"Semua keputusan pasti ada resikonya, aku sudah merelakanmu di miliki oleh wanita lain, maka aku harus berbagi dengannya, namun ketidak mampuanmu, ketidak adilanmu, aku harus mundur, aku harus mengikhlaskanmu untuknya. Jangan menyiksa diri ini lagi, kumohon ceraikan aku sekarang juga" PintanyaDeg."Kamu ingin membuatku gila! Aku sangat mencintaimu, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu, berikan aku kesempatan sekali lagi, kita mulai ini dari nol, aku janji akan bersikap adil kali ini" Bujukku. Menghadapi sikapnya yang dingin seperti ini saja aku sudah stres, apalagi membayangkan aku harus kehilangannya."Jika kamu mencintaiku, lepaskan aku jangan biarkan aku tersiksa dengan pernikahan ini" Pintanya semakin gigih ingin berpisah dariku.Tubuhku lemas mendengarnya. Aisyah selama ini sudah menemaniku, ia ikhlas menjalani pedihnya hidup bersamaku, aku yang tadinya bukan siapa-siapa dulu tak pernah di perdulikan orang lain, termasuk
"Sudah kamu ceraikan saja, Ryan. Wanita tidak berguna seperti dia pantasnya di buang" Kata ibu"Iya mas, ceraikan saja istrimu itu aku akan memberikan modal usaha tambahan lagi untukmu" Ujar Marni. Wajah ibu langsung berbinar."Ayo Ryan" Desak ibu."A--ku""Ceraikan aku mas" Ujar Aisyah."Sudah aku bilang, aku tidak akan pernah menceraikanmu!" Kekeh Ryan."Mas, Kamu sudah mempunyai segalanya denganku. Jika kamu tidak menceraikannya, aku pastikan akan mengambil semua yang sudah aku berikan pada kalian" Ancam Marni.Wajah ibu langsung pucat. Ia mendekatiku memohon agar aku menuruti perintah Marni."Ryan, ibu mohon turuti Marni. Ibu tidak ingin hidup miskin lagi, kamu pisah dengan Aisyah, toh wanita itu juga meminta talak. Kamu punya harga diri, kamu laki-laki jangan terlihat lemah di hadapan dia, kamu ceraikan saja dulu, Ibu yakin dia akan mengemis untuk kembali, karena tidak bisa hidup tanpa kamu. Percayalah
"Aisyah tunggu! Kami mau berangkat kerja, ya?" Tanya Alifah. "Iya, Fah." Jawab Aisyah."Syah, majikan kamu baikan?""Alhamdulillah, mereka baik banget sama aku, Fah." "Syukurlah, kamu yang betah kerja di sana. Ngomong-ngomong soal Ryan, dia masih ngasih kamu nafkah, kan?""Aku sudah pisah sama Mas Ryan, Fah." Ucap Aisyah sambil menunduk.Alifah terkejut, namun ia juga merasa bersyukur karena sahabat bisa lepas dari luka suaminya."Serius Syah. Kamu udah pisah sama Ryan?"Belum sempat Aisyah menjawab pertanyaan Alifah. Tiba-tiba seseorang menyahut dari arah jauh, orang itu tak lain adalah Bu Harti dan Marni."Iya, mereka sudah bercerai dan ini surat dari pengadilan agama" Sahut Marni dengan wajah angkuhnya."Lagian siapa juga laki-laki yang mau mempertahankan wanita seperti Aisyah. Sudah tak punya apa-apa, anak yatim piatu, cuma bisa jadi menantu yang tak ada gunanya doang." Caci Harti. P
"Ibu. Marni. Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Ryan yang baru menghampiri mereka.Ryan menatap Aisyah yang hari ini terlihat berbeda. Wajahnya yang kemarin terlihat lusuh dan kusam, sekarang lebih segar, dan cantik."Mas. Kamu apa-apa sih? Natap janda sok cantik seperti dia sebegitunya? " Tegur Marni cemburu.Ryan tersadar bahwa tatapan begitu menonjol pada mantan istrinya."Aku natap biasa aja kok, Yang" Kilah Ryan."Ryan, kamu harus jaga perasaan istrimu. Dia lagi hamil jadi akan lebih sensitif, lagian ngapain sih? Kamu sudah tidak ada hubungannya lagi sama perempuan gatel ini" Hina Bu Harti."Cukup, Bu. Jangan menghina Aisyah lagi!" Sentak Ryan.Ia tak habis pikir dengan ibunya, dari duku masih belum puas menghina Aisyah.Marni yang mendengar ucapan suaminya, merasa geram, dan emosi" Mas, kamu membela dia, dari pada membela ibu dan istrimu. Ingat Mas aku yang sah menjadi istri sekarang bukan dia."
Hati Ryan semakin panas saat Aisyah, memasuki mobil pria tadi bersama Alifah. Saat mobil akan berjalan wanita itu sama sekali tak mau menatapku.Ryan begitu kecewa, ia yang sudah kebakaran jenggot, saat melihat tatapan biasa saja dari mantan istrinya. Kenangan dan perjuangan yang penuh pengorbanan begitu banyak untuk hidup bersama, namun semua kini lenyap, Ryan sadar kebahagiaannya selama ini terletak pada wanita penyabar itu."Orangnya sudah pergi, Mas." Tegur Marni. Wanita itu saat ini begitu marah pada suaminya yang menatap kepergian Aisyah, ia berlalu pergi dengan kaki di hentakan ke tanah."Ryan, sudah bagus kamu terbebas dari perempuan itu. Ini malah kamu nambah masalah lagi, sudah di kasih hidup enak malah bertingkah, bodoh kamu, Ryan." Ujar Bu Harti."Sekarang kehidupan kalian ada di tangan Marni, Ya? Aduh hidup numpang sama menantu kaya enak kali ya?" Ucap para ibu-ibu di warung."Kenapa, Bu.? Iri sama saya" "Ih siapa juga yang iri sama orang yang hidupnya di tampung mantu.
Setelah sampai di rumah Rama semua turun Rama, berjalan terlebih dahulu memasuki rumah."Assalamualaikum, Bu" Salam mereka. Pada Bu Puspa yang tengah duduk di sofa."Waalaikumsalam" Jawabnya. Namun mata Bu Puspa menangkap bahwa sang putra, berjalan sambil terus tersenyum."Kenapa dengan, Rama? Pagi-pagi sudah senyum-senyum sendiri, kesambet apa itu anak?" Tanya Bu Puspa Pada Aisyah dan Alifah.Alifah pun menjelaskan, bahwa setelah Rama mengetahui bahwa Aisyah sudah berpisah dengan suaminya, Rama malah senyum-senyum sendiri, seakan dia bahagia bahwa sahabatnya ini menjadi janda."Alhamdulillah, akhirnya kamu sudah terlepas dari lelaki itu" Kedua wanita muda itu mengkerut keningnya, saat mendengar ucapan syukur dari bu Puspa."Kok Alhamdulillah, Bu?""Aduh maaf ya, Aisyah. Ibu kelepasan, Alifah tumbenan kamu kemari, ada apa?" Bu Pusp mencoba mengalihkan topik pembicaraan."Alifah mau kasih ini, Bu." Alifah m
"Cieeee... Yang jadi incaran Pak Mahmud" Goda Alifah. saja "Pak Mahmud sat set amat langsung ngajak kawin, Syah" Ucap Alifah terkekeh."Syah kok diam aja, jangan-jangan kamu lagi mikirin mau nerima tawaran Pak Mahmud, Ya? Buat bisa nyaingin si Marni" Tatapan sinis langsung ku layangkan pada Alifah.Namun wanita itu malah semakin menjadi" Aduh aku sakit perut""Berisik ah, kayanya sial banget nasib aku, Fah "Ucapku. Dengan memasang wajah sedih.Alifah yang sedari tadi terkekeh, langsung terdiam, tak lagi menggodaku."Udah jangan sedih lagi, Syah. Baru aja aku senang liat kamu kembali kaya dulu lagi. Aisyah yang ceria, cerdas dan kuat, jangan jadi lemah lagi ya, Syah" Tutur Alifah. Dia memang sahabat sejatiku."Makasih, Fah. Kamu ada di saat aku terjatuh, aku nga tahu kalo nga ada kamu, mungkin aku akan susah untuk bangkit" Ucapku menatapnya."Sama-sama"_____Keesokan harinya. Aku dan Ali
"Syah, beneran kamu nga nga bakal nyesel nolak, Pak Mahmud." Ejek Alifah."Nga, lah. Mending aku jadi janda tua dari pada jadi istri kedua, udah cukup kemarin aku menderita gara-gara hidup di duakan" Ucapku."Aku setuju. Kalo itu di jadikan sebagai pengalaman hidupmu, Syah, tapi aku nga setuju kalau kamu sampai jadi janda tua." Ucap Rama ikut menimpali."Ehh.. Syah lihat deh ini apa?" Tunjuk Alifah pada layar ponselnya.Aku terkejut. Di dalam ponselnya ada rekamanku yang tengah adu mulut dengan Pak Mahmud."Alifahhhh!.." Aku berusaha mengambil ponsel itu, namun Alifah malah berlindung di balik tubuh Rama."Fah, sumpah nga guna ngerekam hal kaya gitu. Hapusss!" Ucapku. Lalu berlari mengelilingi tubuh Rama."Enggak akan" Ujar Alifah sambil menjulirkan lidahnya.Alifah benar-benar membuatku kesal, pantang bagiku menyerah jika rekaman memalukan itu, belum bisa ku hapus.Baju Alifah berhasil kuraih di balik tubuh Rama. Tanpa sadar aku merapatkan tubuhku pada tubuh Rama, membuat pria itu me
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Saat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i