, tanda merah yang Mireya dapatkan jelas-jelas dibuat olehnya!Mireya kembali menatap Michelle. “Elle bisa tanya langsung pada Papi. Karena, Papi lebih tahu,” ucapnya seraya tersenyum lebar.“A–apa?” Mervyn mengerjap. Raut wajahnya berubah datar hanya dalam hitungan detik. “Kenapa harus aku yang jawab?”Mireya tersenyum miring. Merasa puas menyaksikan reaksi sang suami. “Bukankah kamu yang menyebabkan ini terjadi? Jadi, kamu saja yang jawab!” putusnya secara mu

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 111

    Mervyn dan Mireya terkejut ketika ada yang mengetuk pintu dari luar. Setelah itu, suara imut khas anak kecil mulai terdengar.“Mami, Papi! Acell dan adik boleh buka pintunya, tidak?” tanya Marcell.Sepasang suami dan istri itu tampak kelimpungan. Bagaimana mungkin mereka membiarkan kedua anak itu masuk dalam keadaan tubuh yang tidak mengenakan apa pun?Ah, kecuali Mervyn yang hanya memakai celana panjang.“T–tunggu sebentar! Mami akan membukanya,” sahut Mireya, lalu mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan segera mengenakannya.Usai keduanya mengenakan kembali pakaian mereka, Mireya pun berjalan untuk membukakan kunci pintu.“Elle, Acell, ada apa?” tanya Mireya, sementara Mervyn baru saja masuk ke toilet untuk buang air kecil.“Mami ... eum, ada yang ingin kami katakan, tapi kami khawatir Mami akan marah,” ujar Marcell dengan raut wajah terlihat sedikit cemas.Mireya mengernyit. “Bagaimana kalian bisa tahu Mami akan marah atau tidak, sedangkan kalian saja belum mengatakan apa-a

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 110

    Di atas kasur, Mireya tampak mengenakan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh polosnya.Wanita itu memandang Mervyn yang baru saja memungut celana dan kaos miliknya yang berserakan di lantai, lalu mulai memakainya kembali.Mireya cukup terkejut menerima perlakuan suaminya yang tiba-tiba menjadi begitu liar dan brutal.Dugaan sementara, Mireya menaruh curiga bahwa semua yang dilakukan Mervyn disebabkan oleh rasa cemburu akibat kesalahpahaman antara pria itu, Mireya dan juga Julian.Selesai mengenakan celana panjang berbahan levis, dengan tubuh bagian atas yang masih telanjang, Mervyn naik ke atas kasur untuk kembali mendekati istrinya.Cup!Mervyn mendekap wanita itu seraya mengecup pelipisnya sekilas. “Ingat apa yang tadi kukatakan? Kamu, dan semua yang ada pada dirimu adalah milikku, Mireya. Jangan biarkan orang lain menyentuhnya!”Mireya mengangguk, tetapi perasaannya tidak kunjung lega meskipun dirinya kini sedang ada dalam dekapan hangat sang suami.“Kenapa menatapku begitu, h

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 109

    Brak!Mervyn membuka pintu kamar, mendapati Mireya yang kini sedang melipat pakaian sembari duduk di tepi kasur bermotif bunga mawar.Wanita itu mendongak saat mendengar derit pintu, lalu bergegas bangkit menghampiri suaminya yang baru pulang ke rumah entah dari mana.“Kamu sudah kembali?” sambut Mireya seraya tersenyum manis.Mervyn, dengan wajah garang serta sorot mata yang menunjukkan amarah, sama sekali tidak menjawab kalimat tanya yang diajukan oleh Mireya.Di sepanjang jalan menuju ke rumah, Mervyn sudah terlalu banyak menahan emosi, dan sekarang kemarahan itu bertambah semakin besar saat dia melihat ekspresi lugu istrinya yang terkesan seakan tidak melakukan kesalahan apa pun di belakangnya.Mireya menyadari ada yang tidak beres dari raut wajah Mervyn. Lantas pada saat dirinya berada di hadapan Mervyn, dia segera mengangkat satu tangan guna menyentuh pipi pria itu.“Mervyn, apa yang terjadi?” tanya Mireya lembut. “Apa kamu baru saja mendapatkan masalah?” tambahnya.Tatapan Merv

