214. Pertengkaran Aji dan Lisa! (Bagian B)Zulaikha menghela nafas dengan panjang, begitu juga dengan Karta dan Anwar. Jelas saja wajah mereka benar-benar terlihat kecewa, uang anak dan cucu mereka dipakai tanpa persetujuan mereka. Dan pembayarannya malah diundur-undur semakin lama."Maafkan saya, Pak! Bu! Saya memakai uang itu, karena sangat terdesak. Waktu itu orang tua saya sedang sakit!" kata Lisa lagi, penuh dengan pandangan memohon yang sangat jelas. Matanya berkaca-kaca, siap menumpahkan buliran bening yang sudah terkumpul di pelupuk matanya. Wajahnya terlihat memelas, memohon belas kasih dari tiga orang yang ada di depannya sekarang ini."Saya terpaksa, Bu, Pak! Maafkan saya, saya mohon Bapak dan Ibu sekalian bisa menunggu hingga seminggu lagi. Uang arisan saya akan keluar, dan akan langsung saya berikan kepada anak-anak!" Lisa berujar mantap.Karta, Anwar, dan Zulaikha, kemudian kompak saling berpandangan. Wajah mereka jelas terlihat tidak suka, namun alasan Lisa yang mengat
215. Pertengkaran Aji dan Lisa! (Bagian C)Sial! Aji mengumpat habis-habisan di dalam hati, merasa luar biasa kesal akan dirinya sendiri yang tidak bisa tegas. "Mas hanya tidak tahu harus menanggapi apa, Dek!" jawab Aji akhirnya."Tidak tahu? Apa kamu ini bodoh, Mas? Hah? Kamu nggak bisa ngomong? Nggak bisa bela aku? Iya?" tanya Lisa dengan menggebu-gebu. "Ya aku nggak bisa ngomong karena aku nggak tahu duduk permasalahannya!" sahut Aji dengan cepat. "Bukannya kamu jelas tahu? Uang tabungan itu aku pakai buat nambah investasi kita sama Marwan, Mas! Buat masa depan kita! Buat masa depan Naufal dan juga Salsa! Apa kamu tahu itu? Kamu mikir nggak, sih?" tanya Lisa dengan ketus."Ya mana aku tahu! Memangnya kamu ada konsultasi dulu sama aku? Nggak, kan? Kamu kan, mengambil keputusan sendiri kali ini. Wajar kalau aku juga nggak mau ikut campur!" balas Aji berkilah."Halah! Alasan kamu aja, Mas!" Lisa berujar sinis.Dia mendekati kulkas, dan mengambil sebotol air dingin yang ada di sana.
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)216. Konyol! (Bagian A)POV ANNASetelah menurunkan Bi rlah di rumahnya, aku langsung bergegas mengegas motorku, agar segera sampai ke rumah. Mas Abi belum membuka toko, tapi motornya sudah ada di bawah pohon jambu berarti suamiku itu ada di dalam rumah.Setelah memarkirkan motorku di teras, aku masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke dapur. Sambil ke dapur aku melihat ke arah ruang tamu, dan juga ruang keluarga, tapi Mas Abi tidak ada di sana. Di kamar juga tidak ada, tapi ponselnya ada di atas kasur.Kemana suamiku? Apa dia di kamar mandi? Tapi sepertinya dugaanku meleset, karena ternyata aku bisa menemukan Mas Abi yang ada di dapur. Tengah berada di depan kompor, yang diatasnya ada wajan yang sedang diaduk Mas Abi dengan menggunakan spatula."Mas!" panggilku dengan keras, sengaja mengagetkannya."Hmmm?" Eh, Mas Abi tidak kaget? Dia malah terlihat sangat tenang, dan juga belum menoleh sedikitpun ke arahku. Aku meletakkan b
217. Konyol! (Bagian B)"Apaan sih, Dek? Nggak jelas! Tahu nggak, sih?" ujar Mas Abi dengan nada tidak suka."Fix! Fix!" Aku langsung bertepuk tangan sekali, dan memekik histeris."Apaan? Apanya yang fix?" tanya Mas Abi dengan bingung."Fix! Kamu bukan suamiku! Mana Mas Abi yang asli? Hah?!" tanyaku dengan nada ketus. "Di mana suamiku kau sembunyikan? Dasar makhluk jahanam!" teriakku lantang."Woi, apaan sih, Dek? Ya Allah! Ya Mas ini suamimu kamu, ini aku Abi!" kata Mas Abi dengan nada heran."Nggak! Nggak! Kamu pasti setan yang tengah menyerupai suamiku! Suamiku itu nggak mungkin berdiam diri seperti ini- dia pasti mengajak aku berbicara. Coba ucapkan Asyhadu An-la ilaha illallah, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah! Baru aku akan percaya!" kataku dengan nada cepat."Asyhadu An-la ilaha illallah, Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah!" sahut Mas Abi dengan lancar."Coba bilang subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar!" pintaku lagi."subhanallah walhamdulillah
