Share

60. Mau Apa? (Bagian B)

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2022-06-23 17:05:01

60. Mau Apa? (Bagian B)

Aku hanya menatapnya dengan pandangan datar apa yang Aira katakan memang benar karena sebenarnya aku juga mempunyai keinginan untuk memberitahukan kepada mereka kalau itu adalah uang yang diberikan oleh emak

"Lagipula setelah ini Mbak harus mengatakan kepada orang-orang yang bertanya, kalau uang ini diberikan oleh Emak. Jangan sampai ada berita lagi yang beredar kalau Mbak memelihara tuyul, untuk menjadi kaya seperti saat ini." Aira berujar sambil mencebik sinis. "Karena tipe-tipe orang seperti Bi Ramlah dan juga keluarga Mas Abi yang lainnya, benar-benar adalah tipe manusia yang tidak senang melihat kalian yang mempunyai kehidupan lebih baik. Mereka tidak senang melihat kalian yang bisa membangun rumah diatas tanah yang kalian beli, mereka aku yakin mereka akan lebih kepanasan saat Mbak jadi membuka grosir dan juga membeli motor baru!" kata Aira lagi.

Aku hanya mengangguk, Aira kembali mengucapkan kata-kata yang sangat benar. Keluarga Mas Abi sepertinya memang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   61. Mau Apa? (Bagian C)

    61. Mau Apa? (Bagian C)"Ya Allah, Dek! Jangan mulai deh," kata Mas Abi dengan nada bosan."Aku kan ngomong yang bener, Mas. Soalnya dia kan mau jadi istri Mas," kataku sambil tertawa kecil.Mas Abi kemudian mengusap dahinya dengan sangat frustasi, dan aku bisa melihat kalau dia memiliki kekhawatiran dan juga tengah kebingungan.Mas Abi saat ini terlihat seperti orang linglung, dia tertekan dan aku kasihan melihatnya."Sudah, tidak usah dipikirkan. Ayo, sholat!" kataku sambil menarik tangannya dengan lembut.Mas Abi mengikuti langkahku dengan gontai sesekali aku bisa mendengar dia yang menghela nafas dengan berat, dan juga panjang. Aku berharap dengan kami melaksanakan shalat maghrib ini dia bisa kembali tenang dan juga berpikir dengan jernih.*******Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan menyiapkan sarapan, karena hari ini Mas Abi akan mulai mengecor pondasi untuk bangunan rumah kami. Batu bata juga sudah dikonfirmasikan akan datang pagi ini, karena sore kemarin mereka tidak sempat m

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   62. Modus Bi Ramlah! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)62. Modus Bi Ramlah! (Bagian A)Aku sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Bi Ramlah, aku malah berpura-pura tidak dengar dan kemudian melanjutkan kembali pekerjaanku yang sempat tertunda, aku kembali memilah pakaian mana yang ingin aku jemur.Karena aku adalah tipe orang yang menjemur pakaian secara berurutan. Celana, aku letakkan di bagian celana. Begitu juga dengan baju, aku letakkan di bagian baju. Entah kenapa aku merasa ada kepuasan tersendiri saat aku melihat jemuranku rapi dan juga tertata.Aku kemudian tidak mendengar lagi suara dari Bi Ramlah, seolah-olah dia menghilang entah kemana. Dengan perlahan aku berbalik untuk melihat keadaannya, untuk memastikan apakah dia masih ada di sana ataukah sudah pulang ke rumahnya."Astagfirullah!" Aku memekik terkejut saat begitu berbalik, aku malah menemukan wajah Bi Ramlah yang ada tepat di depan wajahku. "Bibi kenapa ada di sini? Mengagetkan saja!" omelku padanya.Namun Bi Ram

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   63. Modus Bi Ramlah! (Bagian B)

    63. Modus Bi Ramlah! (Bagian B)"Tapi aku mau pergi, Bi," kataku menolak dengan halus."Pergi kemana?" tanyanya ingin tahu."Aku mau pergi ke pasar, bareng Mas Abi," kataku lagi."Abinya mana?" tanyanya sambil celingak-celinguk kekiri dan kekanan."Mas Abi lagi mandi ke sungai," kataku dengan jujur, karena capek terlalu lama berdiri, ku akhirnya ikut mendudukkan bokongku di sofa lainnya."Halah, masih di sungai saja. Ya udah sini aja dulu, kita ngobrol-ngobrol dulu," kata Bi Ramlah dengan semangat.Aku hanya menghela nafas dengan panjang, rasanya serba salah. Ingin sekali aku mengusir Bi Ramlah, namun bagaimanapun juga dia adalah Bibi Mas Abi dan itu artinya dia adalah Bibiku juga, tidak sopan rasanya saat aku mengusir dirinya dari rumahku sendiri."Gimana permintaan Bibi tadi?" tanyanya sambil menunjukkan wajah yang sangat cerah."Permintaan apa sih, Bi?" tanyaku tak mengerti."Yang tadi loh," katanya sambil menaik turunkan alisnya.Ingin sekali rasanya aku berteriak pada Bi Ramlah,

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   64. Modus Bi Ramlah! (Bagian C)

    64. Modus Bi Ramlah! (Bagian C)"Iya, tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah nya untuk cicilan bank, tapi yang empat belas juta sekiannya Bibi mau pergunakan untuk membeli emas. Bibi pusing loh, An. Soalnya saudara Pak Lek mu, mau datang, dan Bibi itu nggak punya perhiasan sama sekali. Bibi mau membeli emas agar mereka itu hormat kepada Bibi," kata Bi Ramlah menjelaskan panjang lebar.Aku menatapnya dengan alis terangkat tinggi, apa katanya? Ingin membeli perhiasan? Yang tidak-tidak saja Bi Ramlah ini, bagaimana bisa dia ingin membeli perhiasan dengan cara meminjam uang orang lain?Lagipula, kenapa gengsinya sangat tinggi? Dia tidak ingin terlihat susah didepan keluarga Pak Lek, dengan cara mengorbankan orang lain yang dia pinjam uangnya.Bi Ramlah benar-benar sangat egois, aku tidak habis pikir kenapa ada orang seperti dirinya diciptakan di muka bumi ini."Ya ampun, Bi. Nggak usah yang aneh-aneh, deh. Nggak usah pakai perhiasan lah, ngapain juga? Bibi harus minjam-minjam uang ke ora

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   65. Curiga! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)65. Curiga! (Bagian A)Pondasi rumahku sudah di bangun, dan Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar, dan tidak ada kendala yang berarti. Mas Abi dan juga teman-temannya mengerjakan pembangunan rumah kami dengan sangat cepat.Banyak tetangga yang terkejut dengan pondasi yang tengah Mas Abi bangun, karena kami memang membangun rumah yang cukup besar. Bahkan lebih besar dari rumah si Lampir. Setelah berdiskusi dengan Emak dan juga Aira, aku memutuskan untuk membangun rumah yang besar dan juga mewah. Entah kenapa aku sekarang ini tidak mau kalah dari si Lampir, apakah ini penyakit hati?Tapi, kata Aira ini adalah suatu hal yang wajar. Toh, aku memakai uangku sendiri bukan memakai uang mertuaku ataupun meminta bantuan dengan cara menjual sebagian lahan mereka.Aku hanya tidak ingin diremehkan, aku ingin dilihat. Apakah salah? Aku ingin menunjukkan pada seluruh keluarga Mas ABi yang dari dulu sangat mengagung-agungkan si Lampir,

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   66. Curiga! (Bagian B)

    66. Curiga! (Bagian B)Siapa lagi yang memanggil namaku, sih? Membuat orang menjadi terganggu saja, pembicaraanku dan juga Bu Mutia terpaksa terhenti akibat panggilannya. Aku langsung mendongak saat sebuah kepala nongol dari pintu gubukku ini.Itu Ibu, mau apa dia ke sini? Semenjak terakhir kali dia dan juga Ema ke sini, dia sama sekali tidak pernah berkunjung lagi, dan jujur saja aku merasa sangat tenang karena hal itu.Seolah-olah ada beban berat yang terangkat dari pundakku, tapi kenapa dia datang lagi? Apa dia tidak ada pekerjaan? Namun, aku langsung bangkit dan menyalaminya, bagaimanapun juga dia adalah Ibu mertuaku dan itu artinya dia adalah Ibu dari suamiku.“Masuk, Bu,” kataku sambil mempersilahkan dia untuk masuk ke dalam gubuk.Ibu langsung masuk dan celingak-celinguk menatap ke sekeliling, dia sepertinya sedang mencari sesuatu. Mencari apa, sih?“Ibu nyari apa?” tanyaku dengan bingung, sambil kembali mendidihkan air untuk membuatkan Ibu minum.“Mana sofa yang Ibu kasih? Kok

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   67. Curiga! (Bagian C)

    67. Curiga! (Bagian C)“Sudahlah, lupakan!” ujar Ibu akhirnya.Aku dan Bu Mutia langsung berpandangan, namun setelahnya Bu Mutia menerima telpon dari anaknya yang mengatakan kalau dia sedang ada tamu di rumahnya. Dan Bu Mutia terpaksa harus berpamitan segera, dia pergi setelah berbasa-basi sebentar denganku dan juga Ibu.Kini hanya tinggal aku dan juga Ibu yang duduk di sini, Ibu yang masih menatap keluar hanya diam dan itu membuat aku merasa canggung.“Ibu sudah makan?” tanyaku memulai pembicaraan. “Ana masak sayur asam kalau Ibu mau makan,” kataku lagi menawarkan.“Ibu sudah makan, apa maksud kamu tanya begitu?” tanya Ibu dengan ketus. Aku langsung menatap Ibu dengan pandangan heran, “maksud apa, Bu?” tanyaku tak mengerti.“Apa kamu kira Ibu nggak punya beras di rumah? Jangan sok kamu, An!” katanya lagi dengan nada yang semakin ketus. “Kamu menghina Ibu namanya!” kata Ibu lagi.Astaghfirullahaladzim, aku mengelus lembut dadaku saat mendengar penuturan Ibu. Padahal niatku baik, tapi

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   68. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)68. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian A)“Hah?!” Aku langsung keluar dan berjalan dengan cepat menuju ke bawah pohon mangga yang sedari tadi tidak aku perhatikan, di sana teronggok plastik polybag yang tadi menutupi sofa milikku.Tapi kemana isinya? Kenapa hanya plastiknya saja yang tertinggal? Sofaku di mana?“MAS! MAS!” Aku memanggil Mas Abi sambil berjalan melewati pondasi yang mulai berdiri kokoh, namun aku sama sekali tidak menemukan keberadaan suamiku itu. Padahal belum ada lima menit kami bersama, dia sudah menghilang saja.“Mas Abi mana, Bang?” tanyaku pada Bang Ridho.Dia adalah tukang yang diajak kerja oleh Mas Abi, orangnya ramah dan juga baik. Dan yang paling penting, kerjanya sangat cekatan, dan juga efisien, wajar saja kalau Mas Abi mengajaknya untuk bekerja.Bang Ridho menatapku dengan pandangan heran, sedangkan kedua kernet yang sedang mengaduk semen juga langsung menatapku dengan pandangan yang sama.“Kenapa, An? A

    Last Updated : 2022-06-23

Latest chapter

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   532. Keadaan Lisa!

    532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)

    531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)

    529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)

    528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)

    526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)

    525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata

DMCA.com Protection Status