Home / Pendekar / PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR / 3. PERTARUNGAN SENGIT

Share

3. PERTARUNGAN SENGIT

last update Last Updated: 2024-04-23 15:53:55

"Ah, pemuda tampan, kau akan menjadi milikku," kata Dewi Laba-laba Hitam dengan suara seraknya, seraya merentangkan empat lengan labanya.

Ekawira menatap dengan mata yang penuh tekad. "Aku tidak akan menyerahkan diriku begitu saja, Dewi."

Pertarungan pun dimulai. Dewi Laba-laba Hitam melancarkan serangan pertamanya, sebuah tendangan keras yang ditujukan ke arah dada Ekawira. Dengan refleks cepat, Ekawira menangkis dengan kedua tangannya. Meski terdorong beberapa langkah mundur, dia tetap tegak berdiri.

"Kau cukup cepat, pemuda," ujar Dewi Laba-laba Hitam, meraih ekornya yang panjang dan mengayunkannya menuju Ekawira. Namun, Ekawira berhasil menghindar dengan melompat ke samping.

Tak lama kemudian, Dewi Laba-laba Hitam mengeluarkan serangan pukulan bertubi-tubi dengan keempat lengannya. Ekawira berusaha menghindar dan menghalau setiap pukulan dengan tangannya. Hentakan demi hentakan membuat tanah di sekitar mereka bergetar.

Walaupun Ekawira mampu bertahan dengan kekuatannya, tenaganya mulai menipis. Dewi Laba-laba Hitam melihat peluang dan mempercepat serangannya. Dia mengeluarkan ilmu kanuragan yang mengerikan, memanfaatkan energi gelapnya untuk menyerang.

"Kau akan menyerah sekarang!" teriak Dewi Laba-laba Hitam, melepaskan gelombang energi hitam menuju Ekawira.

Dengan tenaga yang hampir habis, Ekawira mencoba menahan serangan tersebut dengan kedua tangan. Dia merasakan panas yang menyengat dan kekuatan tubuhnya mulai melemah.

Tenaga Ekawira mulai menipis, setiap gerakan yang dia lakukan terasa berat. Napasnya tersengal-sengal, dan keringat bercucuran di wajah tampannya. Akhirnya, dengan tenaga yang benar-benar habis, Ekawira jatuh ke tanah dengan berat.

Dewi Laba-laba Hitam melihat kesempatan ini dengan senang hati. Dengan langkah arogan dan tersenyum licik, dia mendekati Ekawira yang terkapar di tanah. Rambut hitam legamnya bergerak pelan-pelan seiring angin malam, mencerminkan ketenangan dirinya.

"Hei, pemuda tampan," ujar Dewi Laba-laba Hitam dengan suaranya yang menggoda. "Lihatlah dirimu sekarang, apa kau masih ingin melanjutkan pertarungan ini?"

Ekawira menatap Dewi dengan mata yang terpejam lemah. "Sampai kapanpun aku tidak akan menyerahkan diriku pada makhluk sesat seperti dirimu,” gumamnya dengan susah payah.

Dewi tersenyum puas, merasa bahwa kemenangan sudah hampir di genggamannya. "Aku bisa menghentikan seranganku jika kau bersedia menjadi kekasihku. Pikirkanlah, pemuda tampan seperti kau akan menjadi teman yang sempurna di ranjangku."

Ekawira membuka mata lebar-lebar, terkejut dengan tawaran Dewi. Dia mengumpulkan sedikit tenaganya untuk duduk menatap Dewi dengan mata yang penuh keberanian. "Aku tidak akan menjadi milikmu dengan cara seperti itu, Dewi. Aku lebih baik mati dalam pertarungan daripada menjadi kekasihmu dengan paksa."

Dewi Laba-laba Hitam menghela nafas dengan kesal, akan tetapi dia tetap berusaha memikat Ekawira. "Pikirkan lagi tawaranku, pemuda. Aku bisa memberimu kekuatan dan kenikmatan yang tak terbatas."

Ekawira menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan tenaganya. "Aku memilih kebebasan daripada menjadi tawananmu, Dewi."

Dengan penuh keteguhan hati, Ekawira menolak tawaran Dewi Laba-laba Hitam, si siluman yang penuh godaan. Meskipun dalam kondisi yang lemah, tekadnya untuk melawan dan menjaga kehormatannya tetap tak tergoyahkan.

Ekawira kembali bangkit dan menantang sang dewi untuk kembali bertarung mempertaruhkan harga dirinya.

Sang dewi yang terlihat marah melihat kesombongan di mata Ekawira lantas akan mengeluarkan jurus pamungkasnya ke arah pemuda itu.

Namun, di saat-saat terakhir, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Sebuah cahaya terang muncul dari dalam diri Ekawira, menghalau energi gelap Dewi Laba-laba Hitam. Mata Ekawira berkilauan seperti dipenuhi dengan kekuatan baru.

Dengan tenaga baru yang dimilikinya, Ekawira melancarkan serangan balik. Dewi Laba-laba Hitam terkejut melihat perubahan Ekawira, akan tetapi dia tetap berusaha bertahan.

Pertarungan antara kekuatan alami dan kekuatan supernatural berlanjut, di mana kekuatan dan keberanian Ekawira menjadi kunci untuk menghadapi Dewi Laba-laba Hitam.

Mereka berdua kini saling berhadapan, atmosfer hutan menjadi tegang. Ekawira mengambil sikap bela diri, siap menghadapi serangan berikutnya.

Dewi Laba-laba Hitam dengan lincah melompat, berusaha menjebak Ekawira dengan jaring laba-labanya. Jaring-jaring itu berputar cepat, mengelilingi Ekawira. "Terjebaklah kau, pemuda!" seru Dewi dengan nada mengejek.

Namun, dengan kecepatan kilat, Ekawira memotong jaring-jaring tersebut dengan satu pukulan keras. Dia kemudian melompat ke udara, menghindari serangan berikutnya dari Dewi Laba-laba Hitam.

Ketika mendarat, Ekawira mengejar Dewi Laba-laba Hitam dengan serangan bertubi-tubi. Dia melepaskan serangkaian pukulan dan tendangan yang cepat dan kuat. Dewi berusaha menghalau dengan keempat lengannya, akan tetapi beberapa pukulan berhasil menjangkaunya, membuatnya terdorong mundur.

"Kau tidak akan bisa menang, Dewi!" seru Ekawira dengan semangat.

Tak mau kalah, Dewi Laba-laba Hitam mengeluarkan serangan rahasia. Dia menghembuskan semburan racun dari mulutnya, menuju Ekawira. Ekawira dengan cepat mengambil sehelai daun besar dari tanah dan menggunakannya sebagai perisai, menahan serangan racun tersebut.

"Kau memang pandai, pemuda," ujar Dewi dengan nada kagum, meski wajahnya tampak frustrasi.

Merasa tertantang, Ekawira kini memutuskan untuk mengeluarkan kekuatan penuhnya. Dia mengumpulkan energi di telapak tangannya dan melepaskannya dalam serangan yang dahsyat. Gelombang energi tersebut bergerak cepat, menghantam Dewi Laba-laba Hitam dan membuatnya terjatuh ke tanah.

Namun, Dewi Laba-laba Hitam segera bangkit kembali dengan marah. Dia mengeluarkan serangan-serangan yang lebih ganas, menggabungkan ilmu kanuragan dan sihir hitamnya. Ekawira terdesak, akan tetapi dia tidak menyerah.

"Dewi, aku akan mengakhiri ini sekarang!" seru Ekawira, mengumpulkan seluruh energinya untuk serangan terakhir.

Dengan kecepatan yang mengejutkan, Ekawira meluncur menuju Dewi Laba-laba Hitam, melepaskan serangan yang penuh kekuatan. Serangan tersebut mengenai Dewi dengan tepat, membuatnya roboh ke tanah dengan keras.

Dengan nafas tersengal-sengal, Ekawira menatap Dewi Laba-laba Hitam yang terkapar. "Kau kalah, Dewi.”

*

Adiwilaga, guru dari Ekawira, berdiri tegap di tengah lapangan terbuka, melawan sosok mengerikan yang berdiri di hadapannya: Tengkorak Iblis, siluman dengan kekuatan mistis yang menakutkan. Adiwilaga, meski berpengalaman dan berilmu tinggi, merasakan ketegangan di udara.

Tengkorak Iblis menggerakkan tangannya dengan gesit, mengeluarkan suara mendesis yang menyeramkan. "Adiwilaga, akhirnya kau akan mati di tanganku. Kau tidak akan bisa melarikan diri kali ini," kata Tengkorak Iblis dengan suara seram.

Adiwilaga memegang pedangnya dengan erat, siap untuk melawan. Dia melancarkan serangan pertamanya dengan penuh keberanian, akan tetapi Tengkorak Iblis dengan mudah menghindar dan membalas dengan serangan cepat.

Dengan kecepatan yang luar biasa, Tengkorak Iblis melepaskan jurus rahasia yang dia miliki. Tubuhnya berputar-putar seperti pusaran angin, sementara tangan dan kakinya bergerak dengan presisi tinggi. Cahaya gelap berputar di sekitar tubuhnya, menandakan kekuatan yang mematikan.

Adiwilaga mencoba menghindari serangan tersebut, akan tetapi naas, dia terjebak dalam pusaran energi hitam yang dikeluarkan oleh Tengkorak Iblis. Dengan pukulan yang cepat dan akurat, Adiwilaga ditumbangkan oleh Tengkorak Iblis. Tubuhnya terhempas ke udara sebelum jatuh dengan berat ke tanah, pedangnya terlepas dari genggaman dan terjatuh beberapa meter dari tempat dia terbaring.

Suasana menjadi hening, hanya suara nafas tersengal-sengal Adiwilaga yang terdengar. Tengkorak Iblis menghampiri Adiwilaga dengan langkah yang mantap, merasa puas dengan keberhasilannya.

"Kau kalah, Adiwilaga," ujar Tengkorak Iblis dengan suara yang penuh kemenangan, sambil menginjak tangan Adiwilaga.

"Aku mungkin kalah kali ini, namun semangatku tidak akan pernah padam," kata Adiwilaga dengan suara parau tapi terdengar tegas.

Dengan kepala yang berat, Adiwilaga kembali jatuh ke tanah, menyerah pada kelelahan setelah pertarungan sengit melawan Tengkorak Iblis.

Ekawira tiba di tempat pertarungan, melihat gurunya, Adiwilaga, terkapar di tanah dengan kekuatan yang sudah habis. Ekawira merasa sedih dan marah melihat kondisi gurunya. Namun, mata Adiwilaga yang terpejam bergetar pelan, menunjukkan bahwa dia masih memiliki sedikit tenaga.

Dengan mata yang sayu tapi penuh tekad, Adiwilaga mengangkat tangannya ke udara. "Pedangku...," gumamnya dengan suara yang hampir tak terdengar.

Seolah ditarik oleh sebuah kekuatan magis, pedang yang terjatuh beberapa meter dari tempat Adiwilaga terbaring mulai bergetar dan berkilauan. Terbang dengan kecepatan tinggi, pedang tersebut melayang menuju tangan Adiwilaga yang terangkat ke udara. Dengan usaha terakhir, Adiwilaga berhasil menangkap gagang pedang tersebut.

Ekawira melihat adegan tersebut dengan mata yang penuh haru. "Guru! Aku di sini, aku akan membantu," serunya, berlari mendekati Adiwilaga.

Adiwilaga tersenyum lemah, menatap Ekawira dengan mata yang penuh kasih sayang. "Ekawira, ambillah pedang ini. Gunakanlah untuk melindungi yang benar dan membawa kedamaian."

Dengan usaha terakhir, Adiwilaga mengangkat pedang itu dan menyerahkannya kepada Ekawira. "Pedang ini kini milikmu, anak muda. Jadilah pendekar yang berani dan bijaksana."

Dengan perasaan campur aduk antara kesedihan dan keberanian, Ekawira menerima pedang dari tangan gurunya yang terkulai lemah. Dia berjanji dalam hati untuk menggunakan pedang tersebut dengan bijaksana dan menghormati ajaran Adiwilaga.

Ketika menyentuh pedang itu sesuatu seperti keluar dari dalam benda tajam tersebut. Ada aliran tenaga dan cahaya yang menyelinap masuk ke dalam raga Ekawira bersamaan dengan sang guru menghembuskan nafas terakhirnya.

“Guruuuuuuuuuu!”

