PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)48. Wanita yang bernama Ema! (Bagian A)POV ABIAku sedang berada di halaman belakang saat suara beberapa orang terdengar dari depan sana, aku langsung bergegas untuk melihat yang datang karena memang aku sedang menunggu truk pengangkut pasir.Sopirnya tadi mengatakan akan mengantar pasir ke rumahku setelah dari rumah Pak Paijo yang ada di Kecamatan sebelah, Pak Paijo adalah orang yang terpaksa aku tolak permintaannya untuk membangun rumah beliau.Karena Alhamdulillah kami mempunyai rezeki untuk membangun rumah sendiri, dan aku terpaksa menolak pekerjaan itu. Dan syukurnya Pak Paijo mengerti, dan dia sekarang menggunakan jasa temanku."Bi! Abi!" Suara Ibu! Aku sangat mengenali suara wanita yang sudah melahirkanku dua puluh delapan tahun yang silam, suara Ibu sangat khas. Entah karena suaranya yang mempunyai sedikit logat Jawa atau karena dia yang terlalu sering berteriak dengan semangat masa mudanya."Abi! Abi! Kamu di mana?" Su
49. Wanita yang bernama Ema! (Bagian B)Mas Aji dan Mbak Lisa langsung melotot kaget, mereka sepertinya tidak terima dengan apa yang baru saja aku katakan. Namun, aku tidak peduli! Aku tidak akan diam lagi, jika mereka terus-terusan menghina istriku."ABI!" Ibu membentak aku, suaranya keras dan juga lantang. Dia sepertinya amat marah karena aku baru saja mengatakan kalau anak kesayangannya itu, akan bercerai dengan menantu kesayangannya juga.Wajah Ibu terlihat memerah, dia melihatku dengan tatapan geram. Aku hanya melihatnya dengan pandangan datar, aku menunggu lanjutan dari bentakan yang baru saja Ibu berikan."Kamu ini, bagaimana bisa kamu mendoakan kalau masmu dan juga mbakmu akan bercerai?" katanya dengan wajah yang terlihat sangat menakutkan."Aku tidak mendoakan mereka, Bu. Malah aku bilang, semoga saja mereka tidak bercerai," kataku membela diri."Itu sama saja kamu mendoakan mereka, Abi!" kata Ibu dengan marah."Lah, dari mana aku mendoakan mereka? Bukannya mereka yang selam
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)50. Ternyata dia adalah …. (Bagian A)Aku lantas beranjak ke pintu dan setelahnya aku bisa menemukan seorang wanita muda, yang tengah berdiri canggung menatapku. Dia terlihat malu-malu."Maaf, Mbak! Mencari siapa, ya?" tanyaku ingin tahu."Oh, saya ingin mencari Bu Sri. Tadi waktu saya ke rumahnya, Bapak mengatakan bahwa Bu Sri sedang ada di sini," katanya sambil menunduk.Aku langsung mempersilahkan wanita itu untuk masuk kedalam, bagaimanapun juga dia adalah tamu. Walaupun tamu untuk Ibu, karena aku sama sekali tidak mengenal wanita ini.Kalau bisa menerka, aku mengira wanita ini pasti seusia dengan Aina. Ada perlu apa Ibu dengan wanita ini? Aku bertanya-tanya di dalam hati."Bu, ada yang mencari," kataku dengan cepat.Ibu lantas berbalik dan tersenyum sumringah, dia langsung berdiri dan menarik wanita itu untuk duduk di sofa. Wanita itu bergerak tidak nyaman dan dia menatap ke sekeliling dengan canggung."Kamu kok ke sini, Ndu
51. Ternyata dia adalah …. (Bagian B)"Kurang jelas, Mbak?" tanyaku lagi. "Maksudku itu adalah, izinkan Mas Aji yang menikahi si Ema. Biar hidup kalian semakin makmur, karena dia mempunyai dua orang istri yang berprofesi sebagai pegawai negeri. Dan Ibu juga bakalan senang karena dia mempunyai dua orang menantu seperti Mbak ini," kataku sambil tertawa kecil."Kamu jangan kurang ajar ya, Bi! Bisa-bisanya kamu menyuruh masmu, menikah lagi dengan Ema!" katanya dengan nada ketus."Aku tidak menyuruh Mas Aji untuk menikah dengan Ema, Mbak. Aku menyuruh Mbak mengizinkan Mas Aji, untuk menikah dengan Ema. Beda, dong! Baik itu kalimatnya, maupun artinya. Itu adalah dua pemahaman yang berbeda," kataku kembali memberikan tawa kecil.Namun aku tahu kalau tawa yang aku berikan merupakan suatu ejekan bagi Mbak Lisa, dia pasti merasa terhina dan juga merasa terluka dengan ucapanku.Tetapi aku sama sekali tidak peduli, semenjak dia mengatakan istriku menjual diri untuk mendapatkan uang aku sudah kehi
52. Ternyata dia adalah …. (Bagian C)"Ya nggak gitu juga dong, Bu! Bisa aja emang Ana belum masak, atau kalian yang datang kesini bertepatan dengan dia yang memang tidak sedang memasak ayam ataupun ikan," kataku membela istriku"Halah, memang dasarnya dia itu pelit! Baru ketahuan saja sekarang, itulah istri yang kamu bela-bela. Nyatanya apa? Sama mertua sendiri pelitnya naudzubillah!" kata Ibu dengan nada ketus.Dia langsung mengambil sebuah piring dan juga sendok, lalu dia menyodokkan sop ayam kedalam piringnya nya kemudian menikmati sop yang Ana buat dengan sangat lahap.Aku memutar bola mataku dengan malas saat melihat Mbak Lisa juga melakukan hal yang sama, dia mengambil piring dan juga sendok lalu setelahnya menikmati sop yang disediakan untukku dengan rakus.Dan tak lama kemudian semangkuk sop ayam yang Ana siapkan, sudah habis tak bersisa. Mereka bahkan tidak berpikir untuk meninggalkan sedikitpun untukku.Padahal aku pun tengah dalam keadaan lapar, aku ingin makan. Namun sepe
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)53. Calon Madu untuk Anna! (Bagian A)"H—ha?!" Aku bahkan tergagap, belum bisa mencerna apa yang wanita ini katakan. Apa katanya tadi? Ema? Teman Mbak Lisa?E—ema yang mau mereka jodohkan padaku? Gila! Jika si Ema ini adalah gadis cantik dan muda saja, aku tidak mau! Apalagi wanita tua dengan bentukan seperti ini.Ya Allah! Apa mereka benar-benar sudah gila?"Mas Abi …."Astaghfirullah! Aku ingin menangis saat ini, aku merasa namaku begitu buruk ketika keluar dari dua belah bibirnya. Aku tiba-tiba merasa kesal pada namaku sendiri, hanya gara-gara wanita ini."Y—ya?" Aku menelan ludah, dan melihat ke belakang. Ibu dan Mbak Lisa belum kelihatan, mungkin mereka masih di belakang. Aku lantas bergegas menarik Mas Aji, dan menemui Ibu itu bersama."Apaan sih, Bi?" tanya Mas Aji emosi."Ini siapa, Mas? Kenal nggak?" tanyaku sambil menunjukkan Ibu itu.Mas Aji langsung mengernyitkan dahinya, lalu menggeleng pelan. "Aku nggak tahu, eman
54. Calon Madu untuk Anna! (Bagian B)"Hebat ya, Bu!" Mas Aji berujar kagum. "Mbak Ema ini janda ditinggal mati atau bercerai?" tanya Mas Aji lagi."Panggil Ema saja, Mas. Toh, kalau jodoh saya ini bakalan jadi adiknya Mas Aji!" ujarnya malu-malu, sambil mengerling ke arahku.Apa? Dia gila? "Oh, iya, Ema! Lebih enak juga ya, nama kamu bagus!" kata Mas Aji sambil tersenyum.Astaghfirullah! Astaghfirullah! "Saya bercerai hidup, Mas." Ema menjawab singkat.Ibu dan yang lain hanya mengangguk, mereka bahkan tidak repot-repot bertanya apa penyebab perceraian mereka. Gila! Benar-benar gila!"Hmmmm, saya ke sini mau tanya sesuatu, Bu!" ujar Ema ke arah Ibu."Tanya apa, Nak?" jawab Ibu lembut."Apa Mas Abi sudah setuju untuk menikah dengan saya?" tanyanya sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu.Ya Allah, sangat mengerikan di mataku."Aku tidak setuju!" Aku menyahut tiba-tiba.Ibu dan yang lainnya langsung melotot, sedangkan Ema? Dia kini tengah menatapku dengan pan
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)55. Serangan Balasan! (Bagian A)"Heh! Kamu nggak berhak, ya, ngatur-ngatur kami, terus ngusir-ngusir kami dari rumah ini. Ini rumah anakku! Ngerti? Kalau jadi mantu itu, nggak usah sok berkuasa, dasar otak udang!" sentak Ibu dengan nada yang sangat ketus.Aku langsung menatapnya dengan pandangan datar, Ibu sepertinya sudah lupa kalau dia harus berhati-hati denganku. Kalau tidak, dia akan kehilangan uang lima puluh juta seperti kemarin."Ini rumah Anna juga Bu, bukan hanya rumah Mas Abi sendiri. Dan jika Ibu memang mau menjodohkan Mas Abi dengan wanita itu, silahkan saja! Anna tidak peduli, tapi tentunya kalau Mas Abi setuju!" kataku dengan nada yang sangat-sangat santai, tidak ada kemarahan di dalam nada suaraku sedikitpun.Sedangkan di belakangku aku bisa mendengar Aira yang tengah menahan tawa dengan susah payah, bagaimana dia tidak tertawa jika kejadiannya seperti ini? Andai saja bukan aku yang menjadi korban di sini, maka a