398. Tangisan Penuh Haru (Bagian C)"Semuanya sudah terjadi, tidak ada yang perlu di disesalkan. Ibu sudah memaafkan kamu dan Ibu yakin Aji juga sudah memaafkan kamu, Sa," kata Sri sambil mengeratkan pelukannya kepada tubuh Lisa. "Kamu kenapa semakin kurus? Kenapa dalam beberapa hari saja tulang-tulangmu sudah terlihat seperti ini? Ibu sedih melihat kamu," ujar Sri sambil meraba bahu dan juga lengan Lisa.Anna yang melihat pemandangan haru itu juga ikut menangis, dia merasa emosional karena sudah melihat bagaimana besarnya kasih sayang Sri kepada Lisa dan bagaimana Lisa menyesali perbuatannya."Ya Allah, Nduk! Nduk! Kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu kurus? Kenapa matamu cekung seperti ini? Kamu tidak tidur dengan baik?" ujar Sri sambil mengusap air mata Lisa yang mengalir deras. "Bagaimana keadaan Naufal dan juga Salsa? Apa kalian baik-baik saja? Apa kalian tidak kesusahan di sana?" tanya Sri lagi.Lisa semakin mengeraskan tangisannya, dia memeluk tubuh Sri dengan erat, merasa luar
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant) 399. Kehilangan (Bagian A) “Mas, nanti malam kita ke rumah juragan Karta, ya! Biar kita ambil surat tanahmu,” ujar Abi setelah sesaat setelah dia selesai meneguk air minum dari botol. Mereka saat ini sedang beristirahat makan siang, di dalam rumah kecil milik mereka yang ada di sawah ini. Masing-masing dari tiga orang yang ada di sana, sudah menyelesaikan makannya. Baik Amran, Aji, maupun Abi, kini sudah bersandar di dinding dan menikmati angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Setelah setengah harian bekerja di sawah, memang hal yang paling menyenangkan adalah saat merasakan hembusan angin yang menerpa wajah dan juga tubuh mereka. Sepanjang mata memandang, hanya terlihat sawah yang sebagian baru mulai menguning dan sebagian lagi sudah selesai di arit. Menurut perkiraan mereka, hari ini sawah yang sudah bisa dipanen akan selesai dan dalam waktu dua minggu ini maka sawah sisanya juga bisa dipanen. Aji yang mendengar kata-kata ad
400. Kehilangan (Bagian B)"Yang penting kita sudah mendapatkan jalan keluarnya," ujar Abi dengan lembut."Aku berterima kasih sekali sama kamu dan juga Anna, karena kalian mau membantuku untuk melunasi hutang-hutang ku pada juragan Karta. Kalau tidak ada kalian, maka aku pasti akan kebingungan dan berakhir dengan mati setelah dihisap habis oleh lintah darat itu," kata Aji sambil memalingkan wajahnya ke arah kolam."Wah, tumben seorang Mas Aji bisa mengucapkan kata terima kasih," Abi menggoda kakaknya itu.Aji langsung menoleh cepat, dia mendelik dan menatap Abi dengan pandangan tajam. Dia merasa geram luar biasa, karena kata-kata adiknya barusan yang terdengar mengejek di telinganya."Maksud kamu apa?!" tanya Aji dengan ketus."Ya, maksud aku selama ini kan, Mas nggak pernah ngucapin terima kasih. Mas, itu kan angkuh, sombong, culas, dan … apalagi, ya?" Abi memegang keningnya dengan raut berpikir yang terlihat serius."Dan juga bego!" Amran menyahut cepat."Bapak kok ikut-ikutan, sih
401. Kehilangan (Bagian C)"Ya, terus aku harus apa? Harus pargoy? Harus goyang engkol begitu? Ya aku juga rindu sama mereka, tapi aku kan biasa saja. Toh, jika aku memang tidak bisa menahannya lagi, maka aku tinggal pergi ke rumah orang tua Lisa dan menemui mereka di sana," sahut Aji dengan santai. "Jika mereka pergi ke Jerman, baru aku gelisah karena pergi ke sana membutuhkan waktu yang lumayan lama," kata Aji lagi."Tapi ya tetap saja … Mas, itu terlalu santai," Abi belum mau kalah. "Bagaimana kalau Mas menuntut hak asuh Naufal dan juga Salsa? Biar mereka tumbuh di dalam pengawasan keluarga kita!" Abi menatap Aji dengan pandangan memohon."Nggak, deh! Aku mau mereka bahagia. Jadi, di manapun mereka berada itu tidak masalah. Toh, kita masih bisa melihat mereka." Aji menyahut cepat."Ya, kalau tidak kamu rujuk saja seperti yang Bapak bilang kemarin." Amran menatap Aji dengan pandangan tajam. "Lagi pula, apa sih yang kamu pikirkan? Toh, kami juga sudah memaafkan Lisa. Semua orang berh
