Chapter: GANDHI-Where there is love, there is life-Gandhi memijat pangkal hidungnya yang terasa berat. Kacamatanya sudah ia tanggalkan dan dimasukkan ke dalam tas. Pemandangan pertama yang ia lihat setelah membuka pintu rumah adalah wajah ibunya yang sedang berdiri sambil bersidekap.Rumah megah yang sekarang ia tempati ini bukanlah miliknya. Melainkan milik orangtuanya. Sejak dua tahun lalu, setelah menikah ia memang memutuskan untuk meninggalkan rumah ini dan memilih menetap di Bandung. Namun, kejadian beberapa bulan yang lalu memaksa dia untuk kembali lagi ke sini.“Kamu darimana saja, huh? Jam segini baru pulang?” jam di tangannya memang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.Gandhi mendengkus, “lembur.” Tukasnya singkat.“Lembur apa kamu sampai jam segini baru selesai?” Ratna belum puas dengan jawaban putranya.Langkah kaki Gandhi berhenti dan tubuhnya dipaksakan untuk berbalik ke arah ibunya yang berdiri menanti jawabannya sedangkan sang ayah masih santai menonton televisi.“Aku bukan anak k
Last Updated: 2022-05-08
Chapter: KATA PERTAMALidah tidak bertulang- Anonim-****Ning dan Gandhi telah berada di restoran cepat saji yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Ning terlalu lelah untuk menentukan tempat nyaman untuk berbincang dengan pria itu, sedangkan Gandhi memilih untuk mengikuti kemanapun perempuan itu akan membawanya.Restoran cepat saji dijam segini cukup lengang. Mungkin karena memang bukan weekend. Beberapa mahasiswa tampak duduk bergerombol dalam satu meja, sedang menekuri layar laptop masing-masing. Ada juga yang memilih untuk duduk sendiri dan menepi. Menghabiskan sisa cola ditangan mereka, sedangkan tangan satunya sibuk membolak balikkan modul setebal mungkin 5 cm yang cukup bisa membuat kepala pening jika dipakai untuk memukul. Tempat seperti ini memang surga buat para calon sarjana itu. Selain karena restoran ini bukannya 24 jam, akses wifi yang gratis tanpa batas sering dimanfaatkan oleh mereka untuk menyel
Last Updated: 2022-01-17
Chapter: Maaf untuk Apa?Bukan. Bukan ini yang Ning inginkan. Ia hanya berharap hari ini berlalu lebih cepat dan berganti menjadi esok hari dengan lebih baik. Ia pikir, tadi malam adalah pelarian terakhirnya, tapi mengapa kini ia harus bertemu lagi dengan dia?Mata Ning menatap ke arah lain, ia tidak bisa menatap manik mata sosok di depannya. Bukannya tidak bisa, hanya saja ia tidak mampu.Gandhi—sosok yang ia hindari tadi malam saat pesta ulangtahun Lara. Laki-laki ini adalah sosok yang seharusnya tidak pernah ia inginkan untuk bertemu lagi. Namun ternyata semesta memang suka sebercanda itu. Ia mempertemukan dirinya kembali dengan pria ini setelah dua tahun lamanya. Setelah pria ini mencampakkannya begitu saja tanpa alasan dan memilih untuk bersama dengan yang lain.Ning ingin pergi lagi, seperti tadi malam. Pergi kemana saja pun ia mau asalkan bisa menjauhinya dan bila perlu bersembunyi. Tapi itu tidak mungkin kan? Ia kini di tempa
Last Updated: 2021-08-21
Chapter: PERMULAANMerelakan bukan berarti menyerah, tapi menyadari bahwa ada hal yang tidak bisa dipaksakan.-Anonim-Ning duduk di tepi ranjangnya dengan rambut kusut yang tergerai, mata sepet dan lelah. Ia baru bisa tidur sekitar jam dua pagi dan empat jam kemudian dia harus bangun lantas pergi bekerja. Kerja pagi di hari senin sungguh ‘sempurna’ dengan nada mengejek.Tadi malam ia benar-benar tidak bisa tidur. Bukan, ini bukan efek kafein dari kopi atau milktea kesukaannya. Hanya saja, sejak datang dari acara ulangtahun Lara, otaknya seolah menekan untuk tidak menciptakan rasa kantuk.Demi memburu waktu, buru-buru ia pergi ke kamar mandi. Sebelum beranjak, Ning memperhatikan wajahnya di cermin. Kantung matanya sudah tidak bisa ditutupi lagi bahkan dengan pulasan foundation. Seharusnya selepas jaga malam dua hari berturut-turut, ia bisa menghabiskan jatah liburnya dengan tidur
Last Updated: 2021-08-05
Chapter: SWEET SEVENTEENMantan akan terasa seperti kawan lama jika rasa yang dulu pernah ada telah benar-benar menguap, bukan begitu???******************************Ning sudah bersiap-siap sedari tadi. Menunggu itu memang sungguh tidak asik, apalagi menunggu ibu ratu—Ibunya sendiri yang terkadang kalau berdandan memakan waktu yang lama daripada anak gadisnya.“Kamu gak punya baju?”Bukannya minta maaf karena sudah membuat menunggu, eh malah sindirian yang didapatkan Ning. Untung jatah shopping bulanannya masih sering diberi oleh sang ibunda, kalau tidak, ibu Mariam ini sudah ia pecat sebagai ibunya.Ning sengaja hanya menggunakan kemeja putih, berbahan katun lembut dan menyerap keringat alih-alih menggunakan dress, . Bagian depannya sengaja dimasukan ke dalam celana denim berwarna biru dengan sobekan dibagian lutut. Lalu bagian belakang kemeja, ku keluar
Last Updated: 2021-08-03
Chapter: HADIAH UNTUK LARAModus? Ngaca dulu dong!! Cocok apa enggak tuh muka buat modus*****Diran dan Ning kini telah sampai disalah satu toko yang tampak dari luar colourful. Ning menghela nafas sebelum memutuskan untuk masuk. Sepertinya keputusan untuk mengajak Diran kemari adalah sebuah kesalahan besar."Lo yakin kita nyari di sini?" Ning memberikan helmnya kepada Diran. Ia tampak tak yakin, sebab tempat yang akan mereka datangi ini terkesan childish menurutnya. Dan dia sama sekali tidak punya ide untuk memberikan kado apa buat sepupunya itu."Lara umurnya gak sama kayak lo. Jadi stop bacot dan ikut gue." Protes Diran. “Ini sudah toko ke enam yang kita datangi dan tangan kita masih kosong.” Pria itu sungguh frustasi. “Lo gak tahu gitu keinginan sepupu lo itu. Dia gak pernah mau bilang mau kado apa?&
Last Updated: 2021-07-13