"Ibu. Marni. Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Ryan yang baru menghampiri mereka.Ryan menatap Aisyah yang hari ini terlihat berbeda. Wajahnya yang kemarin terlihat lusuh dan kusam, sekarang lebih segar, dan cantik."Mas. Kamu apa-apa sih? Natap janda sok cantik seperti dia sebegitunya? " Tegur Marni cemburu.Ryan tersadar bahwa tatapan begitu menonjol pada mantan istrinya."Aku natap biasa aja kok, Yang" Kilah Ryan."Ryan, kamu harus jaga perasaan istrimu. Dia lagi hamil jadi akan lebih sensitif, lagian ngapain sih? Kamu sudah tidak ada hubungannya lagi sama perempuan gatel ini" Hina Bu Harti."Cukup, Bu. Jangan menghina Aisyah lagi!" Sentak Ryan.Ia tak habis pikir dengan ibunya, dari duku masih belum puas menghina Aisyah.Marni yang mendengar ucapan suaminya, merasa geram, dan emosi" Mas, kamu membela dia, dari pada membela ibu dan istrimu. Ingat Mas aku yang sah menjadi istri sekarang bukan dia."
Hati Ryan semakin panas saat Aisyah, memasuki mobil pria tadi bersama Alifah. Saat mobil akan berjalan wanita itu sama sekali tak mau menatapku.Ryan begitu kecewa, ia yang sudah kebakaran jenggot, saat melihat tatapan biasa saja dari mantan istrinya. Kenangan dan perjuangan yang penuh pengorbanan begitu banyak untuk hidup bersama, namun semua kini lenyap, Ryan sadar kebahagiaannya selama ini terletak pada wanita penyabar itu."Orangnya sudah pergi, Mas." Tegur Marni. Wanita itu saat ini begitu marah pada suaminya yang menatap kepergian Aisyah, ia berlalu pergi dengan kaki di hentakan ke tanah."Ryan, sudah bagus kamu terbebas dari perempuan itu. Ini malah kamu nambah masalah lagi, sudah di kasih hidup enak malah bertingkah, bodoh kamu, Ryan." Ujar Bu Harti."Sekarang kehidupan kalian ada di tangan Marni, Ya? Aduh hidup numpang sama menantu kaya enak kali ya?" Ucap para ibu-ibu di warung."Kenapa, Bu.? Iri sama saya" "Ih siapa juga yang iri sama orang yang hidupnya di tampung mantu.
Setelah sampai di rumah Rama semua turun Rama, berjalan terlebih dahulu memasuki rumah."Assalamualaikum, Bu" Salam mereka. Pada Bu Puspa yang tengah duduk di sofa."Waalaikumsalam" Jawabnya. Namun mata Bu Puspa menangkap bahwa sang putra, berjalan sambil terus tersenyum."Kenapa dengan, Rama? Pagi-pagi sudah senyum-senyum sendiri, kesambet apa itu anak?" Tanya Bu Puspa Pada Aisyah dan Alifah.Alifah pun menjelaskan, bahwa setelah Rama mengetahui bahwa Aisyah sudah berpisah dengan suaminya, Rama malah senyum-senyum sendiri, seakan dia bahagia bahwa sahabatnya ini menjadi janda."Alhamdulillah, akhirnya kamu sudah terlepas dari lelaki itu" Kedua wanita muda itu mengkerut keningnya, saat mendengar ucapan syukur dari bu Puspa."Kok Alhamdulillah, Bu?""Aduh maaf ya, Aisyah. Ibu kelepasan, Alifah tumbenan kamu kemari, ada apa?" Bu Pusp mencoba mengalihkan topik pembicaraan."Alifah mau kasih ini, Bu." Alifah m
"Cieeee... Yang jadi incaran Pak Mahmud" Goda Alifah. saja "Pak Mahmud sat set amat langsung ngajak kawin, Syah" Ucap Alifah terkekeh."Syah kok diam aja, jangan-jangan kamu lagi mikirin mau nerima tawaran Pak Mahmud, Ya? Buat bisa nyaingin si Marni" Tatapan sinis langsung ku layangkan pada Alifah.Namun wanita itu malah semakin menjadi" Aduh aku sakit perut""Berisik ah, kayanya sial banget nasib aku, Fah "Ucapku. Dengan memasang wajah sedih.Alifah yang sedari tadi terkekeh, langsung terdiam, tak lagi menggodaku."Udah jangan sedih lagi, Syah. Baru aja aku senang liat kamu kembali kaya dulu lagi. Aisyah yang ceria, cerdas dan kuat, jangan jadi lemah lagi ya, Syah" Tutur Alifah. Dia memang sahabat sejatiku."Makasih, Fah. Kamu ada di saat aku terjatuh, aku nga tahu kalo nga ada kamu, mungkin aku akan susah untuk bangkit" Ucapku menatapnya."Sama-sama"_____Keesokan harinya. Aku dan Ali
"Syah, beneran kamu nga nga bakal nyesel nolak, Pak Mahmud." Ejek Alifah."Nga, lah. Mending aku jadi janda tua dari pada jadi istri kedua, udah cukup kemarin aku menderita gara-gara hidup di duakan" Ucapku."Aku setuju. Kalo itu di jadikan sebagai pengalaman hidupmu, Syah, tapi aku nga setuju kalau kamu sampai jadi janda tua." Ucap Rama ikut menimpali."Ehh.. Syah lihat deh ini apa?" Tunjuk Alifah pada layar ponselnya.Aku terkejut. Di dalam ponselnya ada rekamanku yang tengah adu mulut dengan Pak Mahmud."Alifahhhh!.." Aku berusaha mengambil ponsel itu, namun Alifah malah berlindung di balik tubuh Rama."Fah, sumpah nga guna ngerekam hal kaya gitu. Hapusss!" Ucapku. Lalu berlari mengelilingi tubuh Rama."Enggak akan" Ujar Alifah sambil menjulirkan lidahnya.Alifah benar-benar membuatku kesal, pantang bagiku menyerah jika rekaman memalukan itu, belum bisa ku hapus.Baju Alifah berhasil kuraih di balik tubuh Rama. Tanpa sadar aku merapatkan tubuhku pada tubuh Rama, membuat pria itu me
" Sabar ya, Syah. Aku sungguh salut sama kamu, bertahun-tahun bisa bertahan dengan keluarga dan suami seperti itu" Ujar Rama."Syah, aku nga nyangka Ryan bisa setega itu sama kamu. Dulu aku kenal dia pria alim yang tutur katanya lembut, tapi ternyata ini sikap aslinya, mulutnya kotor dan tak bisa di jaga" Ucap Alifah.Aku tak menjawab ucapan mereka. Aku sudah lelah jika terus membahas keluarga matan suami, sungguh aku ingin membuka lembaran baru dengan tidak pernah mengenalnya.___"Kamu kenapa sih! Setiap hari terus- menerus datang ke rumah mantan istrimu?"Tanya Marni."Aku hanya ingin melihatnya" Jawab Ryan yang membuat dada Marni turun naik."Ryan, ingat kalian itu sudah bercerai. Tak seharusnya kamu terus menemui wanita j a l a n g itu" Timpal Bu Harti."Kenapa kamu begitu susah melupakan wanita itu, Mas? Padahal aku lebih segalanya dari dia, aku cantik dan kaya. Apa lagi yang kamu inginkan?" Tanya Marni begitu
"Mulai detik ini, aku nga akan kasih uang atau apapun pada ibumu. Karena kamu juga ga mau memenuhi syarat dariku" Ancam Marni.Acnaman itu membuat Ryan kalang kabut, bagaimana nasib dia dan keluarganya jika Marni tak lagi mau memberikan uang."Oke aku akan coba menjauh dan melupakan Aisyah. Tapi kamu harus nurut sama ibu" Akhirnya Ryan menyerah. Ia tak bisa jika hidup tanpa pasokan uang dari Marni. Di sisi lain Marni begitu sumringah mendengar ucapan suaminya._____Hari ini adalah hari pernikahan Alifah. Sahabatku itu berpesan agar aku datang pagi-pagi sekali bersama Rama.Namun aku tidak ingin ada fitnah lagi jika setiap hari dekat- dekat dengan Rama, aku berangkat sendiri kerumah Alifah.Sampai rumahnya ternyata Alifah tengah di dandani oleh tim MUA."Aisyah sini" Seru Alifah."Mbak sekali sahabat saya ini di dandanin, Ya" Pintanya."Gak, Fah. Aku nga mau ah" Tolakku."Di
"Dia seorang CEO?" Tanya Marni gugup."Iya, dan sebagai calon suaminya Aisyah" Ucap Rama dengan yakin."Doakan semoga kami cepat menyusul mereka. Saya sudah berjanji jika sudah menikahnya, akan membuatnya bahagia, tak akan saya biarkan ada satupun orang yang mempu menyakiti dan menghina lagi"Sambung Rama menatap satu-persatu wajah mereka."Kok bisa sih Mas Rama, ini suka sama Aisyah. Dia kan beda jauh sama anda" Ucap Marni."Saya menyukai seseorang bukan dari tahta dan kasta, ataupun kecantikannya, tapi saya memilih wanita yang bisa menjaga mulutnya, untuk tak pernah menyakiti hati orang"Jawab Rama.Merasa kesal Marni pergi di ikuti oleh suami serta keluarganya."Kesal banget!. Kenapa sih dia selalu lebih beruntung daripada aku" Gumam Marni."Itu mantan istrimu pake pelet apa? Bisa dapatin seorang CEO" Tanya Bu Harti pada Ryan.Ryan hanya diam saja sedari tadi, di dalam lubuk hatinya ia merasa menyesal telah menceraikan Aisyah."Ryan! Loh kamu malah bengong""Gak bu, aku tadi hanya ber