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 108

    Mireya pun menjelaskan kejadian mengenai Felix yang membohonginya dengan mengatakan bahwa Henry, ayah mereka, sedang mengalami kritis di rumah sakit. Namun, ternyata Felix malah membawanya ke tempat asing dan menjadikannya jaminan utang. “Felix?” Mervyn mengerutkan dahi saat mendengar nama yang tak dia kenal. “Siapa dia?” “Dia kakak laki-lakiku. Kami lahir dari ibu yang berbeda, tetapi masih satu ayah,” terang Mireya. “Kalau begitu, artinya dia juga kakaknya Felly?” tebak pria itu. Lantas Mireya mengangguk. “Ya, mereka satu ibu,” tambahnya. Mervyn manggut-manggut paham, lalu terdiam setelahnya. Akan tetapi, isi kepalanya terus bekerja memikirkan sosok Felix yang telah membuat istri kesayangannya hampir menjadi korban pemerkosaan. Mervyn bersumpah, suatu saat Felix pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya! “Mervyn, kenapa melamun?” Mireya menyentuh sebelah pipi Mervyn dan membuatnya sedikit terkejut. Mervyn menunduk, menatap ke dalam mata cantik ist

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 107

    “Hey ... apa yang kamu pikirkan?” Mervyn menyelipkan anak rambut Mireya ke belakang telinga wanita itu. “Aku tidak pernah menganggap kamu pembawa sial. Sebaliknya, aku justru merasa lebih bahagia setelah bertemu kembali dengan kamu dan anak-anak. Siapa bilang kalau kamu pembawa sial?”Mireya merasa sedikit lebih lega. Namun, perasaan sedih dan bersalah itu masih belum hilang sepenuhnya dari dalam diri. Melihat kondisi Mervyn yang tidak berdaya seperti saat ini membuatnya sangat sedih.“Mervyn, apa boleh aku menceritakan alasan yang sebenarnya?” tanya Mireya seraya mendongak, menatap mata sang suami dengan lebih serius dan dalam.Cup!Mervyn mengecup pelipis Mireya lekat-lekat. “Ceritakanlah,” balasnya.Mireya menghela napas sejenak. “Sebenarnya ... saat tiba di rumah sakit, aku duduk menunggu kamu di luar ruangan. Aku terus mendoakan untuk keselamatan kamu. Kemudian, tiba-tiba Ibu datang bersama Lisa. Aku menjelaskan pada Ibu mengenai apa yang terjadi dengan kamu, lalu Ibu menyalahkan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 106

    Setelah menjalani rawat inap selama hampir satu minggu di rumah sakit, Mervyn akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter hari ini. Akan tetapi, dia tetap membutuhkan banyak istirahat di rumah, supaya proses penyembuhan luka di perutnya lebih cepat selesai.Malam itu, di saat Marcell dan Michelle sedang belajar bersama di kamar mereka, Mireya membuatkan segelas susu hangat untuk Mervyn.Mireya menghampiri Mervyn yang berbaring di atas kasur, meletakkan sejenak gelas di atas meja. Kemudian, membantu Mervyn mengubah posisi menjadi duduk dengan kedua kaki diluruskan serta punggung yang bersandar pada kepala kasur.“Minumlah ...” ucap Mireya sembari menyodorkan kembali susu di dalam gelas berbahan kaca ke arah Mervyn.“Terima kasih,” ucap Mervyn seraya mengambil alih benda itu dan mulai meneguk minumannya pelan-pelan.“Mireya, aku mau tanya sesuatu.” Mervyn meletakkan gelas di atas meja, lalu menatap istrinya dengan serius.“Tanyakan saja,” kata Mireya yang tengah duduk di tepi kasur, menun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status