52. Ternyata dia adalah …. (Bagian C)"Ya nggak gitu juga dong, Bu! Bisa aja emang Ana belum masak, atau kalian yang datang kesini bertepatan dengan dia yang memang tidak sedang memasak ayam ataupun ikan," kataku membela istriku"Halah, memang dasarnya dia itu pelit! Baru ketahuan saja sekarang, itulah istri yang kamu bela-bela. Nyatanya apa? Sama mertua sendiri pelitnya naudzubillah!" kata Ibu dengan nada ketus.Dia langsung mengambil sebuah piring dan juga sendok, lalu dia menyodokkan sop ayam kedalam piringnya nya kemudian menikmati sop yang Ana buat dengan sangat lahap.Aku memutar bola mataku dengan malas saat melihat Mbak Lisa juga melakukan hal yang sama, dia mengambil piring dan juga sendok lalu setelahnya menikmati sop yang disediakan untukku dengan rakus.Dan tak lama kemudian semangkuk sop ayam yang Ana siapkan, sudah habis tak bersisa. Mereka bahkan tidak berpikir untuk meninggalkan sedikitpun untukku.Padahal aku pun tengah dalam keadaan lapar, aku ingin makan. Namun sepe
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)53. Calon Madu untuk Anna! (Bagian A)"H—ha?!" Aku bahkan tergagap, belum bisa mencerna apa yang wanita ini katakan. Apa katanya tadi? Ema? Teman Mbak Lisa?E—ema yang mau mereka jodohkan padaku? Gila! Jika si Ema ini adalah gadis cantik dan muda saja, aku tidak mau! Apalagi wanita tua dengan bentukan seperti ini.Ya Allah! Apa mereka benar-benar sudah gila?"Mas Abi …."Astaghfirullah! Aku ingin menangis saat ini, aku merasa namaku begitu buruk ketika keluar dari dua belah bibirnya. Aku tiba-tiba merasa kesal pada namaku sendiri, hanya gara-gara wanita ini."Y—ya?" Aku menelan ludah, dan melihat ke belakang. Ibu dan Mbak Lisa belum kelihatan, mungkin mereka masih di belakang. Aku lantas bergegas menarik Mas Aji, dan menemui Ibu itu bersama."Apaan sih, Bi?" tanya Mas Aji emosi."Ini siapa, Mas? Kenal nggak?" tanyaku sambil menunjukkan Ibu itu.Mas Aji langsung mengernyitkan dahinya, lalu menggeleng pelan. "Aku nggak tahu, eman
54. Calon Madu untuk Anna! (Bagian B)"Hebat ya, Bu!" Mas Aji berujar kagum. "Mbak Ema ini janda ditinggal mati atau bercerai?" tanya Mas Aji lagi."Panggil Ema saja, Mas. Toh, kalau jodoh saya ini bakalan jadi adiknya Mas Aji!" ujarnya malu-malu, sambil mengerling ke arahku.Apa? Dia gila? "Oh, iya, Ema! Lebih enak juga ya, nama kamu bagus!" kata Mas Aji sambil tersenyum.Astaghfirullah! Astaghfirullah! "Saya bercerai hidup, Mas." Ema menjawab singkat.Ibu dan yang lain hanya mengangguk, mereka bahkan tidak repot-repot bertanya apa penyebab perceraian mereka. Gila! Benar-benar gila!"Hmmmm, saya ke sini mau tanya sesuatu, Bu!" ujar Ema ke arah Ibu."Tanya apa, Nak?" jawab Ibu lembut."Apa Mas Abi sudah setuju untuk menikah dengan saya?" tanyanya sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu.Ya Allah, sangat mengerikan di mataku."Aku tidak setuju!" Aku menyahut tiba-tiba.Ibu dan yang lainnya langsung melotot, sedangkan Ema? Dia kini tengah menatapku dengan pan
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)55. Serangan Balasan! (Bagian A)"Heh! Kamu nggak berhak, ya, ngatur-ngatur kami, terus ngusir-ngusir kami dari rumah ini. Ini rumah anakku! Ngerti? Kalau jadi mantu itu, nggak usah sok berkuasa, dasar otak udang!" sentak Ibu dengan nada yang sangat ketus.Aku langsung menatapnya dengan pandangan datar, Ibu sepertinya sudah lupa kalau dia harus berhati-hati denganku. Kalau tidak, dia akan kehilangan uang lima puluh juta seperti kemarin."Ini rumah Anna juga Bu, bukan hanya rumah Mas Abi sendiri. Dan jika Ibu memang mau menjodohkan Mas Abi dengan wanita itu, silahkan saja! Anna tidak peduli, tapi tentunya kalau Mas Abi setuju!" kataku dengan nada yang sangat-sangat santai, tidak ada kemarahan di dalam nada suaraku sedikitpun.Sedangkan di belakangku aku bisa mendengar Aira yang tengah menahan tawa dengan susah payah, bagaimana dia tidak tertawa jika kejadiannya seperti ini? Andai saja bukan aku yang menjadi korban di sini, maka a
