PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)55. Serangan Balasan! (Bagian A)"Heh! Kamu nggak berhak, ya, ngatur-ngatur kami, terus ngusir-ngusir kami dari rumah ini. Ini rumah anakku! Ngerti? Kalau jadi mantu itu, nggak usah sok berkuasa, dasar otak udang!" sentak Ibu dengan nada yang sangat ketus.Aku langsung menatapnya dengan pandangan datar, Ibu sepertinya sudah lupa kalau dia harus berhati-hati denganku. Kalau tidak, dia akan kehilangan uang lima puluh juta seperti kemarin."Ini rumah Anna juga Bu, bukan hanya rumah Mas Abi sendiri. Dan jika Ibu memang mau menjodohkan Mas Abi dengan wanita itu, silahkan saja! Anna tidak peduli, tapi tentunya kalau Mas Abi setuju!" kataku dengan nada yang sangat-sangat santai, tidak ada kemarahan di dalam nada suaraku sedikitpun.Sedangkan di belakangku aku bisa mendengar Aira yang tengah menahan tawa dengan susah payah, bagaimana dia tidak tertawa jika kejadiannya seperti ini? Andai saja bukan aku yang menjadi korban di sini, maka a
56. Serangan Balasan! (Bagian B)Aku hanya mengangguk dan menyetujui ucapan adikku itu, bagaimanapun juga selera keluarga Mas Abi benar-benar sangat-sangat rendah.Bukan masalah wanita itu berasal dari kalangan mana, cantik atau jelek, maupun status wanita itu apa, tetapi bagaimana bisa mereka tega menjodohkan Mas Abi dengan wanita tua seperti itu?Mereka sama sekali tidak menghargai Mas Abi, mereka sepertinya hanya menginginkan keuntungan dan juga uang, serta kehormatan akan jabatan yang disandang oleh Ema."Heh! Ini urusan kami, bukan urusan kamu. Kalau kakakmu memang tidak mau dipoligami, maka dia bisa mengajukan perceraian ke pengadilan agama. Yang pasti Abi akan menikahi Ema secepatnya!" kata ibu dengan nada tegas.Aku bisa melihat teman si Lampir Lisa yang bernama Ema itu itu terlihat mengangguk dan juga menunduk setelahnya, tentunya dengan wajah merah yang malu-malu kucing. Dia sepertinya sangat malu saat ibu mengatakan kalau dia akan menikah dengan Mas Abi. Well dia cukup per
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)57. Perfect Combo! (Bagian A)"Hahahahaha!" Ibu malah tertawa terbahak-bahak.Aku dan Aira hanya bisa diam menatapnya dengan pandangan bingung, kenapa? Aira membisikkan apa tadi memangnya?"Kamu ngomong apa, Dek?" tanyaku ingin tahu."Hah? Aku ngomong jumlah uang Mbak ada berapa, lagian ngapain di sembunyikan lama-lama? Ya dikasih tau aja, biar mereka nggak merongrong terus. Itu uang, Mbak. Mbak berhak menggunakannya sesuka hati," kata Aira dengan sedikit ketus. "Mungkin dengar nominal uang segitu banyaknya, mertuamu jadi gila, Mbak!" kata Aira lagi."Hahahaha! Halu! Hahahahaha!" Ibu kembali tertawa dengan kuat."Kenapa sih, Bu?" tanya si Lampir penasaran."Ini bocah," sahut Ibu sambil menunjuk Aira. "Masak dia bilang si Anna dapat warisan lima ratus juta! Hahahahaha!" Ibu kembali tak dapat menahan tawanya."APA?!" Mereka langsung memekik kompak."HAHAHAHAHA, HALU WOY!" Dan langsung tertawa kemudian seperti orang gila yang kehila
58. Perfect Combo! (Bagian B)"Kamu nggak bisa menghormati Ema? Dia akan menjadi madumu!" kata Ibu lagi."Madu siapa? Aku? Lah, wong Mas Abi saja tidak mau, kok! Coba tanya sama Mas Aji, mana tau dia menerima. Kan, si Tante bisa jadi madu istrinya!" kataku dengan nada ketus.Dari kejadian kemarin, aku sama sekali tidak ada menyebut nama Lampir dengan sebutan 'Mbak'. Rasanya bibirku sangat tidak sudi memanggil dia, gatal-gatal, lidahku tiba-tiba alergi."Lagian, kenapa sih, kalian sangat ingin menjadikan dia sebagai istri Mas Abi?" tanyaku ingin tahu."Ya agar kalian sejahtera, lah. Supaya adikku nggak kepanasan, nggak kehujanan kalau kerja. Kuli bangunan kok, dijadikan profesi!" sahut Mas aji sinis."Ya kalau memang sayang sama suamiku, di kasih lahan dikit, dong! Masak tega ngeliat adiknya kepanasan dan kehujanan di saat kerja, Mas Aji 'kan enak. Toke sawit, gajinya gede!" kataku dengan nada sinis."Ini! Ini yang Ibu nggak suka darimu, An. Kamu selalu merongrong keluarga kami!" kata
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)59. Mau Apa? (Bagian A)Ibu dan yang lainnya langsung menelan ludah susah payah, dia kemudian bertukar pandangan dengan si Lampir dan juga Ema. Dan ketiga wanita yang ada di depan sana langsung mengangguk kompak, kemudian masing-masing dari mereka mengambil tas dan langsung berdiri.“Ayo, Mas. Bisa ikutan gila kita kalau kelamaan sama mereka!” ujar si Lampir dengan nada sinis, dia kemudian menggamit tangan Mas Aji dan menarik Kakak kandung suamiku itu dengan mesra agar mengikuti langkahnya.“Iya, yang pasti aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Mas Abi! ujar Ema lagi.Dia melewat bahuku dengan menyenggolnya sedikit, persis seperti antagonis yang ada di sinetron ikan terbang. Sekarang malah dia yang bersikap seperti istri sah, dan aku yang seperti pelakornya. Gila!"Di sini tidak sehat, karena banyak hawa hawa jahat yang Ibu rasakan!" ujar Ibu sambil mendelik sinis ke arahku.Aku hanya menatapnya dengan pandangan datar sudah t
60. Mau Apa? (Bagian B)Aku hanya menatapnya dengan pandangan datar apa yang Aira katakan memang benar karena sebenarnya aku juga mempunyai keinginan untuk memberitahukan kepada mereka kalau itu adalah uang yang diberikan oleh emak"Lagipula setelah ini Mbak harus mengatakan kepada orang-orang yang bertanya, kalau uang ini diberikan oleh Emak. Jangan sampai ada berita lagi yang beredar kalau Mbak memelihara tuyul, untuk menjadi kaya seperti saat ini." Aira berujar sambil mencebik sinis. "Karena tipe-tipe orang seperti Bi Ramlah dan juga keluarga Mas Abi yang lainnya, benar-benar adalah tipe manusia yang tidak senang melihat kalian yang mempunyai kehidupan lebih baik. Mereka tidak senang melihat kalian yang bisa membangun rumah diatas tanah yang kalian beli, mereka aku yakin mereka akan lebih kepanasan saat Mbak jadi membuka grosir dan juga membeli motor baru!" kata Aira lagi.Aku hanya mengangguk, Aira kembali mengucapkan kata-kata yang sangat benar. Keluarga Mas Abi sepertinya memang
61. Mau Apa? (Bagian C)"Ya Allah, Dek! Jangan mulai deh," kata Mas Abi dengan nada bosan."Aku kan ngomong yang bener, Mas. Soalnya dia kan mau jadi istri Mas," kataku sambil tertawa kecil.Mas Abi kemudian mengusap dahinya dengan sangat frustasi, dan aku bisa melihat kalau dia memiliki kekhawatiran dan juga tengah kebingungan.Mas Abi saat ini terlihat seperti orang linglung, dia tertekan dan aku kasihan melihatnya."Sudah, tidak usah dipikirkan. Ayo, sholat!" kataku sambil menarik tangannya dengan lembut.Mas Abi mengikuti langkahku dengan gontai sesekali aku bisa mendengar dia yang menghela nafas dengan berat, dan juga panjang. Aku berharap dengan kami melaksanakan shalat maghrib ini dia bisa kembali tenang dan juga berpikir dengan jernih.*******Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan menyiapkan sarapan, karena hari ini Mas Abi akan mulai mengecor pondasi untuk bangunan rumah kami. Batu bata juga sudah dikonfirmasikan akan datang pagi ini, karena sore kemarin mereka tidak sempat m
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)62. Modus Bi Ramlah! (Bagian A)Aku sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Bi Ramlah, aku malah berpura-pura tidak dengar dan kemudian melanjutkan kembali pekerjaanku yang sempat tertunda, aku kembali memilah pakaian mana yang ingin aku jemur.Karena aku adalah tipe orang yang menjemur pakaian secara berurutan. Celana, aku letakkan di bagian celana. Begitu juga dengan baju, aku letakkan di bagian baju. Entah kenapa aku merasa ada kepuasan tersendiri saat aku melihat jemuranku rapi dan juga tertata.Aku kemudian tidak mendengar lagi suara dari Bi Ramlah, seolah-olah dia menghilang entah kemana. Dengan perlahan aku berbalik untuk melihat keadaannya, untuk memastikan apakah dia masih ada di sana ataukah sudah pulang ke rumahnya."Astagfirullah!" Aku memekik terkejut saat begitu berbalik, aku malah menemukan wajah Bi Ramlah yang ada tepat di depan wajahku. "Bibi kenapa ada di sini? Mengagetkan saja!" omelku padanya.Namun Bi Ram