PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant) 399. Kehilangan (Bagian A) “Mas, nanti malam kita ke rumah juragan Karta, ya! Biar kita ambil surat tanahmu,” ujar Abi setelah sesaat setelah dia selesai meneguk air minum dari botol. Mereka saat ini sedang beristirahat makan siang, di dalam rumah kecil milik mereka yang ada di sawah ini. Masing-masing dari tiga orang yang ada di sana, sudah menyelesaikan makannya. Baik Amran, Aji, maupun Abi, kini sudah bersandar di dinding dan menikmati angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Setelah setengah harian bekerja di sawah, memang hal yang paling menyenangkan adalah saat merasakan hembusan angin yang menerpa wajah dan juga tubuh mereka. Sepanjang mata memandang, hanya terlihat sawah yang sebagian baru mulai menguning dan sebagian lagi sudah selesai di arit. Menurut perkiraan mereka, hari ini sawah yang sudah bisa dipanen akan selesai dan dalam waktu dua minggu ini maka sawah sisanya juga bisa dipanen. Aji yang mendengar kata-kata ad
400. Kehilangan (Bagian B)"Yang penting kita sudah mendapatkan jalan keluarnya," ujar Abi dengan lembut."Aku berterima kasih sekali sama kamu dan juga Anna, karena kalian mau membantuku untuk melunasi hutang-hutang ku pada juragan Karta. Kalau tidak ada kalian, maka aku pasti akan kebingungan dan berakhir dengan mati setelah dihisap habis oleh lintah darat itu," kata Aji sambil memalingkan wajahnya ke arah kolam."Wah, tumben seorang Mas Aji bisa mengucapkan kata terima kasih," Abi menggoda kakaknya itu.Aji langsung menoleh cepat, dia mendelik dan menatap Abi dengan pandangan tajam. Dia merasa geram luar biasa, karena kata-kata adiknya barusan yang terdengar mengejek di telinganya."Maksud kamu apa?!" tanya Aji dengan ketus."Ya, maksud aku selama ini kan, Mas nggak pernah ngucapin terima kasih. Mas, itu kan angkuh, sombong, culas, dan … apalagi, ya?" Abi memegang keningnya dengan raut berpikir yang terlihat serius."Dan juga bego!" Amran menyahut cepat."Bapak kok ikut-ikutan, sih
401. Kehilangan (Bagian C)"Ya, terus aku harus apa? Harus pargoy? Harus goyang engkol begitu? Ya aku juga rindu sama mereka, tapi aku kan biasa saja. Toh, jika aku memang tidak bisa menahannya lagi, maka aku tinggal pergi ke rumah orang tua Lisa dan menemui mereka di sana," sahut Aji dengan santai. "Jika mereka pergi ke Jerman, baru aku gelisah karena pergi ke sana membutuhkan waktu yang lumayan lama," kata Aji lagi."Tapi ya tetap saja … Mas, itu terlalu santai," Abi belum mau kalah. "Bagaimana kalau Mas menuntut hak asuh Naufal dan juga Salsa? Biar mereka tumbuh di dalam pengawasan keluarga kita!" Abi menatap Aji dengan pandangan memohon."Nggak, deh! Aku mau mereka bahagia. Jadi, di manapun mereka berada itu tidak masalah. Toh, kita masih bisa melihat mereka." Aji menyahut cepat."Ya, kalau tidak kamu rujuk saja seperti yang Bapak bilang kemarin." Amran menatap Aji dengan pandangan tajam. "Lagi pula, apa sih yang kamu pikirkan? Toh, kami juga sudah memaafkan Lisa. Semua orang berh
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)402. Amran, Aji, Abi (Bagian A)"Maksud Bapak apa?" tanya Aji. Dia langsung mendudukkan dirinya dan menatap Amran dengan pandangan tajam. "Bapak pernah mau berpisah dengan ibu karena apa, Pak? tanya Aji lagi.Sedangkan Abi sendiri terdiam. Dia sudah bisa menduga apa yang menyebabkan Amran ingin berpisah dengan Sri. Tentu saja karena kehadiran orang ketiga yang tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri.Dada Abi bergejolak, bahkan hingga sampai mau muntah. Rasanya dia takut-takut membayangkan jika sampai Aji tahu. Apakah kakak nya itu akan bersikap seperti biasa?Padahal hubungan mereka baru saja membaik, tapi sekarang Abi sudah takut kalau dia akan kehilangan Aji hanya karena masa lalu yang terkait oleh ibu kandungnya dan juga Sri serta Amran."Ya, Bapak pernah hampir berpisah dengan ibumu dan Bapak sangat menyesali hal itu," kata Amran dengan nada sendu. "Bapak tidak mau kamu juga mengalami hal yang sama, Ji. Kehilangan orang yan
