Share

4. KEKUATAN MISTERIUS

Penulis: Titik Balik Author
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dengan mata berkaca-kaca dan emosi yang memuncak, Ekawira melihat gurunya yang terkapar. Api kemarahan berkobar di dalam dadanya, tidak terima melihat Adiwilaga tewas di tangan Tengkorak Iblis. Ekawira merasa tanggung jawab besar untuk melanjutkan pertarungan dan membalas kematian gurunya.

"Mengapa kau melakukan ini, Tengkorak Iblis!" seru Ekawira, suaranya bergema di seluruh hutan, memecah keheningan malam.

Tengkorak Iblis menatap Ekawira dengan dingin, tersenyum licik. "Kau berani sekali, pemuda. Namun, apa yang bisa kau lakukan tanpa gurumu?"

Tanpa menjawab, Ekawira dengan lembut meletakkan mayat Adiwilaga di tanah, menghormati gurunya yang telah mengajarkannya banyak hal. Dia kemudian berdiri tegap, memegang pedang warisan dari Adiwilaga dengan erat.

"Sekarang giliranmu merasakan kekuatanku, Tengkorak Iblis!" kata Ekawira dengan suara yang penuh determinasi.

Pertarungan pun dimulai. Ekawira menyerang dengan penuh semangat, mengayunkan pedangnya dengan kecepatan dan kekuatan yang sedikit tidak terarah. Namun, Tengkorak Iblis yang memiliki keahlian tinggi mampu menghindar dan menghalau setiap serangan Ekawira yang membabi buta.

Dengan jurus-jurus yang cepat dan mematikan, Tengkorak Iblis hampir mengalahkan Ekawira. Namun, Ekawira tidak gentar. Dia terus mengejar dan menyerang dengan penuh determinasi.

"Kau akan menyesal telah menyakitiku dan guruku!" seru Ekawira, melepaskan serangan pedang yang membelah udara.

Tengkorak Iblis tertawa dingin. Wajahnya meremehkan serangan Ekawira. "Kau memang berani, tetapi keberanianmu tidak akan menyelamatkanmu kali ini!"

Pertarungan antara Ekawira dan Tengkorak Iblis menjadi semakin sengit. Ekawira, dengan kekuatan dan semangat dari Adiwilaga, bertekad untuk membalas dendam dan melindungi kehormatan gurunya.

Ekawira yang penuh semangat, mulai merasakan keanehan pada dirinya. Kekuatan kanuragannya yang awalnya mengalir lancar, kini terasa tidak stabil dan berat. Setiap gerakan yang dia lakukan terasa seperti menghadapi hambatan, seolah ada kekuatan misterius yang menentangnya dari dalam.

Pedang warisan dari Adiwilaga yang biasanya terasa ringan di tangan pun kini terasa berat dan sulit untuk dikendalikan. Kilauan cahaya yang biasanya muncul dari pedang tersebut kini redup, menggambarkan ketidakstabilan kekuatan Ekawira.

"Kenapa kekuatan ini terasa begitu berat? Apa yang terjadi padaku?" gumam Ekawira dengan penuh kebingungan, mencoba mengatasi perasaannya yang campur aduk.

Tengkorak Iblis melihat kebingungan di wajah Ekawira dan memanfaatkannya. "Kau merasa kekuatanmu yang kacau, bukan? Itulah akibat dari menggenggam pedang itu tanpa persiapan yang cukup!"

Ekawira berusaha memahami apa yang terjadi, mencoba menenangkan dirinya. "Apa yang terjadi padaku? Aku harus mengatasi ini!"

Tengkorak Iblis, yang melihat kesempatan ini, tersenyum licik dan mengeluarkan kekuatan kegelapan yang kuat. Dengan gerakan cepat dan mematikan, dia mendekati Ekawira yang sedikit lengah.

Saat itulah, kekuatan kegelapan dari Tengkorak Iblis mendekati Ekawira yang masih bingung. Namun, sebelum serangan itu mengenai, Ekawira mendengar bisikan lembut dari dalam dirinya, mungkin dari Adiwilaga.

"Inilah akhirmu, Ekawira!" seru Tengkorak Iblis sambil melancarkan serangan mematikan.