56. Serangan Balasan! (Bagian B)Aku hanya mengangguk dan menyetujui ucapan adikku itu, bagaimanapun juga selera keluarga Mas Abi benar-benar sangat-sangat rendah.Bukan masalah wanita itu berasal dari kalangan mana, cantik atau jelek, maupun status wanita itu apa, tetapi bagaimana bisa mereka tega menjodohkan Mas Abi dengan wanita tua seperti itu?Mereka sama sekali tidak menghargai Mas Abi, mereka sepertinya hanya menginginkan keuntungan dan juga uang, serta kehormatan akan jabatan yang disandang oleh Ema."Heh! Ini urusan kami, bukan urusan kamu. Kalau kakakmu memang tidak mau dipoligami, maka dia bisa mengajukan perceraian ke pengadilan agama. Yang pasti Abi akan menikahi Ema secepatnya!" kata ibu dengan nada tegas.Aku bisa melihat teman si Lampir Lisa yang bernama Ema itu itu terlihat mengangguk dan juga menunduk setelahnya, tentunya dengan wajah merah yang malu-malu kucing. Dia sepertinya sangat malu saat ibu mengatakan kalau dia akan menikah dengan Mas Abi. Well dia cukup per
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)57. Perfect Combo! (Bagian A)"Hahahahaha!" Ibu malah tertawa terbahak-bahak.Aku dan Aira hanya bisa diam menatapnya dengan pandangan bingung, kenapa? Aira membisikkan apa tadi memangnya?"Kamu ngomong apa, Dek?" tanyaku ingin tahu."Hah? Aku ngomong jumlah uang Mbak ada berapa, lagian ngapain di sembunyikan lama-lama? Ya dikasih tau aja, biar mereka nggak merongrong terus. Itu uang, Mbak. Mbak berhak menggunakannya sesuka hati," kata Aira dengan sedikit ketus. "Mungkin dengar nominal uang segitu banyaknya, mertuamu jadi gila, Mbak!" kata Aira lagi."Hahahaha! Halu! Hahahahaha!" Ibu kembali tertawa dengan kuat."Kenapa sih, Bu?" tanya si Lampir penasaran."Ini bocah," sahut Ibu sambil menunjuk Aira. "Masak dia bilang si Anna dapat warisan lima ratus juta! Hahahahaha!" Ibu kembali tak dapat menahan tawanya."APA?!" Mereka langsung memekik kompak."HAHAHAHAHA, HALU WOY!" Dan langsung tertawa kemudian seperti orang gila yang kehila
58. Perfect Combo! (Bagian B)"Kamu nggak bisa menghormati Ema? Dia akan menjadi madumu!" kata Ibu lagi."Madu siapa? Aku? Lah, wong Mas Abi saja tidak mau, kok! Coba tanya sama Mas Aji, mana tau dia menerima. Kan, si Tante bisa jadi madu istrinya!" kataku dengan nada ketus.Dari kejadian kemarin, aku sama sekali tidak ada menyebut nama Lampir dengan sebutan 'Mbak'. Rasanya bibirku sangat tidak sudi memanggil dia, gatal-gatal, lidahku tiba-tiba alergi."Lagian, kenapa sih, kalian sangat ingin menjadikan dia sebagai istri Mas Abi?" tanyaku ingin tahu."Ya agar kalian sejahtera, lah. Supaya adikku nggak kepanasan, nggak kehujanan kalau kerja. Kuli bangunan kok, dijadikan profesi!" sahut Mas aji sinis."Ya kalau memang sayang sama suamiku, di kasih lahan dikit, dong! Masak tega ngeliat adiknya kepanasan dan kehujanan di saat kerja, Mas Aji 'kan enak. Toke sawit, gajinya gede!" kataku dengan nada sinis."Ini! Ini yang Ibu nggak suka darimu, An. Kamu selalu merongrong keluarga kami!" kata
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)59. Mau Apa? (Bagian A)Ibu dan yang lainnya langsung menelan ludah susah payah, dia kemudian bertukar pandangan dengan si Lampir dan juga Ema. Dan ketiga wanita yang ada di depan sana langsung mengangguk kompak, kemudian masing-masing dari mereka mengambil tas dan langsung berdiri.“Ayo, Mas. Bisa ikutan gila kita kalau kelamaan sama mereka!” ujar si Lampir dengan nada sinis, dia kemudian menggamit tangan Mas Aji dan menarik Kakak kandung suamiku itu dengan mesra agar mengikuti langkahnya.“Iya, yang pasti aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Mas Abi! ujar Ema lagi.Dia melewat bahuku dengan menyenggolnya sedikit, persis seperti antagonis yang ada di sinetron ikan terbang. Sekarang malah dia yang bersikap seperti istri sah, dan aku yang seperti pelakornya. Gila!"Di sini tidak sehat, karena banyak hawa hawa jahat yang Ibu rasakan!" ujar Ibu sambil mendelik sinis ke arahku.Aku hanya menatapnya dengan pandangan datar sudah t