PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)53. Calon Madu untuk Anna! (Bagian A)"H—ha?!" Aku bahkan tergagap, belum bisa mencerna apa yang wanita ini katakan. Apa katanya tadi? Ema? Teman Mbak Lisa?E—ema yang mau mereka jodohkan padaku? Gila! Jika si Ema ini adalah gadis cantik dan muda saja, aku tidak mau! Apalagi wanita tua dengan bentukan seperti ini.Ya Allah! Apa mereka benar-benar sudah gila?"Mas Abi …."Astaghfirullah! Aku ingin menangis saat ini, aku merasa namaku begitu buruk ketika keluar dari dua belah bibirnya. Aku tiba-tiba merasa kesal pada namaku sendiri, hanya gara-gara wanita ini."Y—ya?" Aku menelan ludah, dan melihat ke belakang. Ibu dan Mbak Lisa belum kelihatan, mungkin mereka masih di belakang. Aku lantas bergegas menarik Mas Aji, dan menemui Ibu itu bersama."Apaan sih, Bi?" tanya Mas Aji emosi."Ini siapa, Mas? Kenal nggak?" tanyaku sambil menunjukkan Ibu itu.Mas Aji langsung mengernyitkan dahinya, lalu menggeleng pelan. "Aku nggak tahu, eman
54. Calon Madu untuk Anna! (Bagian B)"Hebat ya, Bu!" Mas Aji berujar kagum. "Mbak Ema ini janda ditinggal mati atau bercerai?" tanya Mas Aji lagi."Panggil Ema saja, Mas. Toh, kalau jodoh saya ini bakalan jadi adiknya Mas Aji!" ujarnya malu-malu, sambil mengerling ke arahku.Apa? Dia gila? "Oh, iya, Ema! Lebih enak juga ya, nama kamu bagus!" kata Mas Aji sambil tersenyum.Astaghfirullah! Astaghfirullah! "Saya bercerai hidup, Mas." Ema menjawab singkat.Ibu dan yang lain hanya mengangguk, mereka bahkan tidak repot-repot bertanya apa penyebab perceraian mereka. Gila! Benar-benar gila!"Hmmmm, saya ke sini mau tanya sesuatu, Bu!" ujar Ema ke arah Ibu."Tanya apa, Nak?" jawab Ibu lembut."Apa Mas Abi sudah setuju untuk menikah dengan saya?" tanyanya sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu.Ya Allah, sangat mengerikan di mataku."Aku tidak setuju!" Aku menyahut tiba-tiba.Ibu dan yang lainnya langsung melotot, sedangkan Ema? Dia kini tengah menatapku dengan pan
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)55. Serangan Balasan! (Bagian A)"Heh! Kamu nggak berhak, ya, ngatur-ngatur kami, terus ngusir-ngusir kami dari rumah ini. Ini rumah anakku! Ngerti? Kalau jadi mantu itu, nggak usah sok berkuasa, dasar otak udang!" sentak Ibu dengan nada yang sangat ketus.Aku langsung menatapnya dengan pandangan datar, Ibu sepertinya sudah lupa kalau dia harus berhati-hati denganku. Kalau tidak, dia akan kehilangan uang lima puluh juta seperti kemarin."Ini rumah Anna juga Bu, bukan hanya rumah Mas Abi sendiri. Dan jika Ibu memang mau menjodohkan Mas Abi dengan wanita itu, silahkan saja! Anna tidak peduli, tapi tentunya kalau Mas Abi setuju!" kataku dengan nada yang sangat-sangat santai, tidak ada kemarahan di dalam nada suaraku sedikitpun.Sedangkan di belakangku aku bisa mendengar Aira yang tengah menahan tawa dengan susah payah, bagaimana dia tidak tertawa jika kejadiannya seperti ini? Andai saja bukan aku yang menjadi korban di sini, maka a
56. Serangan Balasan! (Bagian B)Aku hanya mengangguk dan menyetujui ucapan adikku itu, bagaimanapun juga selera keluarga Mas Abi benar-benar sangat-sangat rendah.Bukan masalah wanita itu berasal dari kalangan mana, cantik atau jelek, maupun status wanita itu apa, tetapi bagaimana bisa mereka tega menjodohkan Mas Abi dengan wanita tua seperti itu?Mereka sama sekali tidak menghargai Mas Abi, mereka sepertinya hanya menginginkan keuntungan dan juga uang, serta kehormatan akan jabatan yang disandang oleh Ema."Heh! Ini urusan kami, bukan urusan kamu. Kalau kakakmu memang tidak mau dipoligami, maka dia bisa mengajukan perceraian ke pengadilan agama. Yang pasti Abi akan menikahi Ema secepatnya!" kata ibu dengan nada tegas.Aku bisa melihat teman si Lampir Lisa yang bernama Ema itu itu terlihat mengangguk dan juga menunduk setelahnya, tentunya dengan wajah merah yang malu-malu kucing. Dia sepertinya sangat malu saat ibu mengatakan kalau dia akan menikah dengan Mas Abi. Well dia cukup per
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)57. Perfect Combo! (Bagian A)"Hahahahaha!" Ibu malah tertawa terbahak-bahak.Aku dan Aira hanya bisa diam menatapnya dengan pandangan bingung, kenapa? Aira membisikkan apa tadi memangnya?"Kamu ngomong apa, Dek?" tanyaku ingin tahu."Hah? Aku ngomong jumlah uang Mbak ada berapa, lagian ngapain di sembunyikan lama-lama? Ya dikasih tau aja, biar mereka nggak merongrong terus. Itu uang, Mbak. Mbak berhak menggunakannya sesuka hati," kata Aira dengan sedikit ketus. "Mungkin dengar nominal uang segitu banyaknya, mertuamu jadi gila, Mbak!" kata Aira lagi."Hahahaha! Halu! Hahahahaha!" Ibu kembali tertawa dengan kuat."Kenapa sih, Bu?" tanya si Lampir penasaran."Ini bocah," sahut Ibu sambil menunjuk Aira. "Masak dia bilang si Anna dapat warisan lima ratus juta! Hahahahaha!" Ibu kembali tak dapat menahan tawanya."APA?!" Mereka langsung memekik kompak."HAHAHAHAHA, HALU WOY!" Dan langsung tertawa kemudian seperti orang gila yang kehila
58. Perfect Combo! (Bagian B)"Kamu nggak bisa menghormati Ema? Dia akan menjadi madumu!" kata Ibu lagi."Madu siapa? Aku? Lah, wong Mas Abi saja tidak mau, kok! Coba tanya sama Mas Aji, mana tau dia menerima. Kan, si Tante bisa jadi madu istrinya!" kataku dengan nada ketus.Dari kejadian kemarin, aku sama sekali tidak ada menyebut nama Lampir dengan sebutan 'Mbak'. Rasanya bibirku sangat tidak sudi memanggil dia, gatal-gatal, lidahku tiba-tiba alergi."Lagian, kenapa sih, kalian sangat ingin menjadikan dia sebagai istri Mas Abi?" tanyaku ingin tahu."Ya agar kalian sejahtera, lah. Supaya adikku nggak kepanasan, nggak kehujanan kalau kerja. Kuli bangunan kok, dijadikan profesi!" sahut Mas aji sinis."Ya kalau memang sayang sama suamiku, di kasih lahan dikit, dong! Masak tega ngeliat adiknya kepanasan dan kehujanan di saat kerja, Mas Aji 'kan enak. Toke sawit, gajinya gede!" kataku dengan nada sinis."Ini! Ini yang Ibu nggak suka darimu, An. Kamu selalu merongrong keluarga kami!" kata
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)59. Mau Apa? (Bagian A)Ibu dan yang lainnya langsung menelan ludah susah payah, dia kemudian bertukar pandangan dengan si Lampir dan juga Ema. Dan ketiga wanita yang ada di depan sana langsung mengangguk kompak, kemudian masing-masing dari mereka mengambil tas dan langsung berdiri.“Ayo, Mas. Bisa ikutan gila kita kalau kelamaan sama mereka!” ujar si Lampir dengan nada sinis, dia kemudian menggamit tangan Mas Aji dan menarik Kakak kandung suamiku itu dengan mesra agar mengikuti langkahnya.“Iya, yang pasti aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan Mas Abi! ujar Ema lagi.Dia melewat bahuku dengan menyenggolnya sedikit, persis seperti antagonis yang ada di sinetron ikan terbang. Sekarang malah dia yang bersikap seperti istri sah, dan aku yang seperti pelakornya. Gila!"Di sini tidak sehat, karena banyak hawa hawa jahat yang Ibu rasakan!" ujar Ibu sambil mendelik sinis ke arahku.Aku hanya menatapnya dengan pandangan datar sudah t
60. Mau Apa? (Bagian B)Aku hanya menatapnya dengan pandangan datar apa yang Aira katakan memang benar karena sebenarnya aku juga mempunyai keinginan untuk memberitahukan kepada mereka kalau itu adalah uang yang diberikan oleh emak"Lagipula setelah ini Mbak harus mengatakan kepada orang-orang yang bertanya, kalau uang ini diberikan oleh Emak. Jangan sampai ada berita lagi yang beredar kalau Mbak memelihara tuyul, untuk menjadi kaya seperti saat ini." Aira berujar sambil mencebik sinis. "Karena tipe-tipe orang seperti Bi Ramlah dan juga keluarga Mas Abi yang lainnya, benar-benar adalah tipe manusia yang tidak senang melihat kalian yang mempunyai kehidupan lebih baik. Mereka tidak senang melihat kalian yang bisa membangun rumah diatas tanah yang kalian beli, mereka aku yakin mereka akan lebih kepanasan saat Mbak jadi membuka grosir dan juga membeli motor baru!" kata Aira lagi.Aku hanya mengangguk, Aira kembali mengucapkan kata-kata yang sangat benar. Keluarga Mas Abi sepertinya memang
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata