Setelah sampai di rumah Rama semua turun Rama, berjalan terlebih dahulu memasuki rumah."Assalamualaikum, Bu" Salam mereka. Pada Bu Puspa yang tengah duduk di sofa."Waalaikumsalam" Jawabnya. Namun mata Bu Puspa menangkap bahwa sang putra, berjalan sambil terus tersenyum."Kenapa dengan, Rama? Pagi-pagi sudah senyum-senyum sendiri, kesambet apa itu anak?" Tanya Bu Puspa Pada Aisyah dan Alifah.Alifah pun menjelaskan, bahwa setelah Rama mengetahui bahwa Aisyah sudah berpisah dengan suaminya, Rama malah senyum-senyum sendiri, seakan dia bahagia bahwa sahabatnya ini menjadi janda."Alhamdulillah, akhirnya kamu sudah terlepas dari lelaki itu" Kedua wanita muda itu mengkerut keningnya, saat mendengar ucapan syukur dari bu Puspa."Kok Alhamdulillah, Bu?""Aduh maaf ya, Aisyah. Ibu kelepasan, Alifah tumbenan kamu kemari, ada apa?" Bu Pusp mencoba mengalihkan topik pembicaraan."Alifah mau kasih ini, Bu." Alifah m
"Cieeee... Yang jadi incaran Pak Mahmud" Goda Alifah. saja "Pak Mahmud sat set amat langsung ngajak kawin, Syah" Ucap Alifah terkekeh."Syah kok diam aja, jangan-jangan kamu lagi mikirin mau nerima tawaran Pak Mahmud, Ya? Buat bisa nyaingin si Marni" Tatapan sinis langsung ku layangkan pada Alifah.Namun wanita itu malah semakin menjadi" Aduh aku sakit perut""Berisik ah, kayanya sial banget nasib aku, Fah "Ucapku. Dengan memasang wajah sedih.Alifah yang sedari tadi terkekeh, langsung terdiam, tak lagi menggodaku."Udah jangan sedih lagi, Syah. Baru aja aku senang liat kamu kembali kaya dulu lagi. Aisyah yang ceria, cerdas dan kuat, jangan jadi lemah lagi ya, Syah" Tutur Alifah. Dia memang sahabat sejatiku."Makasih, Fah. Kamu ada di saat aku terjatuh, aku nga tahu kalo nga ada kamu, mungkin aku akan susah untuk bangkit" Ucapku menatapnya."Sama-sama"_____Keesokan harinya. Aku dan Ali
"Syah, beneran kamu nga nga bakal nyesel nolak, Pak Mahmud." Ejek Alifah."Nga, lah. Mending aku jadi janda tua dari pada jadi istri kedua, udah cukup kemarin aku menderita gara-gara hidup di duakan" Ucapku."Aku setuju. Kalo itu di jadikan sebagai pengalaman hidupmu, Syah, tapi aku nga setuju kalau kamu sampai jadi janda tua." Ucap Rama ikut menimpali."Ehh.. Syah lihat deh ini apa?" Tunjuk Alifah pada layar ponselnya.Aku terkejut. Di dalam ponselnya ada rekamanku yang tengah adu mulut dengan Pak Mahmud."Alifahhhh!.." Aku berusaha mengambil ponsel itu, namun Alifah malah berlindung di balik tubuh Rama."Fah, sumpah nga guna ngerekam hal kaya gitu. Hapusss!" Ucapku. Lalu berlari mengelilingi tubuh Rama."Enggak akan" Ujar Alifah sambil menjulirkan lidahnya.Alifah benar-benar membuatku kesal, pantang bagiku menyerah jika rekaman memalukan itu, belum bisa ku hapus.Baju Alifah berhasil kuraih di balik tubuh Rama. Tanpa sadar aku merapatkan tubuhku pada tubuh Rama, membuat pria itu me
" Sabar ya, Syah. Aku sungguh salut sama kamu, bertahun-tahun bisa bertahan dengan keluarga dan suami seperti itu" Ujar Rama."Syah, aku nga nyangka Ryan bisa setega itu sama kamu. Dulu aku kenal dia pria alim yang tutur katanya lembut, tapi ternyata ini sikap aslinya, mulutnya kotor dan tak bisa di jaga" Ucap Alifah.Aku tak menjawab ucapan mereka. Aku sudah lelah jika terus membahas keluarga matan suami, sungguh aku ingin membuka lembaran baru dengan tidak pernah mengenalnya.___"Kamu kenapa sih! Setiap hari terus- menerus datang ke rumah mantan istrimu?"Tanya Marni."Aku hanya ingin melihatnya" Jawab Ryan yang membuat dada Marni turun naik."Ryan, ingat kalian itu sudah bercerai. Tak seharusnya kamu terus menemui wanita j a l a n g itu" Timpal Bu Harti."Kenapa kamu begitu susah melupakan wanita itu, Mas? Padahal aku lebih segalanya dari dia, aku cantik dan kaya. Apa lagi yang kamu inginkan?" Tanya Marni begitu
"Mulai detik ini, aku nga akan kasih uang atau apapun pada ibumu. Karena kamu juga ga mau memenuhi syarat dariku" Ancam Marni.Acnaman itu membuat Ryan kalang kabut, bagaimana nasib dia dan keluarganya jika Marni tak lagi mau memberikan uang."Oke aku akan coba menjauh dan melupakan Aisyah. Tapi kamu harus nurut sama ibu" Akhirnya Ryan menyerah. Ia tak bisa jika hidup tanpa pasokan uang dari Marni. Di sisi lain Marni begitu sumringah mendengar ucapan suaminya._____Hari ini adalah hari pernikahan Alifah. Sahabatku itu berpesan agar aku datang pagi-pagi sekali bersama Rama.Namun aku tidak ingin ada fitnah lagi jika setiap hari dekat- dekat dengan Rama, aku berangkat sendiri kerumah Alifah.Sampai rumahnya ternyata Alifah tengah di dandani oleh tim MUA."Aisyah sini" Seru Alifah."Mbak sekali sahabat saya ini di dandanin, Ya" Pintanya."Gak, Fah. Aku nga mau ah" Tolakku."Di
"Dia seorang CEO?" Tanya Marni gugup."Iya, dan sebagai calon suaminya Aisyah" Ucap Rama dengan yakin."Doakan semoga kami cepat menyusul mereka. Saya sudah berjanji jika sudah menikahnya, akan membuatnya bahagia, tak akan saya biarkan ada satupun orang yang mempu menyakiti dan menghina lagi"Sambung Rama menatap satu-persatu wajah mereka."Kok bisa sih Mas Rama, ini suka sama Aisyah. Dia kan beda jauh sama anda" Ucap Marni."Saya menyukai seseorang bukan dari tahta dan kasta, ataupun kecantikannya, tapi saya memilih wanita yang bisa menjaga mulutnya, untuk tak pernah menyakiti hati orang"Jawab Rama.Merasa kesal Marni pergi di ikuti oleh suami serta keluarganya."Kesal banget!. Kenapa sih dia selalu lebih beruntung daripada aku" Gumam Marni."Itu mantan istrimu pake pelet apa? Bisa dapatin seorang CEO" Tanya Bu Harti pada Ryan.Ryan hanya diam saja sedari tadi, di dalam lubuk hatinya ia merasa menyesal telah menceraikan Aisyah."Ryan! Loh kamu malah bengong""Gak bu, aku tadi hanya ber
"Gimana ga lengket, orang setiap malam di kasih selangk*ngan. Ya pria mana yang ga mau" Herdik Marni."Berhenti berbicara omong kosong!" Pekik Ryan."Apa yang omong kosong. Sudah jelas mantan istrimu itu p e l a c u r, dia kesepian karena kamu jarang di rumah, maka dari itu dia membawa pria lain." Ucap Bu Harti kekeh.Kenapa anaknya ini selalu membela mantan menantunya, padahal Bu Harti baru saja bisa menghasut tetangganya, ia ingin para ibu-ibu ini membenci mantan mantunya, jangan sampai mereka kembali membela Aisyah lagi."Gak lama lagi di bakalan hamil duluan. Lihat saja ibu-ibu perutnya itu pasti akan membesar, kampung kita ini jadi rawan sama janda modelan kaya Aisyah, jangan sampai suami ibu-ibu juga jadi gilirang mangsanya Aisyah." Ucap Marni."Ayo kita pulang saja! " Ajak Marn. Merekapun pulang dengan senyum mengembang di wajahnya."Akhirnya kita bisa menghasut mereka untuk membenci Aisyah.""Semoga saj
Mereka sudah mulai bertindak anarkis. Entah siapa yang memulai sebagai provokasi."Arak! Itu yang pantas untuk janda tukang zin* seperti dia!""Arak lalu usir saja dari kampung kita! Kedua orang biad*b ini harus pergi! Kalau tidak nasib sial akan menimpa desa kita"Semua orang semakin tersulut emosi, bahkan mereka menarik kerudung yang berasa di kepala Aisyah. Mereka juga merobek sebagian lengan bajunya, saat itu Aisyah benar-benar nelangsa."Orang seperti kamu itu tak pantas mengenakan pakaian ini. Kamu pantasnya memakai karung!"Aisyah terus saja di siksa oleh para ibu-ibu itu, namun Rama dengan cepat mencoba melindunginya, tak perduli jika tubuhnya menjadi amukan para warga, yang terpenting ia bisa melindungi wanitanya."Cuihhhh! Lihat sudah seperti ini saja, mereka masih bisa bermesraan. Dasar tidak tahu malu"Menyaksikan Aisyah yang di peluk dan di lindungi oleh Rama. Warga semakin marah, dianggapnya kesua