Saat ini wajahku mungkin begitu merah karena malu, sama halnya seperti ibu."Penjaga! Tolong tendang mereka keluar dari sini," titah Bi Ning.Bi Ning yang merasa terganggu dengan ke hadiranku langsung menyuruh orang untuk mengusiriku. Aku di dorong, dan di tarik oleh pria itu hingga keseimbangan tubuhku yang kurang sehingga akan terjatuh. Namun, dengan cepat seseorang datang. Seorang pria tampan, menangkap tubuhku yang akan terjatuh dari belakang.Tatapan kami beradu, mata elang itu seperti pernah aku lihat. Tapi dimana."Siapa itu?!"tanya para tamu."I-tu bukankah Tuan Khaizan," bisik para tamu.Para tamu pun riuh, mereka bersorak memanggil nama Tuan Khaizan."Maaf aku terlambat," Ucap Pria itu."Siapa kamu?" tanyaku. Pria itu langsung melepaskan tubuhku, dan berjalan ke depan lalu mengambil pengeras suara di sana."Perkenalkan saya Adnan Khaizan, suami dari bidadari cantik bernama Puspasari." ujarnya, membuat semuanya terkejut sama seperti aku.Degh!Apa yang di katakan."Tuan K-k
Biarkan mereka masuk, Sandi. Aku masih punya kejutan untukmu, "ucap Bang Adnan dengan senyuman tipis di bibirnya.Wanita dengan perut buncit serta anak perempuan yang di gandengan tangganya itu masuk."Sulis, Susan! Kalian kenapa bisa kesini?" tanya Sandi. Ya, itu nama putri Sandi adalah Susan, itu singkatan dari Sulis dan Sandi."Aku yang membawa mereka ke sini!" ujar Bang Adnan sambil mengangkat dagunya."Jadi begini kelakuanmu selama ini. Pantas saja kamu betah di sini, dan tak mau pernah pulang untuk menengok perkembangan anak kita. Ternyata kamu di sini tengah bersenang-senang menggelar acara dengan wanita m u r * h a n ini," ujar Sulis menatap wajah suaminya."Tu-an." wajah Sandi pias. D ia menatap wajah Bang Adnan dengan melas."Sandi kamu tahu, Pria ini?" tanya Bang Adnan sambil memperlihatkan sebuah poto dirinya yang tengah menyamar.Sandi menggelengkan kepalanya tanda tak tahu siapa orang yang di dalam poto itu."Orang ini adalah aku!" Mata Sandi membulat lebar, jelas dia
"Emang kalau dalaman ayah di jual. Kita bakalan dapat uang yang banyak, Mah?" tanya Susan dengan polosnya."Pasti Sayang. kita nanti bisa beli rumah mobil, dan banyak mainan untukmu." jawab Sulis."Asikkkkkk! Beli mainan. Bapak ayo cepetan kalah Susan mau beli mainan banyak!" teriak gadis kecil itu.Aku menepuk jidatku kencang. ' Ini emaknya bukan sih? Kok ngajarin anak sadis bener.' "Kenapa kamu menikahi putri saya, jika kamu sudah punya istri dan anak, hah? Kamu mau mempermainkannya brengs*k!" sengit Uwa Rosid. Bi Ning yang sedari tadi diam saja ingin melerai perkelahian mereka. Karena di rasa wajah Sandi sudah penuh dengan darah, dan memar. Bi Ning takut jika menantunya itu mati karena ulah suaminya. Dia takut nanti Uwa Rosid akan di penjara, jika sampai membunuh pria yang sudah menipu mereka."Sudah, Pak. Jangan di pukul lagi nanti dia bisa mati, Bapak mau masuk penjara, enggakan?" ujar Bu Ning.Uwa Rosid langsung melepaskan, dan menenangkan dirinya."Sekarang saya minta kamu ta
Saya ada kejutan untukmu." ujar Bang Adnan."Kejutan? Kejutan apa, Tuan?" ucap Wulan mendayu- dayu.Aku langsung mencabbikkan bibirku saat Bang Adnan berucap sangat manis pada wanita lain. Dasar laki-laki semua sama.Bang Adnan memanggil beberapa bodyguardnya untuk maju. Dia mengeluarkan amplop coklat, lalu menyuruh mereka membagikan amplop itu pada semua tamu.Semua mendapatkan amplop yang entah isinya apa. Namun, raut wajah para tamu apalagi Uwa Rosid, Bi Ning dan Wulan begitu bahagia, karena mereka mendapatkan amplop paling tebal dari tamu-tamu yang lain."Apa semua sudah dapat?" tanya Bang Adnan dengan memakai pengeras suara."Sudah! ..." ucap Para tamu serempak."Dalam hitungan ketiga. Kalian bisa membuka amplop itu, Paham!" ujar Bang Adnan."Satu--," Bang Adnan sudah mulai menghitung, terlihat raut wajah para tamu tak sabaran ingin membuka amplop itu.'Ah mungkin isi amplop itu uang kali ya?' tanya Batinku."Dua---- Ti-ga! Buka amplopnya," Seru Bang Adnan.Semua orang tergesa me
"Biarkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Adnan Khaizan, putra sulung dari ibu Arora dan Martin Khaizan." terang Bang Adnan.Mata kedua suami istri itu membulat terkejut, termasuk dengan Puspa dan ibunya."Pak.." lirih Bi Ning."Kenapa jadi seperti ini. Aku kira putri kita yang menikah dengan Sultan. Namun, kenyataannya si Puspa yang di nikahi Sultan asli Khaizan." Gumam Bi Ning pada suaminya."Iya, Bu." jawab Uwa Rosid lirih."Ku kira jadi Sultan, eh ternya cuma khayalan, Ha Ha Ha" tiba-tiba Irpan masuk.Bi Ning yang tak menerima kenyataan. Tuba-tiba juga darahnya tingginya naik. Bibirnya, dan tangganya jadi bengkok, dan struk.Uwa Rosid yang cemas, langsung menggendongnya lalu berlari keluar menuju rumah sakit.Sedangkan tamu dari desa, masih berpandangan-pandangan. Entah apa yang mereka harus lakukan saat ini."Baik semua, mari kita mulai kembali acaranya." ujar Bang Adnan pada para tamu."Silahkan di nikmati makanan yang tersaji," ujar Irpan."Bang, sukses nih kejutannya?" tany
Karena cinta, kalau tidak ngapain Abang pake nyamar-nyamar gitu." jawabnya."Maksudnya bagaimana sih Bang? Bukanya tanpa menyamar juga Abang bisa deketin Adek?"tanyaku."Ya bisa, tapi emang Adek mau gak deket sama Abang. Setelah adek tahu abang siapa?" tanyanya menatapku.'Bener juga. Kalau Bang Adnan tak menyamar mungkin aku langsung minder, dan mundur alon-alon kayanya.Aku pasti berpikir emang aku siapa, bisa dideketin sultan."Tapi Abang gak nyesel nikah sama Adek. Adek ini wanita kampung, loh Bang?""Sutt, Gak boleh berbicara begitu, semua derajat wanita itu mulia. Tak pandang mau wanita itu dari kampung atau kota," ujar Bang Adnan, begitu membuat hatiku merasa tenang, dan berbunga."Tapi--.."Cupp!Mulutku langsung di bungkam oleh bibir Bang Adnan.'Busett nih laki sultan main nyosor-nyosor aja.'Gak tahu apa? Kalau aku bisa kejang-kejang di cium olehnya tiba-tiba.Malam hari semua orang di minta untuk berkumpul dan duduk di meja makan yang sudah banyak makanan lezat yang telah t
"G****e!" Teriakku tanpa sadar, aku segera menutup mulutku. Semoga saja tidak ada orang yang mendengar tadi."Kenapa tidak dari tadi saja aku mencari tahu di sana"Gumamku.Aku mengambil ponsel dan langsung mengklik aplikasinya."Halo, G****e. Bagaimana tata cara melakukan malam pertama?" Tanyaku pada G****e dengan mengunakan voice.Aku membaca hasil dari pencarian.1. Mandi lalu berwudhu2. Lalu kenakan pakaian seksi3. Berdandan cantik dll.Setelah membaca semua kisi-kisi soal ujian aku langsung bergegas mengambil handuk, lalu mandi di dalam kamar mandi.Aku memakai semua wangi-wangian dan melulur tubuhku sampai bersih putih mengkilap, sehingga kulit badanku terasa kenyal dan putih seperti mie tiau.Setelah melakukan berbagai macan ritual, aku mengambil wudhu terlebih dahulu sebelum keluar kamar mandi.Aku tersenyum lebar, malam ini aku benar-benar memilih pakaian yang menurutku paling seksi.Baju tipis dan kurang bahan, yang menjadi pilihanku. Dress santin warna merah menantang tanpa
Heh, mau saya laporkan kamu. Biar kamu di pecat dari tempat ini, dan hidup menjadi gelandangan di jalan!" seru Siska, wanita itu sedari dulu sama sekali tak terima sebuah penolakan."Silahkan laporkan saja. Saya tidak takut, Mbak." ujar Ayu~pelayan toko kali ini ia sedikit berani.Aku yang sekarang merasa harus membela Ayu yang tengah di paksa untuk melayani oleh wanita sundel bolong ini."Mbak, kalau mbaknya ini gak mau yang jangan di paksa." belaku.Wajah Siska, dan Mia langsung memerah mendengar ucapanku."Heh, cewek sok cantik, sok kaya, lu dari desa mana?" tanya Siska dengan nada meremehkan padaku."Gue dari DESA MATI! Mau apa emang lu? Mau gue bawain demit di sana," jawabku.Ayu yang mendengar ucapanku, terlihat sekuat tenaga menahan tawanya."Gini nih kebiasaan cewek kampung. Mainnya sama demit dan pelet," cibir Mia padaku."Mending gue! Daripada lu mainannya sama om-om," balasku, sambil memamerkan senyum sinis pada mereka."Apa lu bilang?" desis Siska, dan Mia tak terima."Das