Dengan mata yang tajam dan serangan yang mematikan, Tengkorak Iblis mengarahkan kekuatan hitamnya langsung ke arah Ekawira. Energi hitam itu berbentuk gelombang yang kuat dan menghancurkan segala yang ada di hadapannya. Ekawira, yang sedikit terlambat menghindar, merasakan serangan tersebut mengenai dadanya.

"Argh!" serunya sambil merasakan sakit yang menusuk di dadanya, pedih dan terbakar seolah diserang oleh ribuan jarum tajam. Ekawira terhuyung-huyung beberapa langkah mundur, berusaha menahan rasa sakit dan mempertahankan keseimbangannya. Darah keluar dari sudut bibir pemuda tampan itu.

Tengkorak Iblis melihat keberhasilannya dan tersenyum dengan bangga. "Kau melihat? Ini kekuatanku yang sejati! Tidak ada yang bisa melawan!"

Namun, Ekawira tidak menyerah begitu saja. Dia mengumpulkan tenaganya dan memegang pedangnya dengan erat. Meskipun sakit, dia memutuskan untuk terus melawan.

"Dengan atau tanpa kekuatan itu, aku tidak akan menyerah kepada dirimu!" kata Ekawira dengan suara yang penuh tekad, menatap mata Tengkorak Iblis yang penuh keangkuhan.

Pertarungan kembali dimulai. Ekawira menyerang dengan gerakan yang cepat dan tajam, mengayunkan pedangnya dengan penuh semangat. Namun, dia masih merasakan rasa sakit di dadanya, membuat gerakannya sedikit terhambat.

Tengkorak Iblis dengan mudah menghindari serangan-serangan Ekawira dan membalas dengan serangan yang lebih kuat. Setiap kali kekuatan hitamnya mengenai Ekawira, rasa sakit di dadanya semakin terasa.

Dalam setiap serangan dan pertahanan, Ekawira berusaha bertahan dan mencari peluang untuk menyerang. Meskipun dalam kondisi yang sulit, tekadnya untuk melawan dan melindungi kehormatan gurunya tidak pernah padam.

"Kau akan menyerah juga pada akhirnya, wahai pemuda bodoh" seru Tengkorak Iblis sambil terus menyerang.

Namun, Ekawira menatap Tengkorak Iblis dengan mata yang penuh keberanian dan keteguhan hati. "Aku tidak akan pernah menyerah kepada dirimu! Aku akan melawan sampai titik darah penghabisan!"

Tengkorak Iblis merasakan momentum kemenangannya dan mengumpulkan kekuatan hitamnya. Dengan mata yang bersinar ganas, dia mengarahkan serangan yang lebih kuat dari sebelumnya, kekuatan yang dua kali lipat lebih besar dari serangan sebelumnya. "Kali ini, kau tidak akan bisa menghindarinya!" seru Tengkorak Iblis dengan penuh keangkuhan.

Ekawira, meskipun merasakan tubuhnya lemah dan dadanya masih terasa sakit, tetap tegar berdiri dengan pedangnya. Dia siap menghadapi serangan besar Tengkorak Iblis, menarik napas dalam-dalam dan memusatkan pikirannya.

Namun, sebelum kekuatan hitam itu sempat mengenai tubuh Ekawira, suasana sekitar berubah dengan tiba-tiba. Angin bertiup kencang, dedaunan bergerak hebat, dan awan hitam mulai menutupi langit. Badai besar seperti angin puyuh mendekat dengan cepat, menyerbu hutan dan membuat segala yang ada di jalannya terhuyung.

"Hah? Apa ini?" Tengkorak Iblis terkejut dengan perubahan cuaca mendadak, berusaha menahan diri dari hembusan angin yang kuat.

Ekawira merasakan energi dari badai tersebut, seolah-olah alam memberinya pelindung dari serangan maut yang akan datang.

Badai semakin dekat, hembusan anginnya semakin kuat, dan petir mulai menyambar di langit. Ekawira memegang pedangnya dengan erat, berdiri tegap di tengah hembusan angin puyuh yang deras. Daun-daun berterbangan, cabang-cabang pohon bergoyang, dan suara angin bertiup kencang menggema di seluruh hutan.

Tengkorak Iblis mencoba menahan diri, akan tetapi badai itu terlalu kuat. Serangan kekuatan hitamnya terhambat oleh hembusan angin, dia kesulitan untuk melanjutkan serangannya.

Angin badai datang begitu cepat, membawa Ekawira dan pedang buatan Adiwilaga menjauh dalam sekejap. Ekawira terombang-ambing di dalam pusaran angin, tubuhnya terasa ringan di udara seolah-olah ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat. Sedangkan pedang, simbol kekuatan dan warisan dari gurunya, terlempar dengan kecepatan yang sama, mengikuti arus angin yang ganas.

Tengkorak Iblis, yang masih berusaha untuk memulihkan diri dari serangan sebelumnya, mengeraskan pandangan matanya yang tajam. Dia meraba-raba dengan kekuatan hitamnya, mencoba menemukan jejak Ekawira dan pedangnya di tengah kegelapan badai.

Di tengah-tengah ketegangan dan kekacauan, Dewi Laba-laba tiba dengan langkah yang terhuyung-huyung. Rambut hitamnya yang biasanya rapi tergerai di sekelilingnya, dan wajahnya tampak lelah dan terluka. Namun, tatapannya masih tajam dan penuh perhatian.

"Dewi Laba-laba," seru Tengkorak Iblis dengan nada tajam, "Apa yang terjadi denganmu?”

Dewi Laba-laba menahan rasa sakit yang melanda tubuhnya. "Aku dikalahkan pemuda itu. Mana Ekawira dan pedangnya?"

Tengkorak Iblis menggertakkan giginya dengan kesal. "Mereka berdua telah dibawa pergi oleh angin badai tiba-tiba. Aku tidak bisa melacak mereka."

Dewi Laba-laba menatap Tengkorak Iblis dengan tatapan tajamnya. "Kita harus segera menemukan mereka segera. Pemuda itu tidak boleh lolos."

Tengkorak Iblis mengangguk, wajahnya masih penuh dengan kemarahan. "Aku tidak akan membiarkan dia lolos begitu saja. Kita harus bekerja sama untuk menemukannya."

Dengan langkah yang cepat Tengkorak Iblis dan Dewi Laba-laba menyusul jejak angin badai yang membawa pergi Ekawira. Langkah mereka berdua tergesa-gesa, mata mereka penuh dengan keinginan untuk menemukan pemuda itu dan pedangnya yang berharga.

Namun, saat mereka mencapai tempat yang dilewati badai, mereka disambut dengan keadaan yang sunyi. Angin kencang yang dahsyat tadi sudah hilang seolah-olah ditelan bumi, meninggalkan hutan yang kembali tenang dan damai. Cahaya matahari mulai menembus celah-celah pohon, menyinari daun-daun yang masih basah oleh embun pagi.

Tengkorak Iblis dan Dewi Laba-laba berdiri di tengah-tengah hutan yang sunyi, mencoba mencari tanda-tanda Ekawira. Namun, jejak angin badai dan arah yang telah dibawanya terhapus begitu saja, meninggalkan mereka tanpa petunjuk.

Dewi Laba-laba menghela nafas dengan lembut, merasakan kegagalan yang mengecewakan. "Badai telah membawa pergi Ekawira, dan kini kita kehilangan jejaknya."

Tengkorak Iblis menatap langit yang cerah dengan frustasi. "Kita harus mencari tahu ke mana angin itu membawanya. Waktu berjalan dan setiap detik sangat berharga. Aku tidak ingin kehilangan pedang itu."

Bab terkait

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    5. KEKUATAN EKAWIRA

    Pusaran angin itu, membawa tubuh Ekawira berserta Pedang Batu Selembur, sejauh mungkin dari para pendekar aliran hitam itu.Perlahan-lahan, pusaran anginnya menghilang. Tubuh Ekawira pun terkapar di atas dedaunan kering, sedangkan Pedang Batu Selembur berada tidak jauh darinya.Seketika itu juga, muncul seorang pria sepuh yang seluruh rambutnya telah memutih, langsung menghampiri Ekawira yang tidak sadarkan diri di sana. Dia sedikit mengibas pakaiannya yang seperti jubah itu. Kemudian duduk berjongkok di samping kanan Ekawira. Dua ruas jarinya menyentuh tengkuk Ekawira. "Pemuda ini memiliki fisik yang lemah, tetapi tenaga dalamnya sangat kuat," gumamnya sesaat setelah memeriksa kondisi Ekawira, yang tidak sadarkan diri itu. "Seandainya bukan karena kekuatan besar ini, mungkin nyawanya sudah tiada setelah mendapat serangan dari Dewi Laba-laba Hitam dan Tengkorak Iblis." Kemudian ia mengangkat tangan kanannya dan berada tepat di atas tubuh Ekawira. Pria sepuh itu, mengalirkan seluru

