"Biarkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Adnan Khaizan, putra sulung dari ibu Arora dan Martin Khaizan." terang Bang Adnan.Mata kedua suami istri itu membulat terkejut, termasuk dengan Puspa dan ibunya."Pak.." lirih Bi Ning."Kenapa jadi seperti ini. Aku kira putri kita yang menikah dengan Sultan. Namun, kenyataannya si Puspa yang di nikahi Sultan asli Khaizan." Gumam Bi Ning pada suaminya."Iya, Bu." jawab Uwa Rosid lirih."Ku kira jadi Sultan, eh ternya cuma khayalan, Ha Ha Ha" tiba-tiba Irpan masuk.Bi Ning yang tak menerima kenyataan. Tuba-tiba juga darahnya tingginya naik. Bibirnya, dan tangganya jadi bengkok, dan struk.Uwa Rosid yang cemas, langsung menggendongnya lalu berlari keluar menuju rumah sakit.Sedangkan tamu dari desa, masih berpandangan-pandangan. Entah apa yang mereka harus lakukan saat ini."Baik semua, mari kita mulai kembali acaranya." ujar Bang Adnan pada para tamu."Silahkan di nikmati makanan yang tersaji," ujar Irpan."Bang, sukses nih kejutannya?" tany
Karena cinta, kalau tidak ngapain Abang pake nyamar-nyamar gitu." jawabnya."Maksudnya bagaimana sih Bang? Bukanya tanpa menyamar juga Abang bisa deketin Adek?"tanyaku."Ya bisa, tapi emang Adek mau gak deket sama Abang. Setelah adek tahu abang siapa?" tanyanya menatapku.'Bener juga. Kalau Bang Adnan tak menyamar mungkin aku langsung minder, dan mundur alon-alon kayanya.Aku pasti berpikir emang aku siapa, bisa dideketin sultan."Tapi Abang gak nyesel nikah sama Adek. Adek ini wanita kampung, loh Bang?""Sutt, Gak boleh berbicara begitu, semua derajat wanita itu mulia. Tak pandang mau wanita itu dari kampung atau kota," ujar Bang Adnan, begitu membuat hatiku merasa tenang, dan berbunga."Tapi--.."Cupp!Mulutku langsung di bungkam oleh bibir Bang Adnan.'Busett nih laki sultan main nyosor-nyosor aja.'Gak tahu apa? Kalau aku bisa kejang-kejang di cium olehnya tiba-tiba.Malam hari semua orang di minta untuk berkumpul dan duduk di meja makan yang sudah banyak makanan lezat yang telah t
"G****e!" Teriakku tanpa sadar, aku segera menutup mulutku. Semoga saja tidak ada orang yang mendengar tadi."Kenapa tidak dari tadi saja aku mencari tahu di sana"Gumamku.Aku mengambil ponsel dan langsung mengklik aplikasinya."Halo, G****e. Bagaimana tata cara melakukan malam pertama?" Tanyaku pada G****e dengan mengunakan voice.Aku membaca hasil dari pencarian.1. Mandi lalu berwudhu2. Lalu kenakan pakaian seksi3. Berdandan cantik dll.Setelah membaca semua kisi-kisi soal ujian aku langsung bergegas mengambil handuk, lalu mandi di dalam kamar mandi.Aku memakai semua wangi-wangian dan melulur tubuhku sampai bersih putih mengkilap, sehingga kulit badanku terasa kenyal dan putih seperti mie tiau.Setelah melakukan berbagai macan ritual, aku mengambil wudhu terlebih dahulu sebelum keluar kamar mandi.Aku tersenyum lebar, malam ini aku benar-benar memilih pakaian yang menurutku paling seksi.Baju tipis dan kurang bahan, yang menjadi pilihanku. Dress santin warna merah menantang tanpa
Heh, mau saya laporkan kamu. Biar kamu di pecat dari tempat ini, dan hidup menjadi gelandangan di jalan!" seru Siska, wanita itu sedari dulu sama sekali tak terima sebuah penolakan."Silahkan laporkan saja. Saya tidak takut, Mbak." ujar Ayu~pelayan toko kali ini ia sedikit berani.Aku yang sekarang merasa harus membela Ayu yang tengah di paksa untuk melayani oleh wanita sundel bolong ini."Mbak, kalau mbaknya ini gak mau yang jangan di paksa." belaku.Wajah Siska, dan Mia langsung memerah mendengar ucapanku."Heh, cewek sok cantik, sok kaya, lu dari desa mana?" tanya Siska dengan nada meremehkan padaku."Gue dari DESA MATI! Mau apa emang lu? Mau gue bawain demit di sana," jawabku.Ayu yang mendengar ucapanku, terlihat sekuat tenaga menahan tawanya."Gini nih kebiasaan cewek kampung. Mainnya sama demit dan pelet," cibir Mia padaku."Mending gue! Daripada lu mainannya sama om-om," balasku, sambil memamerkan senyum sinis pada mereka."Apa lu bilang?" desis Siska, dan Mia tak terima."Das
Di sana sudah ada Ibu Arora, Bang Adnan, irpan. Sementara ibuku semalam izin pulang ke kampung kami, karena harus tetap membuka toko sembako ku di sana. Padahal aku tahu beliau pasti tak nyaman dan tidak biasa tinggal di rumah mewah ini.Bu Arora awalnya keberatan atas ke pulang ibuku. Namun, ibuku kekeh meminta pulang, dan akhirnya ibu pulang di antarkan oleh beberapa supir serta orang suruhan Bu Arora.Nampaknya semua orang tengah menunggu, aku memaksakan kakiku agar lebih cepat. Walaupun inti tubuh terasa perih.Saat melihat kehadiranku semua mata tertuju padaku. Mereka menatapku aneh,dari ujung kaki, dan kepala. Mereka tak henti memandangku dengan penuh arti.' Pasti mereka tengah melihat rambut basahku yang tergerai, dan juga cara berjalan ku ini.' ucapku. Sku lupa tak mengeringkan rambut terlebih dahulu, mengunakan pengering rambut yang berada di kamar. "Kalian pasti sangat letih semalaman," goda Bu Arora memamerkan senyumannya.Aku menoleh pada Bang Adnan, pria itu hanya men
"Nyonya, tolong maafkan kami. Kami tidak tahu bahwa wanita ini menantu anda, tolong maafkan kesalahan kami." ucap pria manajer itu pada ibu Arora.Pria itu pias gemetaran memohon pada Bu Arora. Sedangkan ke angkuhnya yang tadi hilang entah kemana."Nasibmu, dan tokomu ada pada keputusan menantu saya. Kalian harus minta maaf kepadanya bukan kepada saya," ujar Bu Arora menatapku.Aku menelan salivaku dengan susah payah."Apa maksud, Tante?" tanya Siska."Bisa-bisanya cewek kampung seperti dia, bisa menentukan nasib seseorang?" timpal Mia.Kedua wanita itu terlihat tak bisa menerima kekalahan."Diam kalian!" bentak Bu Arora.Siska dan Mia langsung membungkam mulut mereka masing-masing."Oh, jadi kalian tidak mau meminta maaf pada menantuku. Baiklah besok saya akan urus surat pengeluaran tokomu, dan satu lagi jangan harap toko ini akan terima masuk mall lain." ancam Bu Arora, pria itu terlihat cemas, tubuh langsung tersentak kaget."Jangan nyonya!" histeris pria itu."Lalu tunggu apalagi?
"Kurang? Ini kita udah kaya jualan baju keliling mall Mah, kasihan mereka." ucapku menujuk Ayu, dan pelayan toko tadi yang di minta Bu Arora untuk ikut berkeliling dan merampok toko di mall ini.Aku kasihan pada mereka, wajah mereka nampak kelelahan sekali."Oke, tapi satu toko lagi. Soalnya Adnan pesan Mamah harus wajib belikan pakaian ini untuk koleksi malam," ujar Bu Arora sambil tersenyum.Aku mengerutkan keningku, koleksi malam."Pakaian apa, Mah?" tanyaku bingung.Bu Arora langsung menarik tanganku untuk memasuki satu toko lagi.Degh, wajahku langsung memerah setelah tahu toko apa ini.Bersambung""M-ah, kayaknya kita s-salah masuk to-toko deh?" tanyaku gugup pada Bu Arora."Ya enggak lah, justru pakaian ini yang wajib kita beli." goda Bu Arora.Aku memalingkan wajahku malu.'Sumpah ini laki ngapain beli beginian? Mana sama mertua lagi' runtukku dalam hati pada Bang Adnan."Mbak tolong bawakan beberapa stel kaya gini. Tapi, yang paling seksi, dan bikin masuk angin!" perintah Bu
Tok! Tok! Tok!Pintu kamar di ketuk oleh seseorang di luar.Apa mungkin itu bang Adnan yang mengetuk pintu, aku menarik nafas panjang lalu dengan malas menuju pintu untuk membukanya.Ceklek."Mamah, ada apa Mah?" tanyaku saat membuka pintu.Aku kira tadi adalah bang Adnan ternyata bu Arora yang mengetuk pintu, harusnya mulai sekarang aku belajar bahwa tak perlu terlalu berharap dengan dia lagi."Sayang, Ayu bilang kamu kurang enak badan ya?" tanya bu Arora khawatir."Enggak kok mah, aku baik-baik aja" jawabku."Mamah takut kamu ga enak badan gara-gara kelamaan belanja tadi" ucap bu Arora cemas."Makasih ya mah, sudah mau perhatian padaku" ucapku sambil tersenyum."Ah kamu ini sudah Mamah anggap anak Mamah sendiri, jadi wajar Mamah perhatian" ujar Bu Arora.Aku cukup tersentuh mendengar tutur katanya."Oh ya, jangan lupa itu baju malamnya di pake, oke" pinta bu Arora."Insyaallah mah" jawabku."Mandi dan dandan yang cantik" pinta bu Arora."I-ya Mah" jawabku."Harus pokoknya. Ya sudah