PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)369. Semuanya Terbongkar (Bagian A)Aku hanya diam, dan tidak memberikan reaksi apapun. Berusaha tetap tenang, walau jauh di dalam lubuk hatiku sana rasanya amarahku sudah bergemuruh dengan amat kuat.Aku masih belum menyangka, bagaimana Ibu bisa setega itu kepadaku? Beliau benar-benar membohongiku selama ini, dan memperlakukanku seperti orang bodoh hanya demi kedua anaknya yang lain.Aku ingin melihat sejauh mana kebohongan yang akan Ibu berikan lagi kepadaku, karena aku yakin dia pasti akan membela dirinya lagi dan berusaha mengelak.Amat terlihat jelas dari wajahnya yang seperti berpikir keras, tentang apa yang harus dia lakukan dan juga jawaban yang harus dia berikan tentang pertanyaanku barusan.Sedangkan Marwan sendiri hanya terdiam, sambil menelan ludah gugup dia menatap ke arah jendela, berusaha menjauhi tatapan tajamku yang berusaha mengintimidasinya.Sungguh busuk permainan mereka, sehingga aku merasa amat sangat mual s
370. Semuanya Terbongkar (Bagian B)Baik ketika dia masih bujangan, maupun ketika dia sudah berumah tangga. Lalu bagaimana bisa dia mengatakan aku lebay?“Lebay?” tanyaku sambil terkekeh kecil. “Siapa yang kamu bilang lebay? Mbak?” tanyaku lagi.“Ya, iyalah. Siapa lagi, Mbak? Mbak itu terlalu lebay, kalau menurutku. Ibu itu menggunakan uang yang Mbak berikan untuk berinvestasi, kok. Memang tidak berinvestasi batubara pada temanku, tetapi Ibu kan berinvestasi dengan membelikan sawah dan juga tanah!” ujar Marwan dengan nada pongah.“Wan!” Ibu terlihat ingin marah, dia menatap anak bungsunya itu dengan pandangan tajam.Namun, Marwan Hanya mendengus. Dia kemudian kembali menatapku dengan pandangan mengejek, syarat akan rasa yang sulit aku artikan. Dia menatapku seolah aku adalah bahan lelucon, yang patut untuk ditertawakan.“Kamu jangan mengada-ngada, investasi dengan membelikan sawah dan juga tanah dengan menggunakan uangku, investasi apa itu?” tanyaku sambil menyeringai kecil. “Jika Ibu
371. Semuanya Terbongkar (Bagian C)“Udah deh, Bu. Aku udah nggak mau dengar apapun lagi, aku udah terlanjur kecewa sama Ibu. Bagaimana bisa Ibu membohongi aku seperti saat ini? Aku benar-benar kecewa!” kataku dengan penuh penekanan.“Adikmu benar, Ibu melakukan ini semua untuk investasi kita, Nduk. Untuk investasi kita, bukan untuk orang lain!” Akhirnya Ibu berkata jujur.Namun kejujuran itu sama sekali tidak terasa menyenangkan di telingaku, aku malah menganggapnya sebagai kata-kata dusta belaka yang sanggup membuat aku menjadi amat terluka.“Investasi apa” tanyaku dengan cepat. “Bukan investasi namanya, Bu. Ibu membeli tanah dan juga sawah itu dengan cara menipuku dan juga Mas Aji, lalu investasi apa yang Ibu maksudkan?” tanyaku dengan nada putus asa.“Ibu nggak menipu kamu—”“Nggak menipu bagaimana? Ibu jelas-jelas menipu aku, loh. Kami sampai berhutang ke rentenir, dan juga mengandaikan SK-ku ke bank untuk mendapatkan uang itu, dan ternyata uangnya malah Ibu gunakan untuk Marwan
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)372. Lisa diusir (Bagian A)“Tapi, kamu itu udah cerai sekarang. Jadi, udah nggak ada yang diharapkan!” ujar Ibu lagi dengan nada ketus.Beliau mendengus dan berjalan ke arah kasur lagi, dia menghempaskan dirinya di samping Marwan dan memeluk bahu Adik bungsuku itu dengan penuh kasih sayang.“Seharusnya, kalau kamu masih menjadi istri Aji kamu itu bisa mencari cara, agar dia tidak meminta uangnya secepat ini,” kata Ibu sambil menatapku dengan pandangan tajam.“Bu!” Aku berseru dengan nada tidak percaya.“Apa? Jamu jangan bersikap seperti itu, Lisa. Aku ini adalah ibumu, berani-beraninya kamu membentak aku!” ujar Ibu dengan nada tidak suka.Aku langsung tertawa tanpa suara, menggeleng-gelengkan kepalaku dengan raut tidak percaya. Ibu benar-benar sudah sangat keterlaluan.Jadi, selagi aku dan Mas Aji Masih bersama dia masih ingin memperalat aku agar bisa mendapatkan uang lebih banyak dari keluarga Mas Aji.“Untuk beberapa hal, aku