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    6. RAHASIA EKAWIRA

    Kekuatan Batu Bintang Perak, hanya muncul dalam kurun waktu seratus tahun sekali. Hanya manusia terpilih saja lah yang dapat memiliki Kekuatan Batu Bintang Perak di dalam tubuhnya.Pada kelahiran Ekawira, terjadi penomena alam yang luar biasa. Langit siang, seketika berubah menjadi gelap, tepat sebelum Ekawira lahir. Selama ini, tidak pernah terjadi hal semacam itu. Alam seolah ikut menyambut kelahiran Ekawira. Guntur menyambar di mana-mana. Angin pun berhembus kencang seperti badai yang siap meluluhlantakkan apa pun yang ada di depannya. Meskipun begitu, tidak ada satupun korban jiwa. Tidak ada yang mengalami musibah di hari itu. Bahkan mereka tidak tahu menahu, bahwa saat itu sedang terjadi badai. Sungguh aneh. Ya, tidak bisa ditelaah oleh akal manusia. Namun, itulah yang terjadi di hari itu. Alam seolah hanya ingin menunjukkannya pada orang-orang yang detik itu, menjadi saksi kelahiran Ekawira saja. Bukan itu saja, tepat sesaat Ekawira lahir ke dunia. Sang ayah pun menghilang, s

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    7. LATIHAN PERTAMA

    Hari mulai sore. Namun, Ekawira masih berada di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun dari sana. Astagina sesekali memantau perkembangan latihan yang dijalani Ekawira. Sesekali itu juga, ia mendapati beberapa hewan buas datang mendekati Ekawira, mencoba untuk mengganggu konsentrasi pemuda itu. Astagina tentu tidak berdiam diri. Semua hewan buas yang datang mendekat, dibuat lari terbirit-birit dengan aura kematian yang dimiliki pria sepuh itu. Pria sepuh itu, tidak terlalu menggunakan banyak tenaga untuk mengusir hewan-hewan buas, sebab ia tidak mau konsentrasi Ekawira jadi terganggu akibat pertarungan ringan tersebut.***Tak terasa, sudah tiga hari berlalu. Ekawira masih duduk bersila di tempatnya. Dia tidak minum maupun makan. Tidak ada yang mampu menggoyahkan konsentrasinya kali ini. Ekawira telah bertekad untuk menaklukkan setiap tantangan dalam latihan bela dirinya. Kini fisiknya sedang ditempa, supaya kuat, ketika Kekuatan Batu Bintang Perak bereaksi. Astagina tersenyum lebar.

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    8. LATIHAN KEDUA

    Hari berikutnya. Ekawira pun menjalani sesi latihan kedua, untuk mampu mengendalikan sepenuhnya kekuatan Batu Bulan Perak yang ada di dalam tubuhnya.'Batu Bintang Perak, adalah kekuatan penghancur sangat dahsyat. Kekuatan mengerikan itu tercipta dari sifat buruk manusia di muka bumi ini.' papar Astagina, yang kembali terbayang dalam benang Ekawira.Pendekar muda itu duduk bersila di atas batu besar, di bawah derasnya guyuran air terjun tanpa memakai baju, tapi masih mengenakan pakaian bawah. Ekawira harus memusatkan pikiran, menyatukan dirinya terhadap alam. Menyerap hawa murni dari sekitarnya. Dengan begitu, Kekuatan Batu Bintang Perak yang ada pada dirinya, dapat dikuasai. Meskipun Ekawira tahu, kekuatan besar itu tidak akan semudah itu untuk dikuasai.'Dalam kisahnya. Seorang Raja sakti mandraguna, bernama Raja Suwardana. Ia memimpin suatu negeri. Penghuni negeri itu, adalah bangsa jin dan dedemit. Pasukannya adalah kaum siluman yang haus akan darah manusia ...'Ekawira memejamk

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    9. MULAI DATANG GANGGUAN

    Astagina tidak jadi pergi. Dirinya merasakan ada bahaya sedang mendekati area tersebut. Entah apa itu, sampai detik ini dirinya masih belum yakin sepenuhnya dengan tebakannya tersebut.Aura yang tiba-tiba muncul ini sangat mengusik ketenangannya. "Seharusnya, mereka tidak di tempat ini. Aku bisa merasakan aura itu. Dedemit air. Rawa Taraka."Kecemasan Astagina kian meningkat ketika telah hadir tiga sosok makhluk hijau. Seluruh tubuh mereka dipenuhi lumpur dan ganggang hijau. Tinggi mereka lebih dari dua meter, sehingga tampak seperti monster.Aroma busuk dari tubuh mereka sangat menyengat. Astagina hampir kehilangan kesadarannya, jikalau dirinya tidak menggunakan tenaga dalamnya untuk menekan aura mereka."Hei, kalian para Dedemit! Bagaimana bisa kalian berada di tempat ini, ah?!" Astagina meninggikan suaranya, sekaligus mengeluarkan tenaga dalamnya guna menekan aura bertarung dari ketiga mahluk, yang disebut Dedemit Air itu.KHAAAUUUUNGGG ...Mereka meraung sangat keras karena tekan

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    10. KEMAMPUAN ASTAGINA

    Astagina pun sudah berada di ambang batas kesabarannya. Dia tidak lagi menganggap lawan di depan matanya lemah. Dirinya juga tidak bisa berlama-lama menahan mereka karena akan berakibat fatal, untuk dirinya maupun Ekawira."Memang tidak ada cara lain lagi. Mereka harus dimusnahkan atau kehadiran mereka akan mengganggu pertapaan Ekawira di sana."Astagina menoleh ke belakang disertai helaan napas lega, lantara Ekawira masih terpaku di tempatnya. Menandakan, pertapaannya tidak terganggu."Kris Samber Nyawa!" serunya demikian sambil mengeluarkan sebuah benda pusaka yang terikat di pinggangnya.Kris Samber Nyawa, setidaknya Itulah yang diserukan pria sepuh itu. Mengangkat tinggi-tinggi benda pusakanya tersebut. Kris tersebut lantas mengeluarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan mata. Dalam satu tarikan napas, Astagina sudah berada di tengah-tengah para Dedemit Air itu. Tangannya mengayun cepat, menghunuskan Kris tersebut ke salah satu Dedemit Air.DWAARRRR ..Hancur lebur hanya me

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    11. KEDATANGAN MANUSIA HARIMAU

    "Penguasa Gunung Arga menginginkan Kekuatan Batu Bintang Perak, yang tertanam dalam raga Ekawira," tutur Adiwilaga diiringi helaan napas panjang. Meski hanya sebatas Jiwa yang bergentayangan, tetapi ia masih memiliki perasaan kuat, layaknya manusia pada umumnya.Astagina membola. Mendengar pengakuan tersebut, dia hampir kehilangan ketenangannya. Namun, dia segera mengembalikan pikirannya yang mulai bercabang-cabang itu."Ta-pi, Kakang." Astagina terbata-bata, sulit untuk menyusun kata-katanya. "Maksudku ... bagaimana bisa Penguasa Gunung Arga, mengetahui tentang Kekuatan Batu Bintang Perak, sementara tidak ada satupun orang yang mengetahui, bahwasanya di dalam raga Ekawira, telah tertanam Kekuatan Batu Bintang Perak?"Adiwilaga menoleh kesamping, dipandanginya pria yang usianya tidak terpaut jauh darinya itu."Diriku memahami betul keresahanmu terhadap keselamatan Ekawira. Namun, kau harus mengetahui satu hal. Di balik pertapaan yang dilakukan Ekawira sekarang, telah memancarkan aura

