218. Konyol! (Bagian C)"Halah! Nggak usah! Udah basi, aku udah nggak mau lagi!" kataku sambil mengibaskan tanganku, kesal luar biasa dengan suamiku ini. "Dari tadi ke mana aja? Kenapa baru sekarang? Pas udah disindir-sindir?" Aku mendengus sebal."Mas di sini aja, kok!" sahut Mas Abi dengan santai, dan juga polos.Ya Allah! Ingin sekali aku mengikatnya, dan menghanyutkan suamiku ini ke sungai belakang rumah!~Aksara Ocean~"Mas, o Mas!" Mas Abi yang tengah duduk di meja kasir terlonjak kaget, dia akhir-akhir ini sangat sering melamun. Membuat orang menjadi bingung saja, dan tentunya menjadi sedikit takut. Aku takut suamiku itu kesurupan makhluk halus."Apa, Dek? Bisa nggak, sih? Kamu itu jangan ngagetin? Kalau Mas kena serangan jantung gimana?" tanyanya dengan ketus.Mas Abi kemudian kembali mengalihkan pandangannya, menatap jejeran shampo sachetan yang mungkin lebih terlihat menarik ketimbang istrinya sendiri."Ya mau gimana lagi, aku udah manggil dari tadi. Tapi, Mas nggak dengar,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)219. Emosi! (Bagian A)“Bapak? Kenapa dengan Bapak?” tanya Mas Abi mencoba berkilah.Dia kembali memalingkan wajahnya, dan menatap jejeran shampo sachetan dan juga rentengan susu, moli, downa, molti, royci, masaki, yang tergantung rapi di batang besi yang dibuat oleh Mas Abi.Namun, sejauh apapun dia mengalihkan pandangannya, aku tetap bisa merasakan kegusarannya. Fix, dia dan juga Bapak tengah bertengkar. Tapi karena apa?“Mas! Kamu udah mau main rahasia-rahasiaan sama aku? Iya?” Akhirnya kesabaranku habis, dan semakin mencecarnya.Aku sengaja menggamit dagunya, agar dia kembali menatapku. Berhasil, wajahnya memang sudah berada di depanku. Tapi, sayangnya bola matanya malah bergulir ke arah jalanan. Dia benar-benar berusaha keras untuk melarikan tatapannya, agar tidak bersinggungan denganku.“Kamu kenapa sih, Mas?” tanyaku lagi.“Mas nggak kenapa-kenapa,” sahut Mas Abi dengan yakin.“Kenapa harus bohong, sih?” Aku mengeluh kesal
220. Emosi! (Bagian B)“Hah? Nggak lah, enak aja! Mas ikut, Mas juga rindu sama Emak, kok malah mau kamu tinggal. Jahat banget, sih!” katanya dengan ketus.Melihat wajah Mas Abi yang cemberut, sukses membuat aku tertawa kecil. Suamiku ini memang sangat dekat dengan Emak, dia sama sekali tidak menganggap Emak sebagai mertuanya, lebih seperti Ibunya sendiri.Tak ada perbedaan antara Ibu dan Emak di mata Mas Abi, mereka berdua sama-sama dihormati dan disayangi oleh Mas Abi sama besarnya.~Aksara Ocean~POV AUTHOR“Mau ke mana, Dek?” Aji mengernyitkan keningnya dengan dalam, saat melihat Lisa yang sudah bersiap-siap dan terlihat cantik dengan balutan tunik berwarna biru dengan legging hitam, dan juga jilbab berwarna senada dengan tasnya yang berwarna baby blue juga.Lisa terlihat paripurna sekali malam ini, sukses membuat Aji kebingungan. Karena seingatnya, mereka tidak punya agenda untuk undangan, maupun melakukan kegiatan di luar rumah. Lalu kenapa istrinya berpenampilan seperti ini? Se
221. Emosi! (Bagian C)“Ah! Kalau ulang tahun Ibu ya aku ingat, Dek!” ujar Aji dengan semangat yang berlebihan, dan malah membuat Lisa menjadi semakin berang.“Halah, nggak usah bohong kamu deh, Mas. Kalau nggak ingat, ya nggak ingat aja!” pekiknya emosi. “Ngapain kamu pakai acara bohong segala? Hah?!” lanjutnya semakin kesal.“A—anu ….”“Oke! Kalau kamu memang ingat, kamu udah nyiapin kado apa buat ibuku?” tanya Lisa tiba-tiba, merasa gemas melihat Aji yang malah tergagap seperti orang bodoh.“Ka—kado?” tanya Aji tergagap.“Iyalah, kamu udah nyiapin kado apa buat ibuku, Mas?” tanya Lisa lagi.“Hahahahaha ….” Aji tertawa, gugup semakin melanda. “Repot amat nyari kado, Dek. Kasih uang ajalah, biar Ibu beli sendiri. Kan, kita nggak tahu dia maunya apa,” kata Aji lagi.Lisa masih memicingkan matanya, namun sudah tidak setajam tadi. Rautnya sudah mulai melunak, dan juga jauh terlihat lebih santai. “Uang? Berapa?” tanya Lisa dengan alis yang terangkat tinggi.“Ada deh, kejutan!” kata Aji