373. Lisa diusir (Bagian B)“Gila! Dari mana kami bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Bahkan untuk mengembalikan uang Aji saja, Ibu masih bingung. Dan sekarang kamu sudah meminta uangmu juga? Enam ratus juta itu tidak sedikit, Sa! Jangan main-main kamu!” sahut Ibu dengan nada ketus.Sedangkan Marwan sendiri berkali-kali mengusap peluh yang ada di dahinya, dia juga sepertinya sangat ketakutan saat ini karena ancaman yang sedang mengintainya adalah jeruji besi.“Aku nggak mau tahu, Bu. Yang pasti, aku ingin uang itu kembali. Kalau Ibu memang tidak punya uang, kenapa tidak Ibu jual saja tanah dan juga sawah yang sudah Ibu belikan untuk Marwan dan juga Mbak Rosa?” sahutku dengan nada santai“Enak saja!” Marwan kemudian berteriak panik. “Sawah itu adalah milikku, dan aku tidak akan pernah menjualnya kepada siapapun!” ujar Marwan lagi.“Hei, sawahmu itu dibeli dengan menggunakan uangku, dan saat ini Ibu berkewajiban untuk mengembalikan uang itu ketika dia tidak punya uang. Lalu kamu pikir,
374. Lisa diusir (Bagian C)“Baiklah kalau begitu, aku akan pergi dari sini. Aku akan pindah dan membawa anak-anakku, Ibu tenang saja. Tapi untuk yang pertama, kembalikan dulu perhiasan itu!” kataku semakin menadahkan tanganku ke arahnya.Ibu kelihatannya sangat kesal, karena dia langsung melepas segala perhiasan yang dipakainya dengan amat kasar. Seolah-olah ingin memutuskan semuanya.Empat buah cincin, sepuluh buah gelang, satu gelang keroncong, dan satu buah kalung panjang, sudah berpindah ke tanganku. Kemudian Ibu menatapku dengan pandangan yang amat sangat nyalang.“Kamu benar-benar membuat Ibu kecewa, Sa!” ujar Ibu sambil menunjukku.“Aku lebih kecewa dengan Ibu!” sahutku dengan nada keras. “Sekarang, silakan kalian keluar dari kamarku karena aku akan membereskan pakaianku, dan juga anak-anakku. Kami akan pergi dari sini sekarang juga!” kataku sambil menunjuk pintu kamar.Ibu dan Marwan kemudian langsung keluar dengan kaki yang menghentak, mereka sepertinya tidak terima dengan p
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)375. Pergi dari rumah (Bagian A)Aku kemudian mendengus, dan melipat tanganku di depan dada. Aku memalingkan wajah dan menatap ke arah halaman dengan tidak sabar, ternyata menunggu seseorang benarlah sangat menyiksa batinku. Rasa-rasanya, aku ingin berteriak karena temanku itu terlalu lama.“Sebenarnya ini ada apa, sih? Coba jelaskan dulu sama Bapak, biar Bapak mengerti.” Bapak berujar dengan cepat ke arah Ibu untuk meminta penjelasan.“Bapak nggak perlu tahu, yang pasti Bapak nggak perlu untuk menahan Lisa pergi. Biarkan dia mau ke mana! Biar dirasanya, enak tidak jika tidak ada orang tua!” sahut Ibu dengan nada ketus.“Lah, selama ini bagaimana, Bu? Aku memang tidak pernah merasakan ada orang tua bersamaku, kok. Toh, adapun hanya untuk dibohongi oleh kalian,” kataku sambil berujar dengan nada mengejek. “Jadi, lebih baik aku pergi. Toh, aku juga bisa hidup bersama kedua anakku karena aku memang mampu!” kataku lagi.Dari ekor mat
376. Pergi dari rumah (Bagian B)“Oh ya? Lalu, maksudnya seperti apa, Pak?” tanyaku dengan nada sinis. “Maksudnya adalah, kalian akan terus membohongiku jika saja aku tidak tahu tentang kebusukan ini? Begitu?” tanyaku lagi, terus menekan mereka agar tidak berkutik di hadapanku.“Bukan begitu, Sa. Maksud kami tidak begitu, maksud Ibu adalah baik. Dia ingin membeli tanah dan juga sawah itu sebagai bentuk investasi,” ujar Bapak berusaha meredakan amarahku.“Investasi dengan menggunakan uang orang lain maksudnya?” tanyaku dengan nada pedas. “Lagi pula, kalau emang untuk investasi kalian, seharusnya tidak dibuat atas nama Mbak Rosa dan Marwan!” lanjutku dengan nada mengejek.“Memang apa salahnya kalau Ibu membelikan tanah dan juga sawah atas nama kami? Hah? Dasar kamunya aja yang iri dan juga sirik, heran aku! Sama saudara kok punya rasa dengki, gila kamu itu!” ujar Mbak Rosa sambil memakiku.“Lah, yang iri sama kalian siapa? Aku nggak peduli kalau kalian itu mau dibelikan emas, tanah, rum
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata