Home / Thriller / POLIGRAF / Pembebasan

Share

Pembebasan

Author: Biru Gerimis
last update Last Updated: 2023-01-21 22:09:21

Herli menepikan mobilnya di depan sebuah rumah makan yang bertatap muka dengan laut. Sepuluh mobil hitam yang mengikutinya selama perjalanan berserakan mencari tempat parkir masing-masing, tempat yang bisa memantau langsung keadaan di markas tapi tidak dianggap mencurigakan.

Walaupun masih agak bingung, sekaligus mulai murka karena Herli justru singgah di rumah makan saat mereka harus menyelamatkan Neta secepatnya, Citra ikut turun dari mobil, disusul oleh Fikri yang mempertontonkan ekspresi yang persis sama.

Sepertinya tidak berniat memberikan penjelasan apapun kepada para penumpangnya, Herli langsung memasuki rumah makan, melewati area yang disesaki oleh meja kursi dan hanya dihuni oleh dua pengunjung saat itu, yang memberi Herli tatapan bertanya, terus ke arah ruang pegawai di belakang.

Santai saja, seolah Herli tengah mengunjungi rumahnya sendiri, ia menaiki tangga besi yang terletak di samping pintu ruang ganti pegawai, masih dibayangi oleh Citra dan Fikri, yan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • POLIGRAF   Jendela

    "Jendelanya tertutup. Tidak ada tempat mengintip, jadi saya tidak tahu bagaimana keadaan di dalam."Neta mendengar suara preman pertama di depan pintunya. Walaupun berisiko tinggi meninggalkan sisi tempat tidur yang merupakan lokasi strategis untuk bertahan, ia tetap melakukan itu demi menutup jendela. Untung saja si preman kedua pun tidak mendobrak lagi, sehingga benda-benda di belakang pintu masih tergeletak di tempatnya."Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Preman kedua kedengaran bertanya, yang disambut dengan kesenyapan sesaat."Mungkin kita harus berusaha lebih kuat lagi mendobrak pintu ini. Cewek itu mungkin tidur dan sengaja meletakkan barang-barang di belakang pintu supaya tidak mudah dibuka."Sebagai respons, preman kedua memasang kuda-kuda dan mengarahkan bahu kirinya untuk bertatap muka dengan pintu."Satu, dua, tiga!"Preman kedua menghitung dan, mengikuti arahannya, preman pertama menubrukkan bahu kanannya ke pintu. Suara seper

    Last Updated : 2023-01-23
  • POLIGRAF   Menuju

    Begitu mendengar ucapan Profesor Gani, Kila dan Kala langsung berlari keluar dari ruang rekaman interogasi, diikuti dengan bingung oleh Sakil, tak memedulikan lagi apa yang terjadi antara AKBP Neco dan Profesor Gani setelah itu."Kalian mau ke mana?"Sakil berhasil bertanya dengan cara menahan pintu mobil yang baru saja akan ditutup oleh Kila."Menjemput Neta."Kila menjawab sambil menarik pintu mobilnya yang ditahan Sakil, tapi Sakil masih ngotot mencengkeramnya."Buat apa jemput Neta? Apa kaitannya dengan kasus ayahnya?"Melepaskan tangan dari pintu mobilnya, Kila memberi Sakil tatapan tidak percaya."Kamu benar-benar tidak tahu, Sakil? Bukannya kamu juga ada di rumah makan XX waktu itu? Yang membunuh Lavi sebenarnya adalah Neta, itulah alasan Profesor Gani menyembunyikannya. Kalau kami berhasil menjemput Neta, Fatih bisa lepas dari tuduhan. Jadi, minggir sekarang!"Dengan satu sentakan, Kila merenggut pintu mobil dari tangan Sakil dan segera m

    Last Updated : 2023-01-24
  • POLIGRAF   Suara

    "Ada suara dari dalam kamar itu, seperti orang yang sedang mencari-cari sesuatu. Mungkin itu sebabnya kamarnya seberantakan itu."Fikri berujar sambil mengikuti Herli dan Citra menyeberangi ruangan, mendekati kamar yang menarik perhatian mereka."Itu bukan kamar Neta, kan?"Pertanyaan yang dibalut nada ketakutan melompat dari mulut Citra. Merasakan keresahan anaknya, Fikri menyentuh lembut bahu Citra, mencoba menenangkan. Herli diam saja. Ia lebih memfokuskan diri untuk bersiap menghadapi serangan yang mungkin saja datang. Bisa saja ada preman yang lolos dari gempuran anggotanya dan bersembunyi di sekitar situ, memilihnya sebagai korban.Semakin dekat ke kamar itu, suara-suara yang dimaksud Fikri semakin jelas tertangkap. Sepertinya di kamar itu bukan hanya satu orang. Apa yang mereka cari sampai merasa perlu memorak-porandakan pintu begini?Pelan-pelan Herli meletakkan tangannya di pintu dan menguaknya. Cengkeraman Fikri dan Citra terasa erat di lengan

    Last Updated : 2023-01-25
  • POLIGRAF   Plafon

    Neta terbangun mendengar jeritan yang mencengangkan itu. Ia menengok kanan kiri, namun yang menyambutnya adalah ruang persegi empat yang gelap. Sesaat ia bingung kenapa bisa terdampar di tempat agak sempit dan suram itu, tapi ingatan tentang apa yang ia lakukan kurang lebih tiga puluh menit sebelumnya menghantam jidatnya dan ketakutan kembali membungkus tubuhnya.Bugh! Bugh! Bugh!Bunyi erangan itu disusul dengan cepat oleh suara seperti pukulan. Mencoba menggerakkan badannya yang agak kaku karena ketiduran dalam keadaan duduk, Neta beringsut sedikit dari posisinya menuju celah yang mengirimkan cahaya ke tempatnya.Bertumpu pada lututnya, Neta merendahkan kepala dan mengintip. Dari lokasinya ia bisa melihat puncak kepala seorang pria yang kelihatannya sedang terduduk dan menunduk. Mata Neta membeliak saat penampakan tiga tubuh berotot yang terkapar di lantai juga masuk dalam penglihatannya dan sosok pria lain yang tengah berdiri di sampingnya."Herli!"Mata

    Last Updated : 2023-01-26
  • POLIGRAF   Terlambat

    "Sepertinya kita terlambat, Kak. Sudah ada yang duluan datang kemari."Kala mengamati pintu pagar yang sudah bergantung tak berdaya pada engselnya, berkibar-kibar lesu diterpa angin laut. Sejak mendekati tempat itu dan melihat tak ada penjaga, Kala sudah was-was. Ternyata kecurigaannya benar, ada orang lain yang mendahului mereka menemukan lokasi ini.Kila hanya mengangguk singkat sebagai respons dan melewati Kala yang masih agak kecewa menuju halaman. Ia nyaris terjerembab dan mendekap tanah saat kakinya tidak sengaja tersandung sesosok tubuh berotot yang tertelungkup di tanah, di samping mobil hitam yang terparkir. Walaupun sudah dapat mereka-reka siapa yang tengah terkapar itu hanya dari bentuk badannya, Kila berjongkok juga di sampingnya."Ini salah satu preman sewaan Profesor Gani."Kala mendekati kakaknya dan ikut berjongkok. Ia berusaha membalikkan badan preman itu dan setelah berkali-kali upaya yang gagal, di percobaan ke-sembilan akhirnya preman itu mem

    Last Updated : 2023-01-27
  • POLIGRAF   Lorong

    Pemuda itu kekar. Postur tubuhnya tidak beda jauh dengan preman anak buah Bento. Tapi, tidak seperti para preman itu, tetap saja tidak ada kebengisan yang tampak dari wajahnya.Duduk diam dalam selnya setelah malam yang tidak riang, dengan penampakan yang sama sekali bukan dirinya, Profesor Gani tidak sanggup menyuruh matanya berpindah dari sosok Fatih yang bersemayam dua sel dari tempatnya.Walaupun ingin, ia tidak bisa berhenti memelototi orang yang telah ditumbalkan olehnya dan Neta. Bukan karena rasa bersalah sudah bercokol di hatinya, tapi karena lebih pada penasaran manusia seperti apa yang menjadi korban konspirasinya dengan anaknya.Fatih sendiri, setelah mengetahui bahwa Profesor Gani kini berbagi ruang tahanan bersamanya, setengah hidup menahan godaan agar tidak memproduksi keributan. Ia tidak ingin memberi para polisi itu alasan lain buat memperberat hukumannya, untuk kekejaman yang tidak dilakukannya. Fatih sudah cukup resah karena tanggal sidang semakin

    Last Updated : 2023-01-28
  • POLIGRAF   Cucu

    "Kamu sedang senang, ya? Dari tadi Ayah perhatikan kamu selalu tersenyum, wajahmu juga riang."Citra mengangkat tatapannya dari piring di hadapannya, berpura-pura cemberut sebagai respons untuk ucapan ayahnya, kemudian disambung dengan cengiran. Fikri yang sudah lama tidak melihat anaknya sesenang itu ikut tersenyum."Ayah ini pura-pura tidak tahu, ya? Tentu saja saya gembira karena Neta telah bersama kita lagi. Saya tidak peduli dengan yang lain, termasuk nasib Gani sekarang. Oh ya Ayah, hari ini mau ke kantor polisi liat Gani?"Tidak langsung menjawab, Fikri memilih menyuapkan dulu makanan ke dalam mulutnya, mengunyah beberapa detik, lalu menelannya."Haruskah? Apa urusanku jika yang ditangkap itu benar-benar pria brengsek itu atau bukan? Toh, yang paling penting adalah Neta telah kembali pada kita."Citra membatu sesaat melihat ayahnya tidak sepeduli itu pada orang yang masih berstatus sebagai suaminya. Namun, mengingat semua yang telah Profesor Gani laku

    Last Updated : 2023-01-30
  • POLIGRAF   Penasaran

    Kala beranjak dari sisi brankar Ibad dengan wajah prihatin. Sudah hampir sepekan polisi itu koma. Walaupun Profesor Gani dan Bento, sebagai pihak yang bersalah di sini, telah ditangkap, namun Ibad belum juga bangun. Kala tahu dirinya akan tampak bodoh jika percaya bahwa penangkapan dua orang itu akan membuat Ibad siuman, tapi tidak ada salahnya ia berharap, kan?Setelah pamit pada ibu Ibad yang kelihatan puluhan tahun lebih tua dibandingkan terakhir kali Kala melihatnya, ia membuka pintu kamar perawatan Ibad dan nyaris bertabrakan dengan seseorang yang tergesa-gesa melintasi koridor rumah sakit. Tidak ingin sakit kepala menggempurnya karena tidak sengaja menyentuh manusia itu, siapa tahu ia baru sudah berbohong, Kala cepat-cepat mundur kembali ke dalam ruangan."Iya, iya, tunggu! Saya akan segera ke sana!"Meskipun sekelebat, Kala masih sempat menangkap kalimat yang melompat dari mulut orang itu dan ia merasa pernah mendengar suara itu entah di mana.Sambil meme

    Last Updated : 2023-01-31

Latest chapter

  • POLIGRAF   Kehidupan

    Kila dan gerombolannya yang terdiri dari Kala, Pita, Tita, ibu Fatih, ibu Lavi, dan ibu Neta menunggu di depan pintu utama gedung pengadilan. Beberapa meter dari tempat mereka berdiri, bercokol puluhan reporter dari berbagai media, baik koran, radio, atau daring seantero Kota Ryha, siaga menunggu kemunculan bintang utama sidang lanjutan kasus pembunuhan di bukit yang baru saja selesai digelar."Kok lo nggak ikutan gabung dengan para reporter di sana, Tita? Lagi malas kerja, ya? Ntar keduluan mereka cetak hot news loh!"Tita melirik saja kawanan yang dimaksud kakaknya dengan gestur nyaris tidak peduli."Biarin aja. Gue udah ajakin mereka buat gali lebih dalam kasus ini dan mereka nggak mau. Giliran Neta buat pengakuan aja mereka baru kalang kabut. Gue punya bahan berita yang lebih banyak dari mereka, gue kan ngikutin kasus ini dari awal. Tenang aja Kak, gue bakal pasang foto lo yang cantik di media daring gue."Mata Pita membulat riang mendengar janji adiknya. Ia kemu

  • POLIGRAF   Sidang Lanjutan

    "Sebenarnya, saya ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."Hadirin sidang lanjutan kasus pembunuhan di bukit, yang lebih membludak daripada sebelumnya, tiba-tiba terdiam mendengar ucapan wanita berambut layer sebahu dan mengenakan sandang mahal yang duduk di kursi saksi di tengah ruangan.Ketua majelis hakim, pria berambut keabuan berwajah kebapakan itu memerbaiki gagang kacamatanya dengan ekspresi bingung kemudian mengangguk."Pengakuan apa, Saudara Saksi?"Wanita itu, Neta, tidak langsung menjawab. Ia justru menoleh ke jejeran kursi penonton sidang di belakang, ke arah Kala yang manggut-manggut menyemangati, Kila yang tersenyum, ibu Lavi yang terlihat ratusan tahun lebih tua, dan ibunya yang tidak berhenti menyemburkan tangisan sejak sidang dimulai, bahkan sejak ia duduk di ruangan itu.Setelah menghamburkan senyum lemah pada orang-orang itu, Neta memantapkan hati dan menoleh kembali ke meja majelis hakim."Sayalah yang telah membunuh Lavi di bukit menggunakan arsenik yang dicampur dal

