Bukan. Bukan ini yang Ning inginkan. Ia hanya berharap hari ini berlalu lebih cepat dan berganti menjadi esok hari dengan lebih baik. Ia pikir, tadi malam adalah pelarian terakhirnya, tapi mengapa kini ia harus bertemu lagi dengan dia?
Mata Ning menatap ke arah lain, ia tidak bisa menatap manik mata sosok di depannya. Bukannya tidak bisa, hanya saja ia tidak mampu.
Gandhi—sosok yang ia hindari tadi malam saat pesta ulangtahun Lara. Laki-laki ini adalah sosok yang seharusnya tidak pernah ia inginkan untuk bertemu lagi. Namun ternyata semesta memang suka sebercanda itu. Ia mempertemukan dirinya kembali dengan pria ini setelah dua tahun lamanya. Setelah pria ini mencampakkannya begitu saja tanpa alasan dan memilih untuk bersama dengan yang lain.
Ning ingin pergi lagi, seperti tadi malam. Pergi kemana saja pun ia mau asalkan bisa menjauhinya dan bila perlu bersembunyi. Tapi itu tidak mungkin kan? Ia kini di tempa
Lidah tidak bertulang- Anonim-****Ning dan Gandhi telah berada di restoran cepat saji yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Ning terlalu lelah untuk menentukan tempat nyaman untuk berbincang dengan pria itu, sedangkan Gandhi memilih untuk mengikuti kemanapun perempuan itu akan membawanya.Restoran cepat saji dijam segini cukup lengang. Mungkin karena memang bukan weekend. Beberapa mahasiswa tampak duduk bergerombol dalam satu meja, sedang menekuri layar laptop masing-masing. Ada juga yang memilih untuk duduk sendiri dan menepi. Menghabiskan sisa cola ditangan mereka, sedangkan tangan satunya sibuk membolak balikkan modul setebal mungkin 5 cm yang cukup bisa membuat kepala pening jika dipakai untuk memukul. Tempat seperti ini memang surga buat para calon sarjana itu. Selain karena restoran ini bukannya 24 jam, akses wifi yang gratis tanpa batas sering dimanfaatkan oleh mereka untuk menyel
-Where there is love, there is life-Gandhi memijat pangkal hidungnya yang terasa berat. Kacamatanya sudah ia tanggalkan dan dimasukkan ke dalam tas. Pemandangan pertama yang ia lihat setelah membuka pintu rumah adalah wajah ibunya yang sedang berdiri sambil bersidekap.Rumah megah yang sekarang ia tempati ini bukanlah miliknya. Melainkan milik orangtuanya. Sejak dua tahun lalu, setelah menikah ia memang memutuskan untuk meninggalkan rumah ini dan memilih menetap di Bandung. Namun, kejadian beberapa bulan yang lalu memaksa dia untuk kembali lagi ke sini.“Kamu darimana saja, huh? Jam segini baru pulang?” jam di tangannya memang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.Gandhi mendengkus, “lembur.” Tukasnya singkat.“Lembur apa kamu sampai jam segini baru selesai?” Ratna belum puas dengan jawaban putranya.Langkah kaki Gandhi berhenti dan tubuhnya dipaksakan untuk berbalik ke arah ibunya yang berdiri menanti jawabannya sedangkan sang ayah masih santai menonton televisi.“Aku bukan anak k
Sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama, tak lantas membuat sebuah rasa menyergap.********Bahunya terasa kaku. Pinggangnya pun tak mau kalah. Sambil duduk di ruang jaga ia memijat betisnya yang hampir saja lepas dari persendiannya. Untung saja hari ini ia shift sore jadi setidaknya ia bebas menggunakan sepatu ketsnya atau terkadang beralih ke sandal jepit yang memang sengaja digunakan hanya saat ia bekerja shift sore ataupun malam. Kalau saja hari ini ia harus shift pagi yang mengharuskan menggunakan pantofel, mungkin saja kakinya benar-benar terlepas.Hari ini orang yang sakit banyak sekali, jadi wajar saja kalau pemeriksaan laboratorium juga banyak. Ahh… ia ingin sekali segera pulang lalu berendam diair yang hangat. Tubuhnya butuh relaksasi.Segera beranjak dari ruang jaga untuk bersiap-siap pulang ketika Maya, teman kerja shif
