220. Emosi! (Bagian B)“Hah? Nggak lah, enak aja! Mas ikut, Mas juga rindu sama Emak, kok malah mau kamu tinggal. Jahat banget, sih!” katanya dengan ketus.Melihat wajah Mas Abi yang cemberut, sukses membuat aku tertawa kecil. Suamiku ini memang sangat dekat dengan Emak, dia sama sekali tidak menganggap Emak sebagai mertuanya, lebih seperti Ibunya sendiri.Tak ada perbedaan antara Ibu dan Emak di mata Mas Abi, mereka berdua sama-sama dihormati dan disayangi oleh Mas Abi sama besarnya.~Aksara Ocean~POV AUTHOR“Mau ke mana, Dek?” Aji mengernyitkan keningnya dengan dalam, saat melihat Lisa yang sudah bersiap-siap dan terlihat cantik dengan balutan tunik berwarna biru dengan legging hitam, dan juga jilbab berwarna senada dengan tasnya yang berwarna baby blue juga.Lisa terlihat paripurna sekali malam ini, sukses membuat Aji kebingungan. Karena seingatnya, mereka tidak punya agenda untuk undangan, maupun melakukan kegiatan di luar rumah. Lalu kenapa istrinya berpenampilan seperti ini? Se
221. Emosi! (Bagian C)“Ah! Kalau ulang tahun Ibu ya aku ingat, Dek!” ujar Aji dengan semangat yang berlebihan, dan malah membuat Lisa menjadi semakin berang.“Halah, nggak usah bohong kamu deh, Mas. Kalau nggak ingat, ya nggak ingat aja!” pekiknya emosi. “Ngapain kamu pakai acara bohong segala? Hah?!” lanjutnya semakin kesal.“A—anu ….”“Oke! Kalau kamu memang ingat, kamu udah nyiapin kado apa buat ibuku?” tanya Lisa tiba-tiba, merasa gemas melihat Aji yang malah tergagap seperti orang bodoh.“Ka—kado?” tanya Aji tergagap.“Iyalah, kamu udah nyiapin kado apa buat ibuku, Mas?” tanya Lisa lagi.“Hahahahaha ….” Aji tertawa, gugup semakin melanda. “Repot amat nyari kado, Dek. Kasih uang ajalah, biar Ibu beli sendiri. Kan, kita nggak tahu dia maunya apa,” kata Aji lagi.Lisa masih memicingkan matanya, namun sudah tidak setajam tadi. Rautnya sudah mulai melunak, dan juga jauh terlihat lebih santai. “Uang? Berapa?” tanya Lisa dengan alis yang terangkat tinggi.“Ada deh, kejutan!” kata Aji
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)222. Tingkah menyebalkan Maryam! (Bