Naga Utara Ling Shin hanya tersenyum sinis mendengar ancaman Dewi Kematian. "Ternyata Dewi Kematian bisa melucu juga menjelang ajalnya," ujar Naga Utara dengan sindiran tajam. "Bukan aku yang akan mati, tapi kau ... Naga Pucat!" sahut Dewi Kematian. "Kamu tidak pantas melawanku, Dewi Kematian! Aku tidak perlu wujud nagaku untuk menghadapimu!" Ucapan Naga Utara semakin membuat Dewi Kematian ini terhina. "Kurang ajar! Jangan merasa terlalu hebat, Naga Utara!" seru Dewi Kematian. "Tidak panggil aku, Naga Pucat lagi?' tanya Naga Utara yang mengandung sindiran tajam. "Akan kubuat tubuh esmu hancur berantakan, Naga Utara!" "Tapak Lotus Hitam!" Dewi Kematian mengarahkan telapak tangannya yang sudah menghitam ke dada Naga Utara. Telapak tangannya ini mengandung racun tingkat tinggi yang berasal dari bunga Lotus Hitam yang langka. "Wah! Kamu genit juga ya? Menyerang bagian dadaku!" goda Naga Utara sambil tersenyum genit. Hanya dengan berputar ke samping, Naga Utara berhasil menghind
Sementara itu, Dewa Seribu Petaka juga tengah kesulitan dihadang oleh Pendekar Naga Biru yang begitu diinginkan oleh Naga Ashura."Kamu ini tidak ada apa-apanya, Pendekar Naga Biru! Belum menguasai seluruh Kitab Naga Sakti dan tidak bisa berubah menjadi naga! Apa sebenrnya yang bisa dibanggakan dari dirimu yang begitu terkenal?" tanya Dewa Seribu Petaka."Aku tidak pernah menganggap diriku hebat! Aku hanya ingin hidup tenang, tapi kalian terus mengacau di Kamandaria!" sahut Candaka."Naga Ashura begitu ingin bertarung denganmu, tapi bagiku ... kamu ini tidak pantas bertarung dengan Naga Ashura!" ujar Dewa Seribu Petaka."Aku tidak peduli apa katamu! Menyngkir dari Kota Naga Sakti atau aku yang akan memaksamu pergi!" seru Candaka yang mulai kesal dengan hinaan Dewa Seribu Petaka ini."Hahaha! Pendekar murahan seperti dirimu ini tidak pantas untuk memerintahku!" hina Dewa Seribu Petaka lagi.Kesabaran Candaka sudah habis menghadapi penghinaan yang bertubi-tubi dari Dewa Seribu Petaka."
"Jadi, kamu biarkan saja Dewi Kematian ini pergi setelah menolak bergabung denganmu?" tanya Rinjani setelah mendengarkan dengan seksama cerita Naga Utara."Sudah kubilang kan dari awal kalau aku tidak ingin ikut campur urusan di Kota Naga Sakti ini. Aku hanya ingin jalan-jalan saja menikmati kota ini, jadi setelah urusanku dengan Dewi Kematian ini selesai, aku pergi saja!" sahut Naga Utara."Ada keperluan apa kamu menemui Elder Long Hu? Apa dia meminta bantuanmu untuk mengatasi pemberontakan kecil dari kepala distrik Kota Naga Sakti ini?" tanya Rinjani."Kamu tidak tahu ya, Dewi Racun?" tanya Naga Utara."Apa yang tidak aku ketahui?" Rinjani menjadi bingung ditanya oleh Naga Utara. "Elder Long Hu itu tadinya anggota kesepuluh dari negeri kami yang tadinya disebut Negeri Sepuluh Dewa Naga, tapi perginya Long Hu membuat Naga Kaisar mengubah negeri kami menjadi Negeri Sembilan Naga Langit!" ujar Naga Utara."Pantas Elder Long Hu sangat misterius? Ternyata dia saudara kalian!" Tiba-tib
"Xarvis! Bawa aku dan Ratu menuju Desa Kabut Hitam!" perintah Candaka pada Naga Xarvis setelah mereka keluar di dalam Kuil Naga. "Apa kita lalui saja Gurun Terkutuk ini, Kanda? Aku sudah lama juga tidak berlatih!" ujar Rinjani. Ucapan Rinjani membuat Candaka menjadi tidak mengerti keinginan Dewi Racun ini yang memintanya melalui jalan darat saja."Kamu ini ... sebelumnya kamu mendesakku untuk segera ke Lembah Terlarang, tapi sekarang kamu mengabaikan jalan udara dan memilih jalan darat yang berbahaya! Apasih maksudnya?""Aku penasaran dengan kawanan zombie yang Kanda ceritakan ini, apakah masih ada di dalam Gurun Terkutuk ini atau tidak!" kata Rinjani memberikan alasannya. "Apa Rinjani sedang hamil ya? Kenapa keinginannya sangat aneh? Kalau aku tanyakan sekarang, nanti dia minta pulang! Lebih baik diam saja dan turuti saja kemauannya!" batin Candaka yang amssih penuh perasaan bingung."Terlalu berbahaya, Adinda! Zombie ini bisa menarikmu masuk ke dalam gurun pasir dan tidak akan bi
Naga Xarvis berhasil mendarat dengan mulus di halaman Kuil Naga yang sempit."Apa zombie gurun ini berbahaya, Kanda?" tanya Rinjani.Ratu Kamandaria ini tampak tenang-tenang saja, padahal sebentar lagi dia akan melewati gurun dengan banyak zombie-zombie kelaparan di bawah padang pasir gurun ini."Berbahaya sekali tidak ... asal jangan sampai ditarik masuk ke dalam pasir gurun ini. Kita tidak akan bisa selamat. Buat apa sih kamu ingin sekali melawan zombi eini?' tanya Candaka."Bukan keinginanku, Kanda!" sahut Rinjani."Terus ... kalau bukan keinginan kamu, jadinya keinginan siapa?" tanya Candaka berpura-pura."Ada deh! Ayuk, kita coba lewati zombie-zombie ini!" seru Rinjani penuh semangat.Tiba-tiba angin bertiup kencang membawa banyak debu padang pasir ke arah mereka."Hati-hati, Adinda Rin!" seru Candaka.Rinjani nekad melangkah ke dalam padang gurun pasi di tengah badai padang pasir yang menerpa mereka.“Adinda Rin ... Tunggu dulu!" teriak Candaka yang sepertinya merasakan sesuatu
Dewi Racun yang tidak bisa mengerahkan tenaganya sama sekali merasakan ancaman terhadap nyawanya dengan banyaknya zombie tengkorak yang mendekatinya.Rinjani hanya bisa memejamkan matanya karena kakinya juga tidak kuasa bergerak. Entah apa yang telah terjadi pada dirinya sehingga seluruh tenaga dalamnya menghilang saat berada di dalam Gurun Terkutuk ini.BLAAASSST!ROOOAAARR!Rinjani mendengar pukulan sinar blaster dan juga semburan api di dekatnya saat matanya terpejam.Begitu matanya terbuka, yang terlihat adalah zombie tengkorak yang habis tidak bersisa lagi di hadapannya.Candaka tepat berada di sampingnya yang mengeluarkan serangan jarak jauh dengan jurus Tapak Sakti Naga, sementara Naga Xarvis dalam posisi terbang di atasnya mengeluarkan semburan api.“Kalian datang tepat pada waktunya!” ujar Rinjani.Hati Dewi Racun ini sangat lega mengetahui anak yang dikandungnya ini selamat dari serangan zombie tengkorak.“Jangan sembunyikan kehamilanmu lagi yai, Adinda Rin!” kata Candaka de
Komodo Naga ini sudah bersiap menyerang Candaka dengan sabetan ekornya.“Hati-hati, Kanda!” seru Rinjani.“Bagaimana cara membujuk naga ini?” tanya Candaka.“Kanda harus mengalahkannya dahulu biar aku bisa bicara dengannya!” sahut Rinjani.“Aku tidak boleh melukainya?” tanya Candaka lagi.Rinjani hanya mengangukan kepalanya.“Bagaimana bisa mengalahkannya tanpa melukainya?” Giliran Candaka yang kebingungan.“Cukup hindari saja serangannya sampai dia kelelahan, maka itu tandanya dia sudah kalah! Kalau Kanda melukainya maka serangan Komoido Naga ini akan semakin ganas!” pesan Rinjani.“Pertarungan yang aneh ... makhluk mitos yang aneh juga!” gumam Candaka.Beberapa kali Candka berhasil menghindari berbagai serangan yang dilakukan oleh Komodo Naga ini yang membuat naga ini akhirnya kelelahan.“Sekarang dia merasa kalau kita ini tidak berbahaya. Aku bisa mendekatinya perlahan-lahan,” ujar Rinjani.“Hati-hati, Adinda Rin!” kata Candaka memperingatkan Dewi Racun ini.Mereka masih belum tahu
Kelompok Penyamun Padang Pasir ini semakin bertambah banyak sehingga Candaka dan Rinjani agak kewalahan untuk melawannya.Keahlian bela diri penyamun padang pasir yang semuanya wanita ini sangat mengejutkan karena selama ini tidak ada laporan dari pasukan pengintai kalau ada sekelompok penyamun yang hidup di Gurun Terkutuk."Penuhi takdirmu, Candaka! Kamu juga bermata biru, jadi kamu diterima di kelompok kami!" seru gadis bermata biru yang merupakan pimpinan penyamun ini."Diam kau, Penyamun! Jangan sesekali kamu membujuk Kanda Candaka dengan rayuanmu itu!' seru Rinjani di tengah keroyokan para penyamun padang pasir ini."Kalahkan ratu gadungan ini, jangan dibunuh!” perintah gadis bermata biru.Rinjani sangat marah besar mendengar dirinya diejek sebagai ratu gadungan.“Bangs*t kau penyamun gila! Siapa kalian yang barusan muncul akhir-akhir ini? Kemana kalian ini selama ini sebenarnya?” Dewi Racun ini benar-benar tidak habis pikir dengan banyaknya wanita penyamun padang pasir ini. ”Ke