Cantik? Iya! Pinter? Oh jelas! Mandiri, suka menabung, gak jajan sembarangan dan yang paling penting itu gak julid yessss…jeng! Jeng! jeng! Tapi kok jomlo? – Indira Prameswari to Adeninggar Khalia Audrey *************** Ning sedang sibuk menyalin angka demi angka dari kertas yang berisi hasil pemeriksaan darah lengkap pasien di buku hasil. Kertas tersebut nantinya akan diberikan kepada dokter jaga di unit UGD, atau perawat di bagian rawat inap. Proses menyalin ini dimaksudkan agar nanti jika sewaktu-waktu dokter atau pihak terkait menanyakan hasilnya kembali maka akan mudah untuk ditemukan. Penyalinan ini juga mempermudah para analis untuk ikut merekam atau memantau jejak medis pasien seperti pada pasien yang mengalami penyakit demam berdarah dengue yang setiap hari harus dilakukan pengecekan kadar trombosit nya. Penyalinan hasil ini tidak hanya dilakukan untuk pemeriksaan darah lengkap saja, setiap pemeri
Jangan ngaku anak rumahan kalau keluar rumah belum pernah make baju kedodoran, celana training hitam dan sandal jepit legend, read: swallow. ************************Hampir sebagian besar mengeluh datangnya hari senin. Bagaimana tidak, perbandingan jarak dari hari senin menuju minggu lama sekali sedangkan pergantian minggu ke senin serupa membalikkan telapak tangan. Pun demikian dengan Ning, senin dengan shift pagi adalah paket terberat yang lebih berat dari angka timbangan berat badannya yang kian hari bergeser ke kanan. Ia harus merelakan jam tidurnya dipangkas agar tidak datang terlambat, padahal dua hari kebelakang ia sudah bahagia bangun diatas jam 7 pagi. Ohhh… demi bloody hell yang selalu dikatakan Diran ketika ia ingin mengumpat, Ning ingin kembali bergelut di kasurnya yang empuk sambil bersembunyi dibalik bad cover motif pisangnya yang lucu.
Yang setia dari jaman dekil sampai paripurna gini cuma si freckles. Love ya my freckles.-Adaninggar Khalia Audrey-
Aku janji deh gak bakal nakal lagi, kalau nakal nanti aku akan janji lagi-Anonim-*******Sudah hampir sejam Ning menunggu persis kambing congek. Matcha lattenya kini tersisa setengah. Kafe si Bohay yang menjadi tempatnya bertemu dengan Tama pun sudah mulai ramai, padahal tadi sewaktu ia mendaratkan tubuhnya ke sofa empuk berlengan di sudut ruangan yang menghadap arah jendela kafe, tempat ini masih sepi.Pria itu berdalil masih sibuk dengan pekerjaannya dan meminta pada Ning untuk menunggunya setengah jam lagi. Oke fine! Karena sudah terlanjur basah berjanji untuk bertemu, Ning akan menuruti permintaan pria itu.Nyali Ning menciut ketika sepasang manik matanya melihat mobil Nissan march berwarna merah terparkir cantik dan keluarlah pria yang ditunggunya. Meski ini pertama kali mereka bertemu tapi Ning sempat melihat paras pria itu dari profilnya diwhatsapp. Untung saja
Berharap terhadap hubungan yang belum pasti itu, menyesakkan.****************Ning terbangun dengan mata yang masih mengantuk setelah semalam suntuk mengomeli Indira tentang cowok pilihan sahabatnya itu via telepon. Untung saja hari ini ia bekerja shift malam jadi tidak perlu khawatir jika bangun kesiangan.Dengan piyama biru bercorak Doraemon, ia berjalan menuju dapur untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Perutnya pun sudah keroncongan minta diisi.“Loh? non sudah bangun, toh?” bik Siti, asisten rumah tangga yang sudah bekerja lebih dari 3 tahun di rumah ini baru saja masuk dari pintu belakang. Sepertinya ia baru selesai dengan pekerjaannya menjemur pakaian. Keranjang berwarna putih masih dipegangnya ketika menyapa Ning yang sedang mengeluarkan sebotol air putih dari kulkas.Ning hanya mengangguk sebagai balasan. Energinya belum terisi