44. Melihara tuyul! (Bagian B)"Tadi Bi Ramlah datang ke rumah, dan dia juga bilang kalau Ana halu mau bangun rumah, terus Ana keceplosan, Ana emosi, Ana bilang Ana mau bangun rumah mau buat usaha, mau beli motor seperti punya Mbak Lisa. Tapi yang warna biru" kataku lagi."Bagus dong, Mbak. Bagus itu namanya Mbak. Hebat aku bangga sama, Mbak," kata Aira dengan nada menggebu-gebu. "Memang orang kayak gitu tuh wajib dilawan, Mbak. Halal untuk diperangi," katanya lagi."Tapi kan Mbak jadi ngerasa gimana gitu, Dek". Aku menyahut ragu."Ngerasa apa?" tanyanya sewot. "Udah deh singkirkan aja rasa-rasa nggak enak itu. Mbak tuh harus bangkit! Harus punya rumah! Harus beli motor! Harus punya usaha. Kalau ada lebihnya,Mbak beli tuh skin care kek, biar glowingan dikit!" kata Aira lagi."Iya, aku setuju banget." Sahut Aina yang keluar dari dalam kamar, rambutnya terlihat dililit oleh handuk dan wajahnya tampak jauh lebih segar.Hahhh … aku jadi ingin mandi untuk meredakan kegerahan yang aku rasa
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)45. Membalas Bi Ramlah! (Bagian A)"Ya Allah!" Emak mengelus dadanya.Beliau pasti terkejut dengan postingan yang Bi Ramlah buat di media sosial, karena bagaimanapun juga sepengetahuan Emak Bi Ramlah adalah orang yang baik dan juga selalu bersikap sopan ketika Emak datang ke rumah kami.Emak tidak tahu saja sifatnya yang seperti iblis betina, aku tidak terima dengan postingan yang dia buat tapi aku ingin marah pun bagaimana? Dia tidak menyebut namaku, aku bingung harus berbuat apa."Emang sialan Bi Ramlah ini!" ujar Aira dengan nada menggebu-gebu."Aira!" Emak menegur tidak suka. "Semarah apapun kamu, kamu tidak boleh mengucapkan kata-kata yang buruk seperti itu!" kata Emak mengingatkan.Aira hanya diam dan mencebikkan bibirnya dengan sinis, aku paham perasaannya bagaimana karena aku juga merasakan perasaan yang sama saat ini. Emak bisa sabar karena dia belum pernah berhubungan langsung dengan keluarga toxic seperti keluarga Mas
46. Membalas Bi Ramlah! (Bagian B)[Aku mah, tahu orangnya!] Tulisnya dengan emoticon ngakak sebanyak tiga buah.Lalu banyak yang membalas komentarnya tersebut, menanyakan siapa yang dia maksud. Tetapi tentu saja Lisa tidak akan pernah berani menyebutkan namaku, karena aku sudah memberinya pelajaran kemarin. Jika dia berani musikku lagi, maka aku tidak akan segan-segan padanya.[Nah, Lisa saja tahu! Ya kan, Lis? Masak pekerjaan suaminya hanya ……. dia bisa membangun rumah, dan katanya mau beli motor lo, Lis!] Tulis Bi Ramlah dengan penuh teka-teki, karena dia hanya memberikan titik-titik saat menyebutkan pekerjaan suami orang yang dituduh mempunyai tuyul itu. [Ya tahulah, Bi. Bagaimanapun juga kan, aku ini memang teliti orangnya. Tidak mungkin juga orang miskin mereka bisa tiba-tiba membangun rumah!]Balas Lisa lagi dengan cepat, aku tidak perlu menunggu lama karena setelahnya aku bisa melihat Bi Ramlah yang mengetik balasan, dengan tidak sabar aku menunggu dirinya."Emang, Lis! Bi
47. Membalas Bi Ramlah! (Bagian C)[Sudahlah tidak usah dibahas, kalian ini kepo sekali!] tulis Bi Ramlah dengan cepat.Dan kemudian setelahnya, tidak ada lagi balasan dan pembicaraan di kolom komentar postingan Bi Ramlah. Aku dan Aira kemudian saling berpandangan dan setelahnya kami cekikikan bersama."Dia belum tahu saja berhadapan sama siapa, Mbak!" kata Aira dengan nada ketus."Yang aku nggak habis pikir itu Mbak, bagaimana bisa dia berpikiran sampai ke sana? Apa tidak ada pemikiran positif dari dalam tubuhnya itu?" kata Aina dengan nada yang tak kalah ketus."Kok, bisa-bisanya nuduh memelihara tuyul? Lah, Mas Abi itu kan, keponakannya sendiri. Masak nuduh keponakannya sendiri memelihara tuyul, gimana sih ?" kata Aira lagi."Sudahlah, tidak usah dibahas! Yang pasti kita kan, sudah memberikan sedikit peringatan kepada Bi Ramlah waktu di facebook tadi, benar kata Emak, Mbak gak mau memperpanjang masalah ini, karena Mbak mau fokus kepada rumah yang tengah Mbak bangun. Dan juga usah
