Mereka sudah mulai bertindak anarkis. Entah siapa yang memulai sebagai provokasi."Arak! Itu yang pantas untuk janda tukang zin* seperti dia!""Arak lalu usir saja dari kampung kita! Kedua orang biad*b ini harus pergi! Kalau tidak nasib sial akan menimpa desa kita"Semua orang semakin tersulut emosi, bahkan mereka menarik kerudung yang berasa di kepala Aisyah. Mereka juga merobek sebagian lengan bajunya, saat itu Aisyah benar-benar nelangsa."Orang seperti kamu itu tak pantas mengenakan pakaian ini. Kamu pantasnya memakai karung!"Aisyah terus saja di siksa oleh para ibu-ibu itu, namun Rama dengan cepat mencoba melindunginya, tak perduli jika tubuhnya menjadi amukan para warga, yang terpenting ia bisa melindungi wanitanya."Cuihhhh! Lihat sudah seperti ini saja, mereka masih bisa bermesraan. Dasar tidak tahu malu"Menyaksikan Aisyah yang di peluk dan di lindungi oleh Rama. Warga semakin marah, dianggapnya kesua
"Sial kenapa? Si Aisyah malah di nikahkan sama pria itu!"Kesal Marni."Iya, ibu juga ga rela. Nanti dia bakalan sombong dan bisa nyaingin kamu. Karena sudah menjadi istri seorang CEO" Timpal Bu Harti."Ini semua gara-gara ibu. Ibu yang menghasut mereka supaya di arak." Tuduh Marni. "Kok jadi ibu? Ini semuakan idemu, kamu yang membayar semua untuk mengarak, dan mengusir Aisyah dari desa ini" "Siapa yang di arak?"Deg.Tanya Ryan setelah ia baru saja pulang dari tokonya."Ga ada. Kamu hanya salah denger kali, Mas" Sangkal Marni."Bohong! Tadi Aisyah dan pria yang bernama Rama itu akan di arak bersamaan oleh warga" Ujar Bu Harti."Apa! Kenapa bisa?" Tanya Ryan.Bu Herti yang memang kesal pada Marni. Ingin membongkar rahasia mereka, namun dia juga tak ingin jika Marni menghentikan uang bulanan padanya."Dia ketahuan melakukan hal m u r a h a n di rumahnya" Marni
"Kalau Marni tidak membelikan ibu perhiasan itu. Ibu akan mogok makan, kalian jangan perdulikan ibu, makan saja sampai perut kenyang"Ujar Bu Harti, ia merajuk karena usahanya gagal.Dia akan mencoba mencari strategi lain, untuk meluluhkan hati Marni, agar mau menuruti keinginannya.Mendengarnya Ryan langsung panik. Ia tak mungkin membiarkan ibunya tak mau makan sama sekali."Bu, ayolah jangan seperti anak kecil, kalau ibu ga makan nanti sakit" Bujuk Ryan."Biarkan saja ibu sakit. Mungkin Marni bakal senang kalau mertuanya sakit, jadi dia ga repot lagi ngurusin ibu yang sudah tua ini" Ujar Bu Harti sambil mengeluarkan air mata buaya.Ryan menatap Marni. Namun wanita itu malah memasang wajah angkuhnya."Kamu ga kasihan sama ibuku, yang? Kamu benar-benar tega sama dia!" Bentak Ryan."Kok kamu jadi marahnya sama aku, Mas. Harusnya kalian itu sadar diri sedikit dong, dan kamu, Mas. Harusnya bisa tegas menolak keing
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i