Related chapters

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    4. KEKUATAN MISTERIUS

    Dengan mata berkaca-kaca dan emosi yang memuncak, Ekawira melihat gurunya yang terkapar. Api kemarahan berkobar di dalam dadanya, tidak terima melihat Adiwilaga tewas di tangan Tengkorak Iblis. Ekawira merasa tanggung jawab besar untuk melanjutkan pertarungan dan membalas kematian gurunya."Mengapa kau melakukan ini, Tengkorak Iblis!" seru Ekawira, suaranya bergema di seluruh hutan, memecah keheningan malam.Tengkorak Iblis menatap Ekawira dengan dingin, tersenyum licik. "Kau berani sekali, pemuda. Namun, apa yang bisa kau lakukan tanpa gurumu?"Tanpa menjawab, Ekawira dengan lembut meletakkan mayat Adiwilaga di tanah, menghormati gurunya yang telah mengajarkannya banyak hal. Dia kemudian berdiri tegap, memegang pedang warisan dari Adiwilaga dengan erat."Sekarang giliranmu merasakan kekuatanku, Tengkorak Iblis!" kata Ekawira dengan suara yang penuh determinasi.Pertarungan pun dimulai. Ekawira menyerang dengan penuh semangat, mengayunkan pedangnya dengan kecepatan dan kekuatan yang s

    Last Updated : 2024-04-23
  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    5. KEKUATAN EKAWIRA

    Pusaran angin itu, membawa tubuh Ekawira berserta Pedang Batu Selembur, sejauh mungkin dari para pendekar aliran hitam itu.Perlahan-lahan, pusaran anginnya menghilang. Tubuh Ekawira pun terkapar di atas dedaunan kering, sedangkan Pedang Batu Selembur berada tidak jauh darinya.Seketika itu juga, muncul seorang pria sepuh yang seluruh rambutnya telah memutih, langsung menghampiri Ekawira yang tidak sadarkan diri di sana. Dia sedikit mengibas pakaiannya yang seperti jubah itu. Kemudian duduk berjongkok di samping kanan Ekawira. Dua ruas jarinya menyentuh tengkuk Ekawira. "Pemuda ini memiliki fisik yang lemah, tetapi tenaga dalamnya sangat kuat," gumamnya sesaat setelah memeriksa kondisi Ekawira, yang tidak sadarkan diri itu. "Seandainya bukan karena kekuatan besar ini, mungkin nyawanya sudah tiada setelah mendapat serangan dari Dewi Laba-laba Hitam dan Tengkorak Iblis." Kemudian ia mengangkat tangan kanannya dan berada tepat di atas tubuh Ekawira. Pria sepuh itu, mengalirkan seluru

    Last Updated : 2024-05-15
  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    6. RAHASIA EKAWIRA

    Kekuatan Batu Bintang Perak, hanya muncul dalam kurun waktu seratus tahun sekali. Hanya manusia terpilih saja lah yang dapat memiliki Kekuatan Batu Bintang Perak di dalam tubuhnya.Pada kelahiran Ekawira, terjadi penomena alam yang luar biasa. Langit siang, seketika berubah menjadi gelap, tepat sebelum Ekawira lahir. Selama ini, tidak pernah terjadi hal semacam itu. Alam seolah ikut menyambut kelahiran Ekawira. Guntur menyambar di mana-mana. Angin pun berhembus kencang seperti badai yang siap meluluhlantakkan apa pun yang ada di depannya. Meskipun begitu, tidak ada satupun korban jiwa. Tidak ada yang mengalami musibah di hari itu. Bahkan mereka tidak tahu menahu, bahwa saat itu sedang terjadi badai. Sungguh aneh. Ya, tidak bisa ditelaah oleh akal manusia. Namun, itulah yang terjadi di hari itu. Alam seolah hanya ingin menunjukkannya pada orang-orang yang detik itu, menjadi saksi kelahiran Ekawira saja. Bukan itu saja, tepat sesaat Ekawira lahir ke dunia. Sang ayah pun menghilang, s

    Last Updated : 2024-05-15
  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    7. LATIHAN PERTAMA

    Hari mulai sore. Namun, Ekawira masih berada di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun dari sana. Astagina sesekali memantau perkembangan latihan yang dijalani Ekawira. Sesekali itu juga, ia mendapati beberapa hewan buas datang mendekati Ekawira, mencoba untuk mengganggu konsentrasi pemuda itu. Astagina tentu tidak berdiam diri. Semua hewan buas yang datang mendekat, dibuat lari terbirit-birit dengan aura kematian yang dimiliki pria sepuh itu. Pria sepuh itu, tidak terlalu menggunakan banyak tenaga untuk mengusir hewan-hewan buas, sebab ia tidak mau konsentrasi Ekawira jadi terganggu akibat pertarungan ringan tersebut.***Tak terasa, sudah tiga hari berlalu. Ekawira masih duduk bersila di tempatnya. Dia tidak minum maupun makan. Tidak ada yang mampu menggoyahkan konsentrasinya kali ini. Ekawira telah bertekad untuk menaklukkan setiap tantangan dalam latihan bela dirinya. Kini fisiknya sedang ditempa, supaya kuat, ketika Kekuatan Batu Bintang Perak bereaksi. Astagina tersenyum lebar.

    Last Updated : 2024-05-15
  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    8. LATIHAN KEDUA

    Hari berikutnya. Ekawira pun menjalani sesi latihan kedua, untuk mampu mengendalikan sepenuhnya kekuatan Batu Bulan Perak yang ada di dalam tubuhnya.'Batu Bintang Perak, adalah kekuatan penghancur sangat dahsyat. Kekuatan mengerikan itu tercipta dari sifat buruk manusia di muka bumi ini.' papar Astagina, yang kembali terbayang dalam benang Ekawira.Pendekar muda itu duduk bersila di atas batu besar, di bawah derasnya guyuran air terjun tanpa memakai baju, tapi masih mengenakan pakaian bawah. Ekawira harus memusatkan pikiran, menyatukan dirinya terhadap alam. Menyerap hawa murni dari sekitarnya. Dengan begitu, Kekuatan Batu Bintang Perak yang ada pada dirinya, dapat dikuasai. Meskipun Ekawira tahu, kekuatan besar itu tidak akan semudah itu untuk dikuasai.'Dalam kisahnya. Seorang Raja sakti mandraguna, bernama Raja Suwardana. Ia memimpin suatu negeri. Penghuni negeri itu, adalah bangsa jin dan dedemit. Pasukannya adalah kaum siluman yang haus akan darah manusia ...'Ekawira memejamk

    Last Updated : 2024-07-01
  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    9. MULAI DATANG GANGGUAN

    Astagina tidak jadi pergi. Dirinya merasakan ada bahaya sedang mendekati area tersebut. Entah apa itu, sampai detik ini dirinya masih belum yakin sepenuhnya dengan tebakannya tersebut.Aura yang tiba-tiba muncul ini sangat mengusik ketenangannya. "Seharusnya, mereka tidak di tempat ini. Aku bisa merasakan aura itu. Dedemit air. Rawa Taraka."Kecemasan Astagina kian meningkat ketika telah hadir tiga sosok makhluk hijau. Seluruh tubuh mereka dipenuhi lumpur dan ganggang hijau. Tinggi mereka lebih dari dua meter, sehingga tampak seperti monster.Aroma busuk dari tubuh mereka sangat menyengat. Astagina hampir kehilangan kesadarannya, jikalau dirinya tidak menggunakan tenaga dalamnya untuk menekan aura mereka."Hei, kalian para Dedemit! Bagaimana bisa kalian berada di tempat ini, ah?!" Astagina meninggikan suaranya, sekaligus mengeluarkan tenaga dalamnya guna menekan aura bertarung dari ketiga mahluk, yang disebut Dedemit Air itu.KHAAAUUUUNGGG ...Mereka meraung sangat keras karena tekan

    Last Updated : 2024-07-01
  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    10. KEMAMPUAN ASTAGINA

    Astagina pun sudah berada di ambang batas kesabarannya. Dia tidak lagi menganggap lawan di depan matanya lemah. Dirinya juga tidak bisa berlama-lama menahan mereka karena akan berakibat fatal, untuk dirinya maupun Ekawira."Memang tidak ada cara lain lagi. Mereka harus dimusnahkan atau kehadiran mereka akan mengganggu pertapaan Ekawira di sana."Astagina menoleh ke belakang disertai helaan napas lega, lantara Ekawira masih terpaku di tempatnya. Menandakan, pertapaannya tidak terganggu."Kris Samber Nyawa!" serunya demikian sambil mengeluarkan sebuah benda pusaka yang terikat di pinggangnya.Kris Samber Nyawa, setidaknya Itulah yang diserukan pria sepuh itu. Mengangkat tinggi-tinggi benda pusakanya tersebut. Kris tersebut lantas mengeluarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan mata. Dalam satu tarikan napas, Astagina sudah berada di tengah-tengah para Dedemit Air itu. Tangannya mengayun cepat, menghunuskan Kris tersebut ke salah satu Dedemit Air.DWAARRRR ..Hancur lebur hanya me