  • POLIGRAF   Sadar

    Kelopak mata Kala tersentak membuka dengan napas berlarian. Bola matanya nyalang jelalatan menjelajahi tempatnya terkapar. Ia baru saja bersiap bangkit dan melanjutkan perlawanannya demi menyelamatkan Neta dari tindakan beringas Fikri dengan menggerakkan tangan kanannya ketika Kala sadar, setelah melihat infus, bahwa ia sudah tidak berada di hutan lagi.Kala memelototi plester yang menempel di kulit tangannya untuk menghimpun ingatan yang sempat berserakan karena tidak sadarkan diri selama dua hari di rumah sakit."Sudah sadar, Ka? Gimana keadaan lo? Ada yang sakit? Kepala lo udah baikan?"Kala menoleh ke sumber suara dan menemukan kakaknya tengah berdiri di dekat pintu. Penampilannya yang lusuh akibat kurang tidur, dengan sweater abu-abu yang sudah dikenakan berhari-hari, sama persis dengan ingatan Kala tentang wujud Kila sebelum ia pingsan."Gue pingsan berapa lama, Kak? Kakak nggak pernah mandi ya selama gue pingsan? Kok nggak pernah ganti baju?"Kila menyorot

  • POLIGRAF   Dapat

    "Lep ... passs ..."Setelah beberapa menit hanya bisa megap-megap, akhirnya Neta mampu menembakkan satu kata dari mulutnya dengan suara yang teramat rendah. Agak kurang tepat jika disebut berujar, lebih pas jika dikatakan sebagai bisikan.Tapi Fikri tidak mendengarnya, atau mendengar namun tidak peduli. Ia justru semakin mengencangkan cekikannya karena penghalang satu-satunya sudah tumbang. Sekarang tidak ada lagi yang bisa menghalangi untuk menyelesaikan urusannya dengan cucu tunggalnya yang cuma bisa memproduksi masalah itu.Kala sendiri tengah terkapar di tanah, persis di sebelah kaki Fikri. Dengan kelopak mata yang sudah teramat ingin menutup tapi dipaksa sebisanya untuk tetap terkuak, Kala menyaksikan adegan pembantaian itu tanpa bisa melakukan apapun, bahkan hanya untuk menggerakkan sepotong jarinya.Fikri melirik sinis ke arah Kala di samping bawahnya kemudian menyeringai, merasa luar biasa riang dengan situasi ini. Setelah selesai dengan Neta, Fikri baru akan

  • POLIGRAF   Cari

    Kila memanjang-manjangkan leher dengan ekspresi resah. Sudah tiga puluh menit ia mencari Kala begitu menyadari bahwa adiknya tidak berada di lokasi kecelakaan.Saat polisi dan ambulans kota sebelah telah tiba di tempat terjadinya insiden, Kila yang mengetahui kalau Neta dan kakeknya tidak terdeteksi di manapun dari keterangan Citra berniat mengajak Kala untuk mencari mereka secara berjamaah.Tapi, Kila justru dibuat risau ketika matanya menjelajahi seantero jalanan, sela-sela mobil yang terlibat tabrakan, di antara masyarakat yang menonton, bahkan sampai memeriksa mobil yang terkapar di aspal, siapa tahu Kala sedang berurusan dengan orang yang terjebak di dalamnya, dan tidak menemukan adiknya."Bu Citra, apa Anda pernah melihat adik saya?"Citra yang juga sibuk mengidentifikasi lokasi demi mencari ayahnya dan Neta menoleh dengan raut kalut. Bagaimana bisa ia memerhatikan kehadiran manusia lain saat dua orang keluarganya lenyap?"Tidak, Bu Kila. Saya tidak pernah melihat adik Anda. Say

  • POLIGRAF   Bangkit

    "Sakit, Kek. Lepaskan!"Kesadaran Kala terhimpun kembali dan telinganya menjaring kalimat yang diteriakkan Neta itu. Berupaya keras membuka kelopak matanya yang serasa diselotip, Kala mencoba mengingat apa yang telah menimpanya dan di bumi bagian mana ia terkapar saat ini.Begitu kelopak matanya terkuak, hal pertama yang dilihat Kala adalah bidang luas halus berwarna biru muda: langit. Mengerjap beberapa kali dengan susah payah, Kala bisa merasakan tanah di bawah punggungnya dan menyadari kalau ia tengah terbaring di alam, entah apa sebabnya. Yang jelas bukan dalam rangka menikmati pemandangan karena setiap senti tubuhnya terasa sakit."Jawab! Kamu tahu anak muda itu bisa deteksi kebohongan, kan? Makanya kamu melepaskannya dari pegangan Kakek karena kamu tahu itu bisa membunuhnya?"Hardikan itu begitu mengagetkan sampai kelopak mata Kala tersentak, semua rasa berat dan lemah yang menggayutinya tiba-tiba lenyap, dan dengan satu gerakan cepat ia membangkitkan badannya agar duduk.Punggu

  • POLIGRAF   Sengaja

    Senyum mengerikan terpahat di wajah awet muda Fikri. Tatapannya pada Kala tak lagi seperti ingin mengusir. Sebaliknya, ia memberi Kala pandangan tertarik.Kala yang masih belum pulih sepenuhnya dari sakit kepala bertubi-tubi yang diperolehnya akibat menyentuh Fikri, sehingga kebanyakan menunduk, tidak menyadari perubahan ekspresi orang tua itu. Karena itu, ia sangat kaget saat tanah di depan matanya mempertontonkan sepasang sepatu pantofel berwarna hitam mengilat dari kulit asli.Saat mengangkat penglihatannya, Kala sampai tersentak ke belakang ketika menemukan muka Fikri yang hanya dihiasi sedikit kerut terpampang persis di depan hidungnya."Kemampuanmu sangat menarik sekaligus merepotkan, Anak Muda. Bagaimana rasanya bisa mendeteksi kebohongan? Menyenangkan? Tapi, sepertinya tidak terlalu membahagiakan kalau melihat bagaimana kamu kesakitan tiap menyentuh orang yang berbohong. Bagaimana kalau saya membantumu lepas dari kesakitan itu?"Tidak mengerti dengan yang dim

  • POLIGRAF   Ricuh

    "Apa? 20 tahun? Untuk kejahatan yang tidak anakku lakukan? Anda sudah sinting, Bu Jaksa?"Auman kemurkaan ibu Fatih menyambut usai Irsita menyampaikan tuntutannya. Dengan wajah aslinya yang berbedak kedengkian jaksa itu menoleh ke belakang, memberi wanita fashionable yang duduk di kursi penonton sidang barisan depan itu tatapan merendahkan."Jaga ucapan Anda, Bu. Anda tidak tahu sudah mengatai siapa? Kalau Anda tidak hati-hati, saya bisa menjadikan Anda menyusul putra Anda untuk duduk di kursi terdakwa."Ibu Fatih meradang mendengar ancaman Irsita. Ia sudah nyaris melompati pembatas kayu antara kursi penonton sidang dengan meja saksi beberapa meter di depannya, kalau tidak sigap ditahan oleh suami dan anak perempuannya."Lepaskan saya, Pak, Veli. Saya harus menghajar wanita jelmaan setan itu. Lepas!"Bunyi palu yang dipukul oleh pria berambut keabuan yang teronggok di kursi ketua majelis hakim menyadarkan ibu Fatih. Ia pun kembali duduk di kursinya dengan mata masih mendelik pada Irsi

  • POLIGRAF   Kecelakaan

    Kala memekik saat menyaksikan iringan mobil di depan mereka berpartisipasi dalam kecelakaan beruntun. Kila pun bereaksi sama dan cepat-cepat menghentikan mobilnya. Jarak mereka dengan mobil di depannya yang memang dijaga Kila agar tidak terlalu dekat, dalam rangka pengintaian yang dilakukan, membantu mereka tidak ikut serta dalam kekacauan itu."Apa yang terjadi, Kak? Kok mereka pada kecelakaan?"Kala berteriak setelah kakinya memijak bumi begitu keluar dari mobil yang telah dibawa Kila agak menjauh dari lokasi insiden."Gue juga nggak tahu, Ka. Sebentar, gue telpon polisi dan ambulans dulu."Mengangguk sekadarnya, Kala meninggalkan kakaknya yang sedang berurusan dengan ponselnya dan berjalan mendekati mobil yang paling dekat dengan mereka.Semua pintu mobil terkuak, pertanda seluruh penghuni telah minggat. Kala melanjutkan penjelajahannya ke mobil lain di depannya dan mendapati pemandangan yang sama."Gue udah telpon polisi dan ambulans. Mereka sedang perjal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status