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)222. Tingkah menyebalkan Maryam! (Bagian A)“Mas, cepetan lah. Udah jam berapa ini? Telat banget kita datangnya!” Lisa berteriak gemas dari belakang. “Kamu, sih! Kebanyakan bacot dan juga kebanyakan lupa!” katanya lagi semakin kesal.Aji tak menyahut, dia hanya diam dan berusaha untuk tidak memperdulikan apapun yang Lisa katakan. Kalau Aji menyahuti, dia bisa memastikan kalau pembicaraan ini akan panjang dan juga tak ada habisnya.Mereka masih di pertengahan jalan, sudah keluar dari kecamatan yang mereka tinggali dan menuju kecamatan yang ditinggali oleh keluarga Lisa. Tidak jauh sebenarnya, tetapi Lisa saja yang tidak bisa sabar. “Kalau kamu cepet, kalau kamu ingat ulang tahun ibuku, dan kalau kamu nggak punya niatan beli minyak di tempat Abi. Maka kita nggak akan terlambat begini!” ujar Lisa dengan ketus.“DEK!” Abi tiba-tiba membentak.Hening! Sunyi! Sepi!Lisa langsung terdiam, dan tidak menyahuti apapun lagi. Dia sepertinya
223. Tingkah menyebalkan Maryam! (Bagian B)"Di dalam, manggil Bapak yang lagi nonton tv," sahut Marwan dengan cuek."Panggil Nenek ya, Dek. Bilang, kalau Mama udah datang," ujar Lisa pada Salsa yang dia tengah pangku. "Kak, temenin adik ke dalam. Terus nonton tv yah, jangan keluar-keluar. Udah malam!" Lisa juga menyuruh Naufal membuntuti adiknya.Setelah Salsa bergegas masuk, untuk memanggil Kakek dan juga neneknya. Naufal juga langsung berlari ke dalam bersama Vivi anak Rosa yang berusia sepuluh tahun. Mereka lebih baik menonton televisi di dalam, dan tidak berkeliaran di halaman.Aji memainkan ponselnya di kursi plastik yang ada di sana, dia terlihat bosan. Walau ramai dan juga banyak orang, dia merasa tidak bisa masuk dan berbaur di dalam keluarga Lisa.Sedangkan Lisa, Marwan, dan Rosa, sudah berbincang dengan seru. Terkadang, mereka tertawa terbahak-bahak, dan kadang mengumpat secara bersamaan. Mereka duduk di tikar, yang di gelar di halaman, soalnya tema malam ini adalah bakar-b
224. Tingkah menyebalkan Maryam! (Bagian C)Aji hanya tersenyum kecil, bingung bagaimana harus menyehuti dan menanggapi perkataan Parto tadi. Sedangkan mertuanya itu, dari tadi tersenyum dan menunjukkan wajah yang tak biasa."Apalagi seperti orang tuamu, soalnya 'kan orang tuamu itu punya lahan sawit yang sangat lebar, pasti hasilnya juga sangat banyak, yah? Tidak seperti bapakmu ini, Bapak 'kan tidak punya kebun sawit selebar itu. Jangankan selebar itu, semeter pun Bapak tidak punya. Maklumlah … namanya juga orang susah," ujar Parto lagi."Hush! Bapak nggak boleh ngomong begitu, ah! Susah pula Bapak bilang! Ya kita ini nggak susah lah, Pak. Kita kan masih punya rumah, masih bisa makan," sahut Maryam terlihat tidak suka. "Ya kalau orang punya kebun, ya wajarlah … namanya juga warisan dari kedua orang tuanya. Kalau bekerja juga tidak akan dapat segitu, Pak!" sahut Maryam dengan sinis.Aji langsung bingung, apakah saat ini Ibu mertuanya sedang menyindir kedua orang tuanya? Yang memang m
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)225. Kado dari Aji dan Lisa (Bagian A)Rosa memberikan sebuah paper bag berwarna ungu kepada Maryam, paper bag itu kecil namun terlihat sangat mewah. Maryam langsung tersenyum senang menerimanya, dia memeluk Rosa dengan penuh kasih sayang.Mengecup pipi putri sulungnya itu dengan penuh kasih sayang, Marwan dan juga Parto bertepuk tangan. Terlihat sekali kalau mereka sangat penasaran dengan isi dari paper bag itu.Lisa sendiri hanya mencebik sinis, dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Karena dia sama sekali tidak mau melihat pemandangan yang dia rasa menjijikkan tersebut."Ini dari aku dan juga Mas Angga, Bu. Semoga ibu suka ya," kata Rossa dengan nada mendayu-dayu."Kamu ini ngomong apa, Nduk? Apapun yang kalian kasih, pasti Ibu sukalah. Tapi Ibu begitu penasaran dengan isinya, paper bag kamu kecil, sih, soalnya!" kata Maryam dengan cepat."Yah, Ibu tidak perlu melihat luarnya … yang perlu itu kan isinya," kata Rosa sambil terk