    Last Updated : 2024-07-01
  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    11. KEDATANGAN MANUSIA HARIMAU

    "Penguasa Gunung Arga menginginkan Kekuatan Batu Bintang Perak, yang tertanam dalam raga Ekawira," tutur Adiwilaga diiringi helaan napas panjang. Meski hanya sebatas Jiwa yang bergentayangan, tetapi ia masih memiliki perasaan kuat, layaknya manusia pada umumnya.Astagina membola. Mendengar pengakuan tersebut, dia hampir kehilangan ketenangannya. Namun, dia segera mengembalikan pikirannya yang mulai bercabang-cabang itu."Ta-pi, Kakang." Astagina terbata-bata, sulit untuk menyusun kata-katanya. "Maksudku ... bagaimana bisa Penguasa Gunung Arga, mengetahui tentang Kekuatan Batu Bintang Perak, sementara tidak ada satupun orang yang mengetahui, bahwasanya di dalam raga Ekawira, telah tertanam Kekuatan Batu Bintang Perak?"Adiwilaga menoleh kesamping, dipandanginya pria yang usianya tidak terpaut jauh darinya itu."Diriku memahami betul keresahanmu terhadap keselamatan Ekawira. Namun, kau harus mengetahui satu hal. Di balik pertapaan yang dilakukan Ekawira sekarang, telah memancarkan aura

    Last Updated : 2024-07-02

Latest chapter

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    13. KEMATIAN PRIYAMBADA

    "Ajian Daraka Cakra." Astagina lantas mengenali jurus tersebut dalam satu kali lihat. Pun dengan Adiwilaga yang lebih dulu melihat ajian tersebut.Ajian Daraka Cakra, yang terkenal dapat menyembuhkan segala macam penyakit dalam waktu singkat, selama masih terdapat tenaga dalam yang cukup untuk menggunakan ajian tersebut. Di dunia persilatan, Ajian Daraka Cakra, tidak bisa dimiliki sembarang orang. Hanya mereka yang menghuni Gunung Lawu, sajalah yang dapat menguasai Ajian tersebut.Adiwilaga dan Astagina saling berpandangan. Sebelum akhirnya kembali menatap Priyambada dengan penuh kewaspadaan. "Hahaha. Tentu kalian mengenali ajian ini bukan?" Priyambada tertawa penuh kemenangan. Melihat perubahan reaksi dari lawannya, lantas membuatnya seperti di atas angin. Bukan rahasia umum lagi, mereka yang dapat menguasai Ajian Daraka Cakra menjadi lawan yang tak terkalahkan di dunia persilatan ini. "Apa yang harus kita perbuat sekarang, Kakang?" bisik Astagina merasa ketar ketir, mendapati

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    12. DUEL SENGIT

    "Ternyata kau, Siluman Harimau!" seru sosok pria sepuh yang sebelumnya berwujud bola cahaya putih itu.Manusia Harimau itu menyeringai penuh makna. "Rupanya kau yang menjadi pelindung pemuda ini?" balasnya penuh selidik. Memicingkan matanya guna memastikan dugaannya itu."Dia adalah muridku!" aku pria itu penuh keyakinan. Ucapannya yang sungguh-sungguh, menegaskan bahwasanya ia adalah Adiwilaga. Nyatanya memang demikian. Adiwilaga, tidak dapat membiarkan masalah datang menghampiri muridnya yang sedang fokus bersemedi di sana. "Hahaha. Jadi, ramalan itu memang benar adanya. Malam itu, Kekuatan Batu Bintang Perak, memilih putra dari Tri Sapati sebagai persemayamannya dan sekarang ia telah tumbuh dewasa. Kau pinter juga rupanya, menyembunyikan sosok paling dicari di dunia persilatan ini." Ia menyela dan berdengus kesal di waktu bersamaan.Adiwilaga menulikan pendengarannya. Memilih untuk tidak memedulikan celotehan dari pria yang dipenuhi bulu-bulu itu. Keselamatan muridnya yang terpen

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    11. KEDATANGAN MANUSIA HARIMAU

    "Penguasa Gunung Arga menginginkan Kekuatan Batu Bintang Perak, yang tertanam dalam raga Ekawira," tutur Adiwilaga diiringi helaan napas panjang. Meski hanya sebatas Jiwa yang bergentayangan, tetapi ia masih memiliki perasaan kuat, layaknya manusia pada umumnya.Astagina membola. Mendengar pengakuan tersebut, dia hampir kehilangan ketenangannya. Namun, dia segera mengembalikan pikirannya yang mulai bercabang-cabang itu."Ta-pi, Kakang." Astagina terbata-bata, sulit untuk menyusun kata-katanya. "Maksudku ... bagaimana bisa Penguasa Gunung Arga, mengetahui tentang Kekuatan Batu Bintang Perak, sementara tidak ada satupun orang yang mengetahui, bahwasanya di dalam raga Ekawira, telah tertanam Kekuatan Batu Bintang Perak?"Adiwilaga menoleh kesamping, dipandanginya pria yang usianya tidak terpaut jauh darinya itu."Diriku memahami betul keresahanmu terhadap keselamatan Ekawira. Namun, kau harus mengetahui satu hal. Di balik pertapaan yang dilakukan Ekawira sekarang, telah memancarkan aura

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    10. KEMAMPUAN ASTAGINA

    Astagina pun sudah berada di ambang batas kesabarannya. Dia tidak lagi menganggap lawan di depan matanya lemah. Dirinya juga tidak bisa berlama-lama menahan mereka karena akan berakibat fatal, untuk dirinya maupun Ekawira."Memang tidak ada cara lain lagi. Mereka harus dimusnahkan atau kehadiran mereka akan mengganggu pertapaan Ekawira di sana."Astagina menoleh ke belakang disertai helaan napas lega, lantara Ekawira masih terpaku di tempatnya. Menandakan, pertapaannya tidak terganggu."Kris Samber Nyawa!" serunya demikian sambil mengeluarkan sebuah benda pusaka yang terikat di pinggangnya.Kris Samber Nyawa, setidaknya Itulah yang diserukan pria sepuh itu. Mengangkat tinggi-tinggi benda pusakanya tersebut. Kris tersebut lantas mengeluarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan mata. Dalam satu tarikan napas, Astagina sudah berada di tengah-tengah para Dedemit Air itu. Tangannya mengayun cepat, menghunuskan Kris tersebut ke salah satu Dedemit Air.DWAARRRR ..Hancur lebur hanya me

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    9. MULAI DATANG GANGGUAN

    Astagina tidak jadi pergi. Dirinya merasakan ada bahaya sedang mendekati area tersebut. Entah apa itu, sampai detik ini dirinya masih belum yakin sepenuhnya dengan tebakannya tersebut.Aura yang tiba-tiba muncul ini sangat mengusik ketenangannya. "Seharusnya, mereka tidak di tempat ini. Aku bisa merasakan aura itu. Dedemit air. Rawa Taraka."Kecemasan Astagina kian meningkat ketika telah hadir tiga sosok makhluk hijau. Seluruh tubuh mereka dipenuhi lumpur dan ganggang hijau. Tinggi mereka lebih dari dua meter, sehingga tampak seperti monster.Aroma busuk dari tubuh mereka sangat menyengat. Astagina hampir kehilangan kesadarannya, jikalau dirinya tidak menggunakan tenaga dalamnya untuk menekan aura mereka."Hei, kalian para Dedemit! Bagaimana bisa kalian berada di tempat ini, ah?!" Astagina meninggikan suaranya, sekaligus mengeluarkan tenaga dalamnya guna menekan aura bertarung dari ketiga mahluk, yang disebut Dedemit Air itu.KHAAAUUUUNGGG ...Mereka meraung sangat keras karena tekan

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    8. LATIHAN KEDUA

    Hari berikutnya. Ekawira pun menjalani sesi latihan kedua, untuk mampu mengendalikan sepenuhnya kekuatan Batu Bulan Perak yang ada di dalam tubuhnya.'Batu Bintang Perak, adalah kekuatan penghancur sangat dahsyat. Kekuatan mengerikan itu tercipta dari sifat buruk manusia di muka bumi ini.' papar Astagina, yang kembali terbayang dalam benang Ekawira.Pendekar muda itu duduk bersila di atas batu besar, di bawah derasnya guyuran air terjun tanpa memakai baju, tapi masih mengenakan pakaian bawah. Ekawira harus memusatkan pikiran, menyatukan dirinya terhadap alam. Menyerap hawa murni dari sekitarnya. Dengan begitu, Kekuatan Batu Bintang Perak yang ada pada dirinya, dapat dikuasai. Meskipun Ekawira tahu, kekuatan besar itu tidak akan semudah itu untuk dikuasai.'Dalam kisahnya. Seorang Raja sakti mandraguna, bernama Raja Suwardana. Ia memimpin suatu negeri. Penghuni negeri itu, adalah bangsa jin dan dedemit. Pasukannya adalah kaum siluman yang haus akan darah manusia ...'Ekawira memejamk

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    7. LATIHAN PERTAMA

    Hari mulai sore. Namun, Ekawira masih berada di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun dari sana. Astagina sesekali memantau perkembangan latihan yang dijalani Ekawira. Sesekali itu juga, ia mendapati beberapa hewan buas datang mendekati Ekawira, mencoba untuk mengganggu konsentrasi pemuda itu. Astagina tentu tidak berdiam diri. Semua hewan buas yang datang mendekat, dibuat lari terbirit-birit dengan aura kematian yang dimiliki pria sepuh itu. Pria sepuh itu, tidak terlalu menggunakan banyak tenaga untuk mengusir hewan-hewan buas, sebab ia tidak mau konsentrasi Ekawira jadi terganggu akibat pertarungan ringan tersebut.***Tak terasa, sudah tiga hari berlalu. Ekawira masih duduk bersila di tempatnya. Dia tidak minum maupun makan. Tidak ada yang mampu menggoyahkan konsentrasinya kali ini. Ekawira telah bertekad untuk menaklukkan setiap tantangan dalam latihan bela dirinya. Kini fisiknya sedang ditempa, supaya kuat, ketika Kekuatan Batu Bintang Perak bereaksi. Astagina tersenyum lebar.

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    6. RAHASIA EKAWIRA

    Kekuatan Batu Bintang Perak, hanya muncul dalam kurun waktu seratus tahun sekali. Hanya manusia terpilih saja lah yang dapat memiliki Kekuatan Batu Bintang Perak di dalam tubuhnya.Pada kelahiran Ekawira, terjadi penomena alam yang luar biasa. Langit siang, seketika berubah menjadi gelap, tepat sebelum Ekawira lahir. Selama ini, tidak pernah terjadi hal semacam itu. Alam seolah ikut menyambut kelahiran Ekawira. Guntur menyambar di mana-mana. Angin pun berhembus kencang seperti badai yang siap meluluhlantakkan apa pun yang ada di depannya. Meskipun begitu, tidak ada satupun korban jiwa. Tidak ada yang mengalami musibah di hari itu. Bahkan mereka tidak tahu menahu, bahwa saat itu sedang terjadi badai. Sungguh aneh. Ya, tidak bisa ditelaah oleh akal manusia. Namun, itulah yang terjadi di hari itu. Alam seolah hanya ingin menunjukkannya pada orang-orang yang detik itu, menjadi saksi kelahiran Ekawira saja. Bukan itu saja, tepat sesaat Ekawira lahir ke dunia. Sang ayah pun menghilang, s

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    5. KEKUATAN EKAWIRA

    Pusaran angin itu, membawa tubuh Ekawira berserta Pedang Batu Selembur, sejauh mungkin dari para pendekar aliran hitam itu.Perlahan-lahan, pusaran anginnya menghilang. Tubuh Ekawira pun terkapar di atas dedaunan kering, sedangkan Pedang Batu Selembur berada tidak jauh darinya.Seketika itu juga, muncul seorang pria sepuh yang seluruh rambutnya telah memutih, langsung menghampiri Ekawira yang tidak sadarkan diri di sana. Dia sedikit mengibas pakaiannya yang seperti jubah itu. Kemudian duduk berjongkok di samping kanan Ekawira. Dua ruas jarinya menyentuh tengkuk Ekawira. "Pemuda ini memiliki fisik yang lemah, tetapi tenaga dalamnya sangat kuat," gumamnya sesaat setelah memeriksa kondisi Ekawira, yang tidak sadarkan diri itu. "Seandainya bukan karena kekuatan besar ini, mungkin nyawanya sudah tiada setelah mendapat serangan dari Dewi Laba-laba Hitam dan Tengkorak Iblis." Kemudian ia mengangkat tangan kanannya dan berada tepat di atas tubuh Ekawira. Pria sepuh itu, mengalirkan seluru

DMCA.com Protection Status