Plak.Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Tamparan itu begitu keras sehingga membuat tubuh ini terjatuh ke lantai.Aku mendongak. Menatap tajam orang yang tak pernah aku sangka akan bertindak kasar seperti ini.Selama sepuluh tahun pernikahan baru kali ini, Mas Ryan bermain tangan. Rasa sakit yang aku rasakan karena tamparan darinya tak sebanding dengan rasa sakit di hati ini."Syah, Maaf aku tak bermaksud--" Ujarnya dengan wajah bersalah."Cukup, tidak ada yang perlu di jelaskan, kamu sudah terlanjur menamparku, Mas" Ucapku lirih dengan tangan memegang pipi."Aku minta maaf."Aku tersenyum miris mendengar ucapannya. Dia pikir dengan maaf bisa menyembuhkan sakit ini, bahkan dia menamparku di hadapan madu dan keluarganya.Sesak rasanya dada ini, membayangkan semua yang telah aku korbankan untuk mereka, tapi apa yang kudapat, hinaan dan tuduhan yang menyakitkan apalagi dengan perubahan suaminya.Aku
"Iya. Aku lelah jika harus menjadi yang kedua, Mas. Aku ingin menjadi satu-satunya, dan lagi aku bisa memberikan semua yang kamu mau. Jadi ceraikan istri pertamamu, Mas" Pinta Marni.Marni memang sudah memberikan segalanya untukku. Tapi aku tak sanggup jika harus berpisah dari Aisyah, dia istri yang sangat aku cintai saat ini, walaupun akhir-akhir ini dia jadi pendiam dan sangat dingin.Namun dia masih mau melaksanakan kewajibannya. Ia menyiapkan segala keperluanku. Aisyah masih mau melayaniku, dia istri yang baik dan solehah bagiku, Aku berusaha untuk menyenangkannya dengan uang nafkah yang layak, namun Aisyah malah menolak, ia sama sekali tidak mau menerima uang yang aku peroleh dari adik madunya."Kalau kamu tidak menceraikannya. Lebih baik aku pergi dan mengugurkan janin ini" Ancam Marni. Ia merajuk dengan menghentakan kakinya.Tidak. Apa yang baru saja dia bilang?Dia akan pergi dan meninggalkan aku. Tidak, aku tidak mau seperti dulu lagi, hidup miskin di bawah tekanan ibu serta
"Siapa pria itu?"Tanyaku. Saat Aisyah langsung kubawa masuk kedalam rumah."Pak Rama, dia anak majikanku" Jawab Aisyah datar, auranya begitu dingin.Ya Allah kenapa dengan istriku?Dia begitu dingin dan menjadi sangat pendiam sekarang.Dimana Aisyah istriku yang ku kenal, istriku yang menyambutku dengan hangat dan berkata lemah lembut sekarang hilang, Aisyah sungguh telah berubah."Kenapa kamu dekat dengan dia? Kamu itu masih punya suami nga baik dekat-dekat sama pria lain." Aisyah hanya menatapku tajam, nyaliku langsung ciut dengan tatapannya yang mengerikan menurutku."Kamu bilang aku masih punya suami? Tapi kok aku marasa seperti seorang janda, tanpa nafkah lahir dan batin yang di berikan oleh pria bergelar suamiku" Ucapan yang baru Aisyah lontarkan membuat tenggorokanku tercekat. Aku sadar selama sebulan ini, aku tak pernah memperhatikannya lagi. Ibu dan Marni selalu menghalangi dan mencegahku setiap aku ingin
"Semua keputusan pasti ada resikonya, aku sudah merelakanmu di miliki oleh wanita lain, maka aku harus berbagi dengannya, namun ketidak mampuanmu, ketidak adilanmu, aku harus mundur, aku harus mengikhlaskanmu untuknya. Jangan menyiksa diri ini lagi, kumohon ceraikan aku sekarang juga" PintanyaDeg."Kamu ingin membuatku gila! Aku sangat mencintaimu, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu, berikan aku kesempatan sekali lagi, kita mulai ini dari nol, aku janji akan bersikap adil kali ini" Bujukku. Menghadapi sikapnya yang dingin seperti ini saja aku sudah stres, apalagi membayangkan aku harus kehilangannya."Jika kamu mencintaiku, lepaskan aku jangan biarkan aku tersiksa dengan pernikahan ini" Pintanya semakin gigih ingin berpisah dariku.Tubuhku lemas mendengarnya. Aisyah selama ini sudah menemaniku, ia ikhlas menjalani pedihnya hidup bersamaku, aku yang tadinya bukan siapa-siapa dulu tak pernah di perdulikan orang lain, termasuk
"Sudah kamu ceraikan saja, Ryan. Wanita tidak berguna seperti dia pantasnya di buang" Kata ibu"Iya mas, ceraikan saja istrimu itu aku akan memberikan modal usaha tambahan lagi untukmu" Ujar Marni. Wajah ibu langsung berbinar."Ayo Ryan" Desak ibu."A--ku""Ceraikan aku mas" Ujar Aisyah."Sudah aku bilang, aku tidak akan pernah menceraikanmu!" Kekeh Ryan."Mas, Kamu sudah mempunyai segalanya denganku. Jika kamu tidak menceraikannya, aku pastikan akan mengambil semua yang sudah aku berikan pada kalian" Ancam Marni.Wajah ibu langsung pucat. Ia mendekatiku memohon agar aku menuruti perintah Marni."Ryan, ibu mohon turuti Marni. Ibu tidak ingin hidup miskin lagi, kamu pisah dengan Aisyah, toh wanita itu juga meminta talak. Kamu punya harga diri, kamu laki-laki jangan terlihat lemah di hadapan dia, kamu ceraikan saja dulu, Ibu yakin dia akan mengemis untuk kembali, karena tidak bisa hidup tanpa kamu. Percayalah
"Aisyah tunggu! Kami mau berangkat kerja, ya?" Tanya Alifah. "Iya, Fah." Jawab Aisyah."Syah, majikan kamu baikan?""Alhamdulillah, mereka baik banget sama aku, Fah." "Syukurlah, kamu yang betah kerja di sana. Ngomong-ngomong soal Ryan, dia masih ngasih kamu nafkah, kan?""Aku sudah pisah sama Mas Ryan, Fah." Ucap Aisyah sambil menunduk.Alifah terkejut, namun ia juga merasa bersyukur karena sahabat bisa lepas dari luka suaminya."Serius Syah. Kamu udah pisah sama Ryan?"Belum sempat Aisyah menjawab pertanyaan Alifah. Tiba-tiba seseorang menyahut dari arah jauh, orang itu tak lain adalah Bu Harti dan Marni."Iya, mereka sudah bercerai dan ini surat dari pengadilan agama" Sahut Marni dengan wajah angkuhnya."Lagian siapa juga laki-laki yang mau mempertahankan wanita seperti Aisyah. Sudah tak punya apa-apa, anak yatim piatu, cuma bisa jadi menantu yang tak ada gunanya doang." Caci Harti. P
"Ibu. Marni. Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Ryan yang baru menghampiri mereka.Ryan menatap Aisyah yang hari ini terlihat berbeda. Wajahnya yang kemarin terlihat lusuh dan kusam, sekarang lebih segar, dan cantik."Mas. Kamu apa-apa sih? Natap janda sok cantik seperti dia sebegitunya? " Tegur Marni cemburu.Ryan tersadar bahwa tatapan begitu menonjol pada mantan istrinya."Aku natap biasa aja kok, Yang" Kilah Ryan."Ryan, kamu harus jaga perasaan istrimu. Dia lagi hamil jadi akan lebih sensitif, lagian ngapain sih? Kamu sudah tidak ada hubungannya lagi sama perempuan gatel ini" Hina Bu Harti."Cukup, Bu. Jangan menghina Aisyah lagi!" Sentak Ryan.Ia tak habis pikir dengan ibunya, dari duku masih belum puas menghina Aisyah.Marni yang mendengar ucapan suaminya, merasa geram, dan emosi" Mas, kamu membela dia, dari pada membela ibu dan istrimu. Ingat Mas aku yang sah menjadi istri sekarang bukan dia."
Hati Ryan semakin panas saat Aisyah, memasuki mobil pria tadi bersama Alifah. Saat mobil akan berjalan wanita itu sama sekali tak mau menatapku.Ryan begitu kecewa, ia yang sudah kebakaran jenggot, saat melihat tatapan biasa saja dari mantan istrinya. Kenangan dan perjuangan yang penuh pengorbanan begitu banyak untuk hidup bersama, namun semua kini lenyap, Ryan sadar kebahagiaannya selama ini terletak pada wanita penyabar itu."Orangnya sudah pergi, Mas." Tegur Marni. Wanita itu saat ini begitu marah pada suaminya yang menatap kepergian Aisyah, ia berlalu pergi dengan kaki di hentakan ke tanah."Ryan, sudah bagus kamu terbebas dari perempuan itu. Ini malah kamu nambah masalah lagi, sudah di kasih hidup enak malah bertingkah, bodoh kamu, Ryan." Ujar Bu Harti."Sekarang kehidupan kalian ada di tangan Marni, Ya? Aduh hidup numpang sama menantu kaya enak kali ya?" Ucap para ibu-ibu di warung."Kenapa, Bu.? Iri sama saya" "Ih siapa juga yang iri sama orang yang hidupnya di tampung mantu.
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Saat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i