"Dia seorang CEO?" Tanya Marni gugup."Iya, dan sebagai calon suaminya Aisyah" Ucap Rama dengan yakin."Doakan semoga kami cepat menyusul mereka. Saya sudah berjanji jika sudah menikahnya, akan membuatnya bahagia, tak akan saya biarkan ada satupun orang yang mempu menyakiti dan menghina lagi"Sambung Rama menatap satu-persatu wajah mereka."Kok bisa sih Mas Rama, ini suka sama Aisyah. Dia kan beda jauh sama anda" Ucap Marni."Saya menyukai seseorang bukan dari tahta dan kasta, ataupun kecantikannya, tapi saya memilih wanita yang bisa menjaga mulutnya, untuk tak pernah menyakiti hati orang"Jawab Rama.Merasa kesal Marni pergi di ikuti oleh suami serta keluarganya."Kesal banget!. Kenapa sih dia selalu lebih beruntung daripada aku" Gumam Marni."Itu mantan istrimu pake pelet apa? Bisa dapatin seorang CEO" Tanya Bu Harti pada Ryan.Ryan hanya diam saja sedari tadi, di dalam lubuk hatinya ia merasa menyesal telah menceraikan Aisyah."Ryan! Loh kamu malah bengong""Gak bu, aku tadi hanya ber
"Gimana ga lengket, orang setiap malam di kasih selangk*ngan. Ya pria mana yang ga mau" Herdik Marni."Berhenti berbicara omong kosong!" Pekik Ryan."Apa yang omong kosong. Sudah jelas mantan istrimu itu p e l a c u r, dia kesepian karena kamu jarang di rumah, maka dari itu dia membawa pria lain." Ucap Bu Harti kekeh.Kenapa anaknya ini selalu membela mantan menantunya, padahal Bu Harti baru saja bisa menghasut tetangganya, ia ingin para ibu-ibu ini membenci mantan mantunya, jangan sampai mereka kembali membela Aisyah lagi."Gak lama lagi di bakalan hamil duluan. Lihat saja ibu-ibu perutnya itu pasti akan membesar, kampung kita ini jadi rawan sama janda modelan kaya Aisyah, jangan sampai suami ibu-ibu juga jadi gilirang mangsanya Aisyah." Ucap Marni."Ayo kita pulang saja! " Ajak Marn. Merekapun pulang dengan senyum mengembang di wajahnya."Akhirnya kita bisa menghasut mereka untuk membenci Aisyah.""Semoga saj
Mereka sudah mulai bertindak anarkis. Entah siapa yang memulai sebagai provokasi."Arak! Itu yang pantas untuk janda tukang zin* seperti dia!""Arak lalu usir saja dari kampung kita! Kedua orang biad*b ini harus pergi! Kalau tidak nasib sial akan menimpa desa kita"Semua orang semakin tersulut emosi, bahkan mereka menarik kerudung yang berasa di kepala Aisyah. Mereka juga merobek sebagian lengan bajunya, saat itu Aisyah benar-benar nelangsa."Orang seperti kamu itu tak pantas mengenakan pakaian ini. Kamu pantasnya memakai karung!"Aisyah terus saja di siksa oleh para ibu-ibu itu, namun Rama dengan cepat mencoba melindunginya, tak perduli jika tubuhnya menjadi amukan para warga, yang terpenting ia bisa melindungi wanitanya."Cuihhhh! Lihat sudah seperti ini saja, mereka masih bisa bermesraan. Dasar tidak tahu malu"Menyaksikan Aisyah yang di peluk dan di lindungi oleh Rama. Warga semakin marah, dianggapnya kesua
"Sial kenapa? Si Aisyah malah di nikahkan sama pria itu!"Kesal Marni."Iya, ibu juga ga rela. Nanti dia bakalan sombong dan bisa nyaingin kamu. Karena sudah menjadi istri seorang CEO" Timpal Bu Harti."Ini semua gara-gara ibu. Ibu yang menghasut mereka supaya di arak." Tuduh Marni. "Kok jadi ibu? Ini semuakan idemu, kamu yang membayar semua untuk mengarak, dan mengusir Aisyah dari desa ini" "Siapa yang di arak?"Deg.Tanya Ryan setelah ia baru saja pulang dari tokonya."Ga ada. Kamu hanya salah denger kali, Mas" Sangkal Marni."Bohong! Tadi Aisyah dan pria yang bernama Rama itu akan di arak bersamaan oleh warga" Ujar Bu Harti."Apa! Kenapa bisa?" Tanya Ryan.Bu Herti yang memang kesal pada Marni. Ingin membongkar rahasia mereka, namun dia juga tak ingin jika Marni menghentikan uang bulanan padanya."Dia ketahuan melakukan hal m u r a h a n di rumahnya" Marni
"Kalau Marni tidak membelikan ibu perhiasan itu. Ibu akan mogok makan, kalian jangan perdulikan ibu, makan saja sampai perut kenyang"Ujar Bu Harti, ia merajuk karena usahanya gagal.Dia akan mencoba mencari strategi lain, untuk meluluhkan hati Marni, agar mau menuruti keinginannya.Mendengarnya Ryan langsung panik. Ia tak mungkin membiarkan ibunya tak mau makan sama sekali."Bu, ayolah jangan seperti anak kecil, kalau ibu ga makan nanti sakit" Bujuk Ryan."Biarkan saja ibu sakit. Mungkin Marni bakal senang kalau mertuanya sakit, jadi dia ga repot lagi ngurusin ibu yang sudah tua ini" Ujar Bu Harti sambil mengeluarkan air mata buaya.Ryan menatap Marni. Namun wanita itu malah memasang wajah angkuhnya."Kamu ga kasihan sama ibuku, yang? Kamu benar-benar tega sama dia!" Bentak Ryan."Kok kamu jadi marahnya sama aku, Mas. Harusnya kalian itu sadar diri sedikit dong, dan kamu, Mas. Harusnya bisa tegas menolak keing
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami