Share

67. Curiga! (Bagian C)

Author: Aksara Ocean
last update Last Updated: 2022-06-23 17:32:32

67. Curiga! (Bagian C)

“Sudahlah, lupakan!” ujar Ibu akhirnya.

Aku dan Bu Mutia langsung berpandangan, namun setelahnya Bu Mutia menerima telpon dari anaknya yang mengatakan kalau dia sedang ada tamu di rumahnya. Dan Bu Mutia terpaksa harus berpamitan segera, dia pergi setelah berbasa-basi sebentar denganku dan juga Ibu.

Kini hanya tinggal aku dan juga Ibu yang duduk di sini, Ibu yang masih menatap keluar hanya diam dan itu membuat aku merasa canggung.

“Ibu sudah makan?” tanyaku memulai pembicaraan. “Ana masak sayur asam kalau Ibu mau makan,” kataku lagi menawarkan.

“Ibu sudah makan, apa maksud kamu tanya begitu?” tanya Ibu dengan ketus.

Aku langsung menatap Ibu dengan pandangan heran, “maksud apa, Bu?” tanyaku tak mengerti.

“Apa kamu kira Ibu nggak punya beras di rumah? Jangan sok kamu, An!” katanya lagi dengan nada yang semakin ketus. “Kamu menghina Ibu namanya!” kata Ibu lagi.

Astaghfirullahaladzim, aku mengelus lembut dadaku saat mendengar penuturan Ibu. Padahal niatku baik, tapi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   68. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)68. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian A)“Hah?!” Aku langsung keluar dan berjalan dengan cepat menuju ke bawah pohon mangga yang sedari tadi tidak aku perhatikan, di sana teronggok plastik polybag yang tadi menutupi sofa milikku.Tapi kemana isinya? Kenapa hanya plastiknya saja yang tertinggal? Sofaku di mana?“MAS! MAS!” Aku memanggil Mas Abi sambil berjalan melewati pondasi yang mulai berdiri kokoh, namun aku sama sekali tidak menemukan keberadaan suamiku itu. Padahal belum ada lima menit kami bersama, dia sudah menghilang saja.“Mas Abi mana, Bang?” tanyaku pada Bang Ridho.Dia adalah tukang yang diajak kerja oleh Mas Abi, orangnya ramah dan juga baik. Dan yang paling penting, kerjanya sangat cekatan, dan juga efisien, wajar saja kalau Mas Abi mengajaknya untuk bekerja.Bang Ridho menatapku dengan pandangan heran, sedangkan kedua kernet yang sedang mengaduk semen juga langsung menatapku dengan pandangan yang sama.“Kenapa, An? A

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   69. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian B)

    69. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian B)“Ah, mau apa, Dek? Mas malas ke sana, lagi pula kalian itu baru saja bertemu. Kamu mau apa kembali bertemu dengan Ibu?” tanya Mas Abi dengan nada heran.“Ada yang mau aku bicarakan dengan Ibu, Mas,” kataku lagi.Aku memang tidak mau mengatakan kepada mas Abi kalau sofa yang tadi ada di halaman kini sudah diambil oleh Ibu, sepertinya suamiku itu juga tidak menyadari atas hilangnya sofa yang aku bungkus dengan plastik polybag itu. Biar saja dia akan tahu sendiri nanti."Memangnya penting ya, Dek? Kalau nggak terlalu penting, bagaimana kalau nanti malam saja kita ke rumah Ibu?" Mas Abi mencoba bernegosiasi kepadaku."Ini penting, dan harus sekarang!" kataku setengah memaksa.Aku bisa melihat Mas Abi yang menghela nafas dengan lelah, kemudian mengangguk singkat. Dia lalu lalu berjalan ke arah Bang Ridho dan berpamitan pada temannya itu, aku dengan sigap mengunci gubukku dan langsung naik ke motor yang sudah dihidupkan mesinnya oleh Mas Abi."Ayo cepat,

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   70. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian C)

    70. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian C)“Tetap saja itu namanya kamu membuang pemberian Ibu, lagi pula seharusnya kamu mikir kalau punya barang itu dimasukkan semuanya ke dalam rumah, kalau tidak muat, ya buat yang lebih besar!” kata Ibu lagi dengan nada ketus.“Itu hanya untuk sementara, Bu. Bukan selamanya kami letakkan di halaman,” ujar Mas Abi tiba-tiba. “Lagipula Ibu tidak ada hak lagi untuk mengambil sofa itu, karena Ibu sudah memberikannya kepada istriku,” kata Mas Abi sambil menatap ibunya dengan pandangan tajam.“Abi kamu ini apa-apaan, sih? Sudah tidak ada hormat-hormatnya kepada orang tua sendiri!” ujar Bapak tiba-tiba. “Lagipula, ibumu sudah menjelaskan kalau sofa itu kalian buang!” kata Bapak lagi.“Tidak hormat dari mana, Pak? Aku merasa tidak dihargai karena tiba-tiba saja sofa itu sudah Ibu ambil dengan diam-diam, jika Ibu memang ingin memintanya kembali maka Ibu bisa mengatakan kepada kami. Tidak dengan cara mengambilnya diam-diam seperti itu,” ujar Mas Abi lagi. “Dan sa

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   71. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)71. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian A)Aku dan Mas Abi kini tengah duduk di sebuah warung es campur di pinggir jalan, Mas Abi memberhentikan motor kami di sini dan langsung turun memesan es campur dua gelas. Dia duduk di kursi yang disediakan, dan melambaikan tangannya kepadaku yang masih terbengong di atas motor.Aku langsung mendekati Mas Abi dan duduk disampingnya, wajahnya masih terlihat mengeras dan menatap ke depan sana dengan pandangan tajam dan juga lekat."Sudahlah Mas, Mas tidak perlu marah-marah begitu, lagipula niatku ke sana bukan untuk marah-marah seperti tadi. Aku hanya ingin berterima kasih kepada Ibu, karena dia sudah mengangkut sofa itu dengan ikhlas, tanpa aku harus susah-susah membuangnya," kataku kepada Mas Abi.Namun suamiku itu sama sekali tidak menyahuti ucapanku, jangankan menyahut menoleh saja tidak. Dia hanya menatap ke depan sana dengan pandangan tajam, dan beberapa saat kemudian dia menghela nafas deng

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   72. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian B)

    72. Mendatangi Rumah Ibu! (Bagian B)"Mas hanya berharap Ibu dibukakan pintu hatinya oleh Allah, bagaimanapun juga lama-lama aku juga tidak tahan karena melihat ketidakadilan yang Ibu buat semakin parah dan semakin menjadi-jadi. Jika dulu dia hanya bersikap tidak adil padaku dan juga mas Abi, Mas masih bisa terima. Tetapi saat dia sudah bersikap tidak adil padamu dan juga Mbak Lisa, hati Mas terasa begitu sakit, Dek!" kata Mas Abi dengan lembut.Aku hanya menatapnya dengan pandangan sedih dan juga tersentuh, aku tidak menyangka kalau suamiku sebegitu perhatiannya kepadaku, dia bahkan tidak memikirkan dirinya sendiri namun dia sangat memikirkan diriku."Aku sebenarnya tidak masalah, Mas. Aku tidak masalah Ibu memberikan lebih kepada Mbak Lisa dan juga Mas Aji, tetapi yang aku mau keluarga kita tidak diusik. Tetapi mereka selalu mengusik ketenangan keluarga kita, dengan mengatai aku mandul, dengan menyuruhku untuk bekerja menjadi TKW. Seolah-olah apapun yang aku lakukan memang salah dim

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   73. Gosip Baru! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)73. Gosip Baru! (Bagian A)“Besar banget rumah kamu, Na! Gila!” Aku hanya memutar bola mataku dengan malas, melihat Bi Ramlah yang memutari rumahku dan masuk ke setiap ruangannya dengan pandangan takjub. Rumahku sudah jadi, dan saat ini Bang ridho tengah memoles dindingnya dengan cat berwarna biru muda. Pengerjaan yang dilakukan oleh mas Abi dan juga Bang Ridho termasuk sangat cepat, mereka dengan cekatan mendirikan rumah ini hanya kurun waktu dalam dua bulan saja.Rumah dengan ukuran sepuluh meter kali lima belas meter, memang termasuk benar-benar besar di desa ini. Bahkan rumah si Lampir Lisa saja tidak sebesar ini, aku memang sengaja membuat rumah ini menjadi besar karena aku ingin di masa tua nanti Emak ikut denganku.Dan sebagai anak paling besar, aku berharap ketika lebaran tiba adik-adikku akan datang ke sini dan kami akan kumpul keluarga sehingga rumahku cukup untuk menampung kami semua.Aku dan juga Mas Abi akan segera

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   74. Gosip Baru! (Bagian B)

    74. Gosip Baru! (Bagian B)"An, ngomong-ngomong, kenapa kamu membuat rumah ini dengan kamar yang sangat banyak? Tiga pula, untuk apa? Wong kalian hanya berdua," tanya Bi Ramlah ingin tahu.Ternyata dia sama sekali belum kapok, walaupun aku tidak menyahuti ucapannya sedari tadi. Dia sepertinya benar-benar mempunyai muka yang sangat tebal, sehingga tidak sadar kalau orang yang diajak bicara tidak menyukai keberadaannya."Ya nanti kami 'kan, akan punya anak, Bi. Biarlah kamarnya banyak, biar nggak perlu renovasi lagi nanti," kataku sekenanya."Oh, memang kalian sudah periksa? Memang kata dokter kalian ini bisa punya anak?" tanya Bi Ramlah cepat.Deg!Aku langsung menatapnya dengan pandangan tajam, hingga membuat Bi Ramlah menjadi salah tingkah. Dia mengusap tengkuknya, dan menatapku dengan pandangan permohonan maaf."Maaf! Maaf! Bukan begitu maksud Bibi, Ab. Maksudnya, kalian itu sudah periksa? Apakah sudah ada kemajuan?" tanyanya dengan lembut.Aku hanya mendengus dengan keras, dan kemb

    Last Updated : 2022-06-23
  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   75. Gosip Baru! (Bagian C)

    75. Gosip Baru! (Bagian C)"Ngakunya dapat warisan, eh ternyata hutang di toko bangunan. Bangun, An. Mimpimu ketinggian!" kata Bi Ramlah lagi.Aku menulikan telingaku, dan kembali menatap ke depan sana dengan pandangan bosan. Kenapa Mas Abi lama sekali, sih? Aku sudah sangat muak mendengarkan ocehan bibinya ini."Suami istri kok yo kompak sekali, ya? Suka bohong! Hahahaha …." Bi Ramlah tertawa bahagia. "Bener apa yang Mbak Sri bilang, kalian itu tukan halu!" katanya dengan nada ketus.Walah! Mau disahuti, kok rasanya malas ya? Tapi didiamkan, kok malah bertambah parah? "Setelah rumah ini dibangun, terus apa? Hah? Hutang kalian banyak! Lalu bayarnya gimana? Mikir seharusnya!" Lanjut Bi Ramlah semakin menggebu-gebu. "Orang kalau bangun rumah itu, ngisi perabotan baru. Bukannya malah termenung di depan pintu mikirin gimana cara bayar hutang!" katanya mengejek.Ya, ya, teruslah mengoceh, Bi. Aku anggap ini adalah dongeng pengantar tidur! Aku tetap menatap ke depan sana dengan pandangan d

    Last Updated : 2022-06-23

Latest chapter

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   532. Keadaan Lisa!

    532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)

    531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)

    529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)

    528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)

    526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)

    525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi

  • PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegan)   524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)

    PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata

DMCA.com Protection Status