218. Konyol! (Bagian C)"Halah! Nggak usah! Udah basi, aku udah nggak mau lagi!" kataku sambil mengibaskan tanganku, kesal luar biasa dengan suamiku ini. "Dari tadi ke mana aja? Kenapa baru sekarang? Pas udah disindir-sindir?" Aku mendengus sebal."Mas di sini aja, kok!" sahut Mas Abi dengan santai, dan juga polos.Ya Allah! Ingin sekali aku mengikatnya, dan menghanyutkan suamiku ini ke sungai belakang rumah!~Aksara Ocean~"Mas, o Mas!" Mas Abi yang tengah duduk di meja kasir terlonjak kaget, dia akhir-akhir ini sangat sering melamun. Membuat orang menjadi bingung saja, dan tentunya menjadi sedikit takut. Aku takut suamiku itu kesurupan makhluk halus."Apa, Dek? Bisa nggak, sih? Kamu itu jangan ngagetin? Kalau Mas kena serangan jantung gimana?" tanyanya dengan ketus.Mas Abi kemudian kembali mengalihkan pandangannya, menatap jejeran shampo sachetan yang mungkin lebih terlihat menarik ketimbang istrinya sendiri."Ya mau gimana lagi, aku udah manggil dari tadi. Tapi, Mas nggak dengar,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)219. Emosi! (Bagian A)“Bapak? Kenapa dengan Bapak?” tanya Mas Abi mencoba berkilah.Dia kembali memalingkan wajahnya, dan menatap jejeran shampo sachetan dan juga rentengan susu, moli, downa, molti, royci, masaki, yang tergantung rapi di batang besi yang dibuat oleh Mas Abi.Namun, sejauh apapun dia mengalihkan pandangannya, aku tetap bisa merasakan kegusarannya. Fix, dia dan juga Bapak tengah bertengkar. Tapi karena apa?“Mas! Kamu udah mau main rahasia-rahasiaan sama aku? Iya?” Akhirnya kesabaranku habis, dan semakin mencecarnya.Aku sengaja menggamit dagunya, agar dia kembali menatapku. Berhasil, wajahnya memang sudah berada di depanku. Tapi, sayangnya bola matanya malah bergulir ke arah jalanan. Dia benar-benar berusaha keras untuk melarikan tatapannya, agar tidak bersinggungan denganku.“Kamu kenapa sih, Mas?” tanyaku lagi.“Mas nggak kenapa-kenapa,” sahut Mas Abi dengan yakin.“Kenapa harus bohong, sih?” Aku mengeluh kesal
220. Emosi! (Bagian B)“Hah? Nggak lah, enak aja! Mas ikut, Mas juga rindu sama Emak, kok malah mau kamu tinggal. Jahat banget, sih!” katanya dengan ketus.Melihat wajah Mas Abi yang cemberut, sukses membuat aku tertawa kecil. Suamiku ini memang sangat dekat dengan Emak, dia sama sekali tidak menganggap Emak sebagai mertuanya, lebih seperti Ibunya sendiri.Tak ada perbedaan antara Ibu dan Emak di mata Mas Abi, mereka berdua sama-sama dihormati dan disayangi oleh Mas Abi sama besarnya.~Aksara Ocean~POV AUTHOR“Mau ke mana, Dek?” Aji mengernyitkan keningnya dengan dalam, saat melihat Lisa yang sudah bersiap-siap dan terlihat cantik dengan balutan tunik berwarna biru dengan legging hitam, dan juga jilbab berwarna senada dengan tasnya yang berwarna baby blue juga.Lisa terlihat paripurna sekali malam ini, sukses membuat Aji kebingungan. Karena seingatnya, mereka tidak punya agenda untuk undangan, maupun melakukan kegiatan di luar rumah. Lalu kenapa istrinya berpenampilan seperti ini? Se
221. Emosi! (Bagian C)“Ah! Kalau ulang tahun Ibu ya aku ingat, Dek!” ujar Aji dengan semangat yang berlebihan, dan malah membuat Lisa menjadi semakin berang.“Halah, nggak usah bohong kamu deh, Mas. Kalau nggak ingat, ya nggak ingat aja!” pekiknya emosi. “Ngapain kamu pakai acara bohong segala? Hah?!” lanjutnya semakin kesal.“A—anu ….”“Oke! Kalau kamu memang ingat, kamu udah nyiapin kado apa buat ibuku?” tanya Lisa tiba-tiba, merasa gemas melihat Aji yang malah tergagap seperti orang bodoh.“Ka—kado?” tanya Aji tergagap.“Iyalah, kamu udah nyiapin kado apa buat ibuku, Mas?” tanya Lisa lagi.“Hahahahaha ….” Aji tertawa, gugup semakin melanda. “Repot amat nyari kado, Dek. Kasih uang ajalah, biar Ibu beli sendiri. Kan, kita nggak tahu dia maunya apa,” kata Aji lagi.Lisa masih memicingkan matanya, namun sudah tidak setajam tadi. Rautnya sudah mulai melunak, dan juga jauh terlihat lebih santai. “Uang? Berapa?” tanya Lisa dengan alis yang terangkat tinggi.“Ada deh, kejutan!” kata Aji