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)402. Amran, Aji, Abi (Bagian A)"Maksud Bapak apa?" tanya Aji. Dia langsung mendudukkan dirinya dan menatap Amran dengan pandangan tajam. "Bapak pernah mau berpisah dengan ibu karena apa, Pak? tanya Aji lagi.Sedangkan Abi sendiri terdiam. Dia sudah bisa menduga apa yang menyebabkan Amran ingin berpisah dengan Sri. Tentu saja karena kehadiran orang ketiga yang tidak lain adalah ibu kandungnya sendiri.Dada Abi bergejolak, bahkan hingga sampai mau muntah. Rasanya dia takut-takut membayangkan jika sampai Aji tahu. Apakah kakak nya itu akan bersikap seperti biasa?Padahal hubungan mereka baru saja membaik, tapi sekarang Abi sudah takut kalau dia akan kehilangan Aji hanya karena masa lalu yang terkait oleh ibu kandungnya dan juga Sri serta Amran."Ya, Bapak pernah hampir berpisah dengan ibumu dan Bapak sangat menyesali hal itu," kata Amran dengan nada sendu. "Bapak tidak mau kamu juga mengalami hal yang sama, Ji. Kehilangan orang yan
403. Amran, Aji, Abi (Bagian B)Dan Amran sudah merasa muak. Dia muak karena melihat anaknya yang terpuruk seperti ini. Jika memang bisa diperbaiki, lalu kenapa memilih untuk menyerah? Jika bisa kembali bersama, kenapa harus memilih berpisah?"Bapak tahu, kamu pasti memikirkan Lisa dan juga anak-anakmu. Kamu pasti memikirkan bagaimana keadaan mereka di rumah Maryam dan juga Parto, bapak tahu. Jadi, kamu Jangan berlagak kuat dan seolah-olah bisa menanggung ini semua sendirian!" Amran berujar panjang lebar."Aku tidak memikirkan mereka, Pak," kata Aji dengan cepat."Siapa yang sedang berusaha kamu bohongi, Ji? Bapak? Bapak sudah lebih dulu mengalami hal ini! Bukankah Bapak sudah bilang, kalau Bapak dulu pernah mau berpisah dengan Ibumu, dan ibumu membawa kalian pulang ke desa ini. Di saat itulah Bapak merasa benar-benar hancur, karena merasa kehilangan kalian bertiga," kata Amran dengan nada ketus. "Jadi, jangan berusaha membodohi Bapak lagi," lanjutnya dengan tegas.Abi diam-diam meras
404. Amran, Aji, Abi (Bagian C)"Ada selentingan kabar yang bilang kalau Juragan Karta itu memelihara tuyul. Bener ya, Pak?" tanya Abi ingin tahu."Enggak, sih. Karta itu kayaknya nggak melihara tuyul. Dia itu memang punya karena hasil kerja keras, dan ditambah lagi dengan profesinya yang membungakan uang itu," kata Amran sambil mengingat-ingat. "Kalau yang memelihara tuyul sih bukan Karta, tetapi—"Telinga Abi dan juga Aji langsung tegak saat mendengar kata-kata Amran barusan, berarti secara tidak langsung Bapak mereka mengatakan kalau di desa ini ada orang yang memelihara tuyul. Walaupun orang itu bukanlah Karta orangnya.Abi kemudian menggeser tubuhnya menjadi lebih dekat kepada Amran, dia menatap bapaknya itu dengan pandangan lekat, seolah-olah tidak ingin ada secuil ekspresi pun yang terlewat dari matanya."Memangnya siapa yang memelihara tuyul di kampung kita, Pak? Aku kok nggak pernah dengar selain juragan Karta?" tanya Abi ingin tahu."Kamu ini kepo sekali!" Amran menyahut de
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)405. Mulut Lemes Bu Misni (Bagian A)Abi dan juga Aji langsung menatap Amran dengan pandangan cengok, mereka dengan kompak saling berpandangan dan setelahnya sama-sama mendengus kasar kemudian."Bapak bercanda ini, kan?" tanya Aji dengan raut serius."Menurut kamu?" Amran malah bertanya balik"Ya, aku nggak tahu, Pak," sahut Aji dengan kesal. "Tapi aku rasa nggak mungkin kalau keluarga kita yang memelihara tuyul, Wak Cokro saja sebegitu fanatiknya dengan agama, mana mungkin dia memelihara tuyul," sahut Aji lagi. "Lah, siapa yang bilang kalau yang memelihara tuyul itu adalah wawakmu?" Amran menaikkan sebelah alisnya.Abi dan Aji lagi-lagi berpandangan. Jujur saja, mereka bingung dengan kata-kata yang Amran berikan, karena terlalu penuh teka-teki dan juga menjadi misteri bagi mereka berdua."Lalu jika bukan Wak Cokro, siapa Pak? Karena kan keluarga kita hanya Wak Cokro lah yang tersisa sekarang ini," ujar Abi dengan raut heran.Ka