403. Amran, Aji, Abi (Bagian B)Dan Amran sudah merasa muak. Dia muak karena melihat anaknya yang terpuruk seperti ini. Jika memang bisa diperbaiki, lalu kenapa memilih untuk menyerah? Jika bisa kembali bersama, kenapa harus memilih berpisah?"Bapak tahu, kamu pasti memikirkan Lisa dan juga anak-anakmu. Kamu pasti memikirkan bagaimana keadaan mereka di rumah Maryam dan juga Parto, bapak tahu. Jadi, kamu Jangan berlagak kuat dan seolah-olah bisa menanggung ini semua sendirian!" Amran berujar panjang lebar."Aku tidak memikirkan mereka, Pak," kata Aji dengan cepat."Siapa yang sedang berusaha kamu bohongi, Ji? Bapak? Bapak sudah lebih dulu mengalami hal ini! Bukankah Bapak sudah bilang, kalau Bapak dulu pernah mau berpisah dengan Ibumu, dan ibumu membawa kalian pulang ke desa ini. Di saat itulah Bapak merasa benar-benar hancur, karena merasa kehilangan kalian bertiga," kata Amran dengan nada ketus. "Jadi, jangan berusaha membodohi Bapak lagi," lanjutnya dengan tegas.Abi diam-diam meras
404. Amran, Aji, Abi (Bagian C)"Ada selentingan kabar yang bilang kalau Juragan Karta itu memelihara tuyul. Bener ya, Pak?" tanya Abi ingin tahu."Enggak, sih. Karta itu kayaknya nggak melihara tuyul. Dia itu memang punya karena hasil kerja keras, dan ditambah lagi dengan profesinya yang membungakan uang itu," kata Amran sambil mengingat-ingat. "Kalau yang memelihara tuyul sih bukan Karta, tetapi—"Telinga Abi dan juga Aji langsung tegak saat mendengar kata-kata Amran barusan, berarti secara tidak langsung Bapak mereka mengatakan kalau di desa ini ada orang yang memelihara tuyul. Walaupun orang itu bukanlah Karta orangnya.Abi kemudian menggeser tubuhnya menjadi lebih dekat kepada Amran, dia menatap bapaknya itu dengan pandangan lekat, seolah-olah tidak ingin ada secuil ekspresi pun yang terlewat dari matanya."Memangnya siapa yang memelihara tuyul di kampung kita, Pak? Aku kok nggak pernah dengar selain juragan Karta?" tanya Abi ingin tahu."Kamu ini kepo sekali!" Amran menyahut de
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)405. Mulut Lemes Bu Misni (Bagian A)Abi dan juga Aji langsung menatap Amran dengan pandangan cengok, mereka dengan kompak saling berpandangan dan setelahnya sama-sama mendengus kasar kemudian."Bapak bercanda ini, kan?" tanya Aji dengan raut serius."Menurut kamu?" Amran malah bertanya balik"Ya, aku nggak tahu, Pak," sahut Aji dengan kesal. "Tapi aku rasa nggak mungkin kalau keluarga kita yang memelihara tuyul, Wak Cokro saja sebegitu fanatiknya dengan agama, mana mungkin dia memelihara tuyul," sahut Aji lagi. "Lah, siapa yang bilang kalau yang memelihara tuyul itu adalah wawakmu?" Amran menaikkan sebelah alisnya.Abi dan Aji lagi-lagi berpandangan. Jujur saja, mereka bingung dengan kata-kata yang Amran berikan, karena terlalu penuh teka-teki dan juga menjadi misteri bagi mereka berdua."Lalu jika bukan Wak Cokro, siapa Pak? Karena kan keluarga kita hanya Wak Cokro lah yang tersisa sekarang ini," ujar Abi dengan raut heran.Ka
406. Mulut Lemes Bu Misni (Bagian B)Abi mengangguk-angguk dalam diam, benar juga apa yang dikatakan kakaknya barusan. Ibu mereka bertubuh subur, walaupun tidak bisa dibilang gemuk, tetapi Sri adalah orang tua dengan tubuh yang bugar.Jadi rasa-rasanya tidak mungkin jika Ibu mereka menyusui tuyul, karena di tv-tv wanita yang menyusui tuyul pasti akan bertubuh kering kerontang akibat dari kehidupan yang dihisap oleh makhluk gaib itu."Benar juga sih, Mas. Aku merasa sangat bodoh karena sudah termakan kata-kata Bapak." Abi mendengus kesal."Ya, itu sih, karena kamu yang bodoh. Masa kamu nggak bisa berpikir, Bapak itu jujur atau tidak kepada kita. Wong, memelihara tuyul kok dijadikan candaan!" Aji mengomel. "Sudahlah, aku malas membahas ini. Aku mau kerja dulu biar nanti malam tenang, kalau kita ke rumah juragan Karta," ujar Aji sambil bangkit berdiri.Abi juga melakukan hal yang sama, dia bangkit dan meregangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Walaupun cuaca hari ini sangat panas, tetapi
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata