"Bisa jadi Bu Ning malu ngakuin saudaranya yang modelnya kaya begini," ejek Bu Dewi.Semua ibu-ibu tertawa mengejek padaku."Bu, mau tanya boleh?" ujarku."Apa?" ujar mereka dengan wajah meremehkan."Kalo boleh tahu ibu-ibu ini, mau pada ngelenong dimana?"tanyaku sambil terkekeh.Raut wajah ibu-ibu yang tadi merasa menang langsung masam. Aku tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah mereka misuh-misuh dengan dandanan seperti lenong."Heh Puspa, kami ini mau datang keacara pernikahan yang mewah. Mana ada yang ngelenong di sana" ucap Bu Dewi sengit."Abis itu muka merah-merah kaya abis di gebukin. Jadi saya pikir kalian pada mau ngelenong," ucapku."Assalamualaikum, selamat pagi Bu." tiba-tiba seorang pria berpakaian ala ala bodyguard datang ke rumahku."Waalaikumsalam, s-iang juga." ujarku, dan ibu yang lain terlihat tercengang atas ke hadiran kedua orang ini.'Ini dua orang mau ngapain kesini ya?' tanya batinku."Apa benar ini dengan Non, Puspa?" yanya mereka."Non?" sentak para ibu-
Saat ini wajahku mungkin begitu merah karena malu, sama halnya seperti ibu."Penjaga! Tolong tendang mereka keluar dari sini," titah Bi Ning.Bi Ning yang merasa terganggu dengan ke hadiranku langsung menyuruh orang untuk mengusiriku. Aku di dorong, dan di tarik oleh pria itu hingga keseimbangan tubuhku yang kurang sehingga akan terjatuh. Namun, dengan cepat seseorang datang. Seorang pria tampan, menangkap tubuhku yang akan terjatuh dari belakang.Tatapan kami beradu, mata elang itu seperti pernah aku lihat. Tapi dimana."Siapa itu?!"tanya para tamu."I-tu bukankah Tuan Khaizan," bisik para tamu.Para tamu pun riuh, mereka bersorak memanggil nama Tuan Khaizan."Maaf aku terlambat," Ucap Pria itu."Siapa kamu?" tanyaku. Pria itu langsung melepaskan tubuhku, dan berjalan ke depan lalu mengambil pengeras suara di sana."Perkenalkan saya Adnan Khaizan, suami dari bidadari cantik bernama Puspasari." ujarnya, membuat semuanya terkejut sama seperti aku.Degh!Apa yang di katakan."Tuan K-k
Biarkan mereka masuk, Sandi. Aku masih punya kejutan untukmu, "ucap Bang Adnan dengan senyuman tipis di bibirnya.Wanita dengan perut buncit serta anak perempuan yang di gandengan tangganya itu masuk."Sulis, Susan! Kalian kenapa bisa kesini?" tanya Sandi. Ya, itu nama putri Sandi adalah Susan, itu singkatan dari Sulis dan Sandi."Aku yang membawa mereka ke sini!" ujar Bang Adnan sambil mengangkat dagunya."Jadi begini kelakuanmu selama ini. Pantas saja kamu betah di sini, dan tak mau pernah pulang untuk menengok perkembangan anak kita. Ternyata kamu di sini tengah bersenang-senang menggelar acara dengan wanita m u r * h a n ini," ujar Sulis menatap wajah suaminya."Tu-an." wajah Sandi pias. D ia menatap wajah Bang Adnan dengan melas."Sandi kamu tahu, Pria ini?" tanya Bang Adnan sambil memperlihatkan sebuah poto dirinya yang tengah menyamar.Sandi menggelengkan kepalanya tanda tak tahu siapa orang yang di dalam poto itu."Orang ini adalah aku!" Mata Sandi membulat lebar, jelas dia
"Emang kalau dalaman ayah di jual. Kita bakalan dapat uang yang banyak, Mah?" tanya Susan dengan polosnya."Pasti Sayang. kita nanti bisa beli rumah mobil, dan banyak mainan untukmu." jawab Sulis."Asikkkkkk! Beli mainan. Bapak ayo cepetan kalah Susan mau beli mainan banyak!" teriak gadis kecil itu.Aku menepuk jidatku kencang. ' Ini emaknya bukan sih? Kok ngajarin anak sadis bener.' "Kenapa kamu menikahi putri saya, jika kamu sudah punya istri dan anak, hah? Kamu mau mempermainkannya brengs*k!" sengit Uwa Rosid. Bi Ning yang sedari tadi diam saja ingin melerai perkelahian mereka. Karena di rasa wajah Sandi sudah penuh dengan darah, dan memar. Bi Ning takut jika menantunya itu mati karena ulah suaminya. Dia takut nanti Uwa Rosid akan di penjara, jika sampai membunuh pria yang sudah menipu mereka."Sudah, Pak. Jangan di pukul lagi nanti dia bisa mati, Bapak mau masuk penjara, enggakan?" ujar Bu Ning.Uwa Rosid langsung melepaskan, dan menenangkan dirinya."Sekarang saya minta kamu ta