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)48. Wanita yang bernama Ema! (Bagian A)POV ABIAku sedang berada di halaman belakang saat suara beberapa orang terdengar dari depan sana, aku langsung bergegas untuk melihat yang datang karena memang aku sedang menunggu truk pengangkut pasir.Sopirnya tadi mengatakan akan mengantar pasir ke rumahku setelah dari rumah Pak Paijo yang ada di Kecamatan sebelah, Pak Paijo adalah orang yang terpaksa aku tolak permintaannya untuk membangun rumah beliau.Karena Alhamdulillah kami mempunyai rezeki untuk membangun rumah sendiri, dan aku terpaksa menolak pekerjaan itu. Dan syukurnya Pak Paijo mengerti, dan dia sekarang menggunakan jasa temanku."Bi! Abi!" Suara Ibu! Aku sangat mengenali suara wanita yang sudah melahirkanku dua puluh delapan tahun yang silam, suara Ibu sangat khas. Entah karena suaranya yang mempunyai sedikit logat Jawa atau karena dia yang terlalu sering berteriak dengan semangat masa mudanya."Abi! Abi! Kamu di mana?" Su
49. Wanita yang bernama Ema! (Bagian B)Mas Aji dan Mbak Lisa langsung melotot kaget, mereka sepertinya tidak terima dengan apa yang baru saja aku katakan. Namun, aku tidak peduli! Aku tidak akan diam lagi, jika mereka terus-terusan menghina istriku."ABI!" Ibu membentak aku, suaranya keras dan juga lantang. Dia sepertinya amat marah karena aku baru saja mengatakan kalau anak kesayangannya itu, akan bercerai dengan menantu kesayangannya juga.Wajah Ibu terlihat memerah, dia melihatku dengan tatapan geram. Aku hanya melihatnya dengan pandangan datar, aku menunggu lanjutan dari bentakan yang baru saja Ibu berikan."Kamu ini, bagaimana bisa kamu mendoakan kalau masmu dan juga mbakmu akan bercerai?" katanya dengan wajah yang terlihat sangat menakutkan."Aku tidak mendoakan mereka, Bu. Malah aku bilang, semoga saja mereka tidak bercerai," kataku membela diri."Itu sama saja kamu mendoakan mereka, Abi!" kata Ibu dengan marah."Lah, dari mana aku mendoakan mereka? Bukannya mereka yang selam
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)50. Ternyata dia adalah …. (Bagian A)Aku lantas beranjak ke pintu dan setelahnya aku bisa menemukan seorang wanita muda, yang tengah berdiri canggung menatapku. Dia terlihat malu-malu."Maaf, Mbak! Mencari siapa, ya?" tanyaku ingin tahu."Oh, saya ingin mencari Bu Sri. Tadi waktu saya ke rumahnya, Bapak mengatakan bahwa Bu Sri sedang ada di sini," katanya sambil menunduk.Aku langsung mempersilahkan wanita itu untuk masuk kedalam, bagaimanapun juga dia adalah tamu. Walaupun tamu untuk Ibu, karena aku sama sekali tidak mengenal wanita ini.Kalau bisa menerka, aku mengira wanita ini pasti seusia dengan Aina. Ada perlu apa Ibu dengan wanita ini? Aku bertanya-tanya di dalam hati."Bu, ada yang mencari," kataku dengan cepat.Ibu lantas berbalik dan tersenyum sumringah, dia langsung berdiri dan menarik wanita itu untuk duduk di sofa. Wanita itu bergerak tidak nyaman dan dia menatap ke sekeliling dengan canggung."Kamu kok ke sini, Ndu
51. Ternyata dia adalah …. (Bagian B)"Kurang jelas, Mbak?" tanyaku lagi. "Maksudku itu adalah, izinkan Mas Aji yang menikahi si Ema. Biar hidup kalian semakin makmur, karena dia mempunyai dua orang istri yang berprofesi sebagai pegawai negeri. Dan Ibu juga bakalan senang karena dia mempunyai dua orang menantu seperti Mbak ini," kataku sambil tertawa kecil."Kamu jangan kurang ajar ya, Bi! Bisa-bisanya kamu menyuruh masmu, menikah lagi dengan Ema!" katanya dengan nada ketus."Aku tidak menyuruh Mas Aji untuk menikah dengan Ema, Mbak. Aku menyuruh Mbak mengizinkan Mas Aji, untuk menikah dengan Ema. Beda, dong! Baik itu kalimatnya, maupun artinya. Itu adalah dua pemahaman yang berbeda," kataku kembali memberikan tawa kecil.Namun aku tahu kalau tawa yang aku berikan merupakan suatu ejekan bagi Mbak Lisa, dia pasti merasa terhina dan juga merasa terluka dengan ucapanku.Tetapi aku sama sekali tidak peduli, semenjak dia mengatakan istriku menjual diri untuk mendapatkan uang aku sudah kehi