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    12. DUEL SENGIT

    "Ternyata kau, Siluman Harimau!" seru sosok pria sepuh yang sebelumnya berwujud bola cahaya putih itu.Manusia Harimau itu menyeringai penuh makna. "Rupanya kau yang menjadi pelindung pemuda ini?" balasnya penuh selidik. Memicingkan matanya guna memastikan dugaannya itu."Dia adalah muridku!" aku pria itu penuh keyakinan. Ucapannya yang sungguh-sungguh, menegaskan bahwasanya ia adalah Adiwilaga. Nyatanya memang demikian. Adiwilaga, tidak dapat membiarkan masalah datang menghampiri muridnya yang sedang fokus bersemedi di sana. "Hahaha. Jadi, ramalan itu memang benar adanya. Malam itu, Kekuatan Batu Bintang Perak, memilih putra dari Tri Sapati sebagai persemayamannya dan sekarang ia telah tumbuh dewasa. Kau pinter juga rupanya, menyembunyikan sosok paling dicari di dunia persilatan ini." Ia menyela dan berdengus kesal di waktu bersamaan.Adiwilaga menulikan pendengarannya. Memilih untuk tidak memedulikan celotehan dari pria yang dipenuhi bulu-bulu itu. Keselamatan muridnya yang terpen

Bab terbaru

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    13. KEMATIAN PRIYAMBADA

    "Ajian Daraka Cakra." Astagina lantas mengenali jurus tersebut dalam satu kali lihat. Pun dengan Adiwilaga yang lebih dulu melihat ajian tersebut.Ajian Daraka Cakra, yang terkenal dapat menyembuhkan segala macam penyakit dalam waktu singkat, selama masih terdapat tenaga dalam yang cukup untuk menggunakan ajian tersebut. Di dunia persilatan, Ajian Daraka Cakra, tidak bisa dimiliki sembarang orang. Hanya mereka yang menghuni Gunung Lawu, sajalah yang dapat menguasai Ajian tersebut.Adiwilaga dan Astagina saling berpandangan. Sebelum akhirnya kembali menatap Priyambada dengan penuh kewaspadaan. "Hahaha. Tentu kalian mengenali ajian ini bukan?" Priyambada tertawa penuh kemenangan. Melihat perubahan reaksi dari lawannya, lantas membuatnya seperti di atas angin. Bukan rahasia umum lagi, mereka yang dapat menguasai Ajian Daraka Cakra menjadi lawan yang tak terkalahkan di dunia persilatan ini. "Apa yang harus kita perbuat sekarang, Kakang?" bisik Astagina merasa ketar ketir, mendapati

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    12. DUEL SENGIT

    "Ternyata kau, Siluman Harimau!" seru sosok pria sepuh yang sebelumnya berwujud bola cahaya putih itu.Manusia Harimau itu menyeringai penuh makna. "Rupanya kau yang menjadi pelindung pemuda ini?" balasnya penuh selidik. Memicingkan matanya guna memastikan dugaannya itu."Dia adalah muridku!" aku pria itu penuh keyakinan. Ucapannya yang sungguh-sungguh, menegaskan bahwasanya ia adalah Adiwilaga. Nyatanya memang demikian. Adiwilaga, tidak dapat membiarkan masalah datang menghampiri muridnya yang sedang fokus bersemedi di sana. "Hahaha. Jadi, ramalan itu memang benar adanya. Malam itu, Kekuatan Batu Bintang Perak, memilih putra dari Tri Sapati sebagai persemayamannya dan sekarang ia telah tumbuh dewasa. Kau pinter juga rupanya, menyembunyikan sosok paling dicari di dunia persilatan ini." Ia menyela dan berdengus kesal di waktu bersamaan.Adiwilaga menulikan pendengarannya. Memilih untuk tidak memedulikan celotehan dari pria yang dipenuhi bulu-bulu itu. Keselamatan muridnya yang terpen

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    11. KEDATANGAN MANUSIA HARIMAU

    "Penguasa Gunung Arga menginginkan Kekuatan Batu Bintang Perak, yang tertanam dalam raga Ekawira," tutur Adiwilaga diiringi helaan napas panjang. Meski hanya sebatas Jiwa yang bergentayangan, tetapi ia masih memiliki perasaan kuat, layaknya manusia pada umumnya.Astagina membola. Mendengar pengakuan tersebut, dia hampir kehilangan ketenangannya. Namun, dia segera mengembalikan pikirannya yang mulai bercabang-cabang itu."Ta-pi, Kakang." Astagina terbata-bata, sulit untuk menyusun kata-katanya. "Maksudku ... bagaimana bisa Penguasa Gunung Arga, mengetahui tentang Kekuatan Batu Bintang Perak, sementara tidak ada satupun orang yang mengetahui, bahwasanya di dalam raga Ekawira, telah tertanam Kekuatan Batu Bintang Perak?"Adiwilaga menoleh kesamping, dipandanginya pria yang usianya tidak terpaut jauh darinya itu."Diriku memahami betul keresahanmu terhadap keselamatan Ekawira. Namun, kau harus mengetahui satu hal. Di balik pertapaan yang dilakukan Ekawira sekarang, telah memancarkan aura

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    10. KEMAMPUAN ASTAGINA

    Astagina pun sudah berada di ambang batas kesabarannya. Dia tidak lagi menganggap lawan di depan matanya lemah. Dirinya juga tidak bisa berlama-lama menahan mereka karena akan berakibat fatal, untuk dirinya maupun Ekawira."Memang tidak ada cara lain lagi. Mereka harus dimusnahkan atau kehadiran mereka akan mengganggu pertapaan Ekawira di sana."Astagina menoleh ke belakang disertai helaan napas lega, lantara Ekawira masih terpaku di tempatnya. Menandakan, pertapaannya tidak terganggu."Kris Samber Nyawa!" serunya demikian sambil mengeluarkan sebuah benda pusaka yang terikat di pinggangnya.Kris Samber Nyawa, setidaknya Itulah yang diserukan pria sepuh itu. Mengangkat tinggi-tinggi benda pusakanya tersebut. Kris tersebut lantas mengeluarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan mata. Dalam satu tarikan napas, Astagina sudah berada di tengah-tengah para Dedemit Air itu. Tangannya mengayun cepat, menghunuskan Kris tersebut ke salah satu Dedemit Air.DWAARRRR ..Hancur lebur hanya me

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    9. MULAI DATANG GANGGUAN

    Astagina tidak jadi pergi. Dirinya merasakan ada bahaya sedang mendekati area tersebut. Entah apa itu, sampai detik ini dirinya masih belum yakin sepenuhnya dengan tebakannya tersebut.Aura yang tiba-tiba muncul ini sangat mengusik ketenangannya. "Seharusnya, mereka tidak di tempat ini. Aku bisa merasakan aura itu. Dedemit air. Rawa Taraka."Kecemasan Astagina kian meningkat ketika telah hadir tiga sosok makhluk hijau. Seluruh tubuh mereka dipenuhi lumpur dan ganggang hijau. Tinggi mereka lebih dari dua meter, sehingga tampak seperti monster.Aroma busuk dari tubuh mereka sangat menyengat. Astagina hampir kehilangan kesadarannya, jikalau dirinya tidak menggunakan tenaga dalamnya untuk menekan aura mereka."Hei, kalian para Dedemit! Bagaimana bisa kalian berada di tempat ini, ah?!" Astagina meninggikan suaranya, sekaligus mengeluarkan tenaga dalamnya guna menekan aura bertarung dari ketiga mahluk, yang disebut Dedemit Air itu.KHAAAUUUUNGGG ...Mereka meraung sangat keras karena tekan

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    8. LATIHAN KEDUA

    Hari berikutnya. Ekawira pun menjalani sesi latihan kedua, untuk mampu mengendalikan sepenuhnya kekuatan Batu Bulan Perak yang ada di dalam tubuhnya.'Batu Bintang Perak, adalah kekuatan penghancur sangat dahsyat. Kekuatan mengerikan itu tercipta dari sifat buruk manusia di muka bumi ini.' papar Astagina, yang kembali terbayang dalam benang Ekawira.Pendekar muda itu duduk bersila di atas batu besar, di bawah derasnya guyuran air terjun tanpa memakai baju, tapi masih mengenakan pakaian bawah. Ekawira harus memusatkan pikiran, menyatukan dirinya terhadap alam. Menyerap hawa murni dari sekitarnya. Dengan begitu, Kekuatan Batu Bintang Perak yang ada pada dirinya, dapat dikuasai. Meskipun Ekawira tahu, kekuatan besar itu tidak akan semudah itu untuk dikuasai.'Dalam kisahnya. Seorang Raja sakti mandraguna, bernama Raja Suwardana. Ia memimpin suatu negeri. Penghuni negeri itu, adalah bangsa jin dan dedemit. Pasukannya adalah kaum siluman yang haus akan darah manusia ...'Ekawira memejamk

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    7. LATIHAN PERTAMA

    Hari mulai sore. Namun, Ekawira masih berada di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun dari sana. Astagina sesekali memantau perkembangan latihan yang dijalani Ekawira. Sesekali itu juga, ia mendapati beberapa hewan buas datang mendekati Ekawira, mencoba untuk mengganggu konsentrasi pemuda itu. Astagina tentu tidak berdiam diri. Semua hewan buas yang datang mendekat, dibuat lari terbirit-birit dengan aura kematian yang dimiliki pria sepuh itu. Pria sepuh itu, tidak terlalu menggunakan banyak tenaga untuk mengusir hewan-hewan buas, sebab ia tidak mau konsentrasi Ekawira jadi terganggu akibat pertarungan ringan tersebut.***Tak terasa, sudah tiga hari berlalu. Ekawira masih duduk bersila di tempatnya. Dia tidak minum maupun makan. Tidak ada yang mampu menggoyahkan konsentrasinya kali ini. Ekawira telah bertekad untuk menaklukkan setiap tantangan dalam latihan bela dirinya. Kini fisiknya sedang ditempa, supaya kuat, ketika Kekuatan Batu Bintang Perak bereaksi. Astagina tersenyum lebar.

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    6. RAHASIA EKAWIRA

    Kekuatan Batu Bintang Perak, hanya muncul dalam kurun waktu seratus tahun sekali. Hanya manusia terpilih saja lah yang dapat memiliki Kekuatan Batu Bintang Perak di dalam tubuhnya.Pada kelahiran Ekawira, terjadi penomena alam yang luar biasa. Langit siang, seketika berubah menjadi gelap, tepat sebelum Ekawira lahir. Selama ini, tidak pernah terjadi hal semacam itu. Alam seolah ikut menyambut kelahiran Ekawira. Guntur menyambar di mana-mana. Angin pun berhembus kencang seperti badai yang siap meluluhlantakkan apa pun yang ada di depannya. Meskipun begitu, tidak ada satupun korban jiwa. Tidak ada yang mengalami musibah di hari itu. Bahkan mereka tidak tahu menahu, bahwa saat itu sedang terjadi badai. Sungguh aneh. Ya, tidak bisa ditelaah oleh akal manusia. Namun, itulah yang terjadi di hari itu. Alam seolah hanya ingin menunjukkannya pada orang-orang yang detik itu, menjadi saksi kelahiran Ekawira saja. Bukan itu saja, tepat sesaat Ekawira lahir ke dunia. Sang ayah pun menghilang, s

  • PUSAKA PEDANG BATU SELEMBUR    5. KEKUATAN EKAWIRA

    Pusaran angin itu, membawa tubuh Ekawira berserta Pedang Batu Selembur, sejauh mungkin dari para pendekar aliran hitam itu.Perlahan-lahan, pusaran anginnya menghilang. Tubuh Ekawira pun terkapar di atas dedaunan kering, sedangkan Pedang Batu Selembur berada tidak jauh darinya.Seketika itu juga, muncul seorang pria sepuh yang seluruh rambutnya telah memutih, langsung menghampiri Ekawira yang tidak sadarkan diri di sana. Dia sedikit mengibas pakaiannya yang seperti jubah itu. Kemudian duduk berjongkok di samping kanan Ekawira. Dua ruas jarinya menyentuh tengkuk Ekawira. "Pemuda ini memiliki fisik yang lemah, tetapi tenaga dalamnya sangat kuat," gumamnya sesaat setelah memeriksa kondisi Ekawira, yang tidak sadarkan diri itu. "Seandainya bukan karena kekuatan besar ini, mungkin nyawanya sudah tiada setelah mendapat serangan dari Dewi Laba-laba Hitam dan Tengkorak Iblis." Kemudian ia mengangkat tangan kanannya dan berada tepat di atas tubuh Ekawira. Pria sepuh itu, mengalirkan seluru

DMCA.com Protection Status