Saya ada kejutan untukmu." ujar Bang Adnan."Kejutan? Kejutan apa, Tuan?" ucap Wulan mendayu- dayu.Aku langsung mencabbikkan bibirku saat Bang Adnan berucap sangat manis pada wanita lain. Dasar laki-laki semua sama.Bang Adnan memanggil beberapa bodyguardnya untuk maju. Dia mengeluarkan amplop coklat, lalu menyuruh mereka membagikan amplop itu pada semua tamu.Semua mendapatkan amplop yang entah isinya apa. Namun, raut wajah para tamu apalagi Uwa Rosid, Bi Ning dan Wulan begitu bahagia, karena mereka mendapatkan amplop paling tebal dari tamu-tamu yang lain."Apa semua sudah dapat?" tanya Bang Adnan dengan memakai pengeras suara."Sudah! ..." ucap Para tamu serempak."Dalam hitungan ketiga. Kalian bisa membuka amplop itu, Paham!" ujar Bang Adnan."Satu--," Bang Adnan sudah mulai menghitung, terlihat raut wajah para tamu tak sabaran ingin membuka amplop itu.'Ah mungkin isi amplop itu uang kali ya?' tanya Batinku."Dua---- Ti-ga! Buka amplopnya," Seru Bang Adnan.Semua orang tergesa me
"Biarkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Adnan Khaizan, putra sulung dari ibu Arora dan Martin Khaizan." terang Bang Adnan.Mata kedua suami istri itu membulat terkejut, termasuk dengan Puspa dan ibunya."Pak.." lirih Bi Ning."Kenapa jadi seperti ini. Aku kira putri kita yang menikah dengan Sultan. Namun, kenyataannya si Puspa yang di nikahi Sultan asli Khaizan." Gumam Bi Ning pada suaminya."Iya, Bu." jawab Uwa Rosid lirih."Ku kira jadi Sultan, eh ternya cuma khayalan, Ha Ha Ha" tiba-tiba Irpan masuk.Bi Ning yang tak menerima kenyataan. Tuba-tiba juga darahnya tingginya naik. Bibirnya, dan tangganya jadi bengkok, dan struk.Uwa Rosid yang cemas, langsung menggendongnya lalu berlari keluar menuju rumah sakit.Sedangkan tamu dari desa, masih berpandangan-pandangan. Entah apa yang mereka harus lakukan saat ini."Baik semua, mari kita mulai kembali acaranya." ujar Bang Adnan pada para tamu."Silahkan di nikmati makanan yang tersaji," ujar Irpan."Bang, sukses nih kejutannya?" tany
Karena cinta, kalau tidak ngapain Abang pake nyamar-nyamar gitu." jawabnya."Maksudnya bagaimana sih Bang? Bukanya tanpa menyamar juga Abang bisa deketin Adek?"tanyaku."Ya bisa, tapi emang Adek mau gak deket sama Abang. Setelah adek tahu abang siapa?" tanyanya menatapku.'Bener juga. Kalau Bang Adnan tak menyamar mungkin aku langsung minder, dan mundur alon-alon kayanya.Aku pasti berpikir emang aku siapa, bisa dideketin sultan."Tapi Abang gak nyesel nikah sama Adek. Adek ini wanita kampung, loh Bang?""Sutt, Gak boleh berbicara begitu, semua derajat wanita itu mulia. Tak pandang mau wanita itu dari kampung atau kota," ujar Bang Adnan, begitu membuat hatiku merasa tenang, dan berbunga."Tapi--.."Cupp!Mulutku langsung di bungkam oleh bibir Bang Adnan.'Busett nih laki sultan main nyosor-nyosor aja.'Gak tahu apa? Kalau aku bisa kejang-kejang di cium olehnya tiba-tiba.Malam hari semua orang di minta untuk berkumpul dan duduk di meja makan yang sudah banyak makanan lezat yang telah t
"G****e!" Teriakku tanpa sadar, aku segera menutup mulutku. Semoga saja tidak ada orang yang mendengar tadi."Kenapa tidak dari tadi saja aku mencari tahu di sana"Gumamku.Aku mengambil ponsel dan langsung mengklik aplikasinya."Halo, G****e. Bagaimana tata cara melakukan malam pertama?" Tanyaku pada G****e dengan mengunakan voice.Aku membaca hasil dari pencarian.1. Mandi lalu berwudhu2. Lalu kenakan pakaian seksi3. Berdandan cantik dll.Setelah membaca semua kisi-kisi soal ujian aku langsung bergegas mengambil handuk, lalu mandi di dalam kamar mandi.Aku memakai semua wangi-wangian dan melulur tubuhku sampai bersih putih mengkilap, sehingga kulit badanku terasa kenyal dan putih seperti mie tiau.Setelah melakukan berbagai macan ritual, aku mengambil wudhu terlebih dahulu sebelum keluar kamar mandi.Aku tersenyum lebar, malam ini aku benar-benar memilih pakaian yang menurutku paling seksi.Baju tipis dan kurang bahan, yang menjadi pilihanku. Dress santin warna merah menantang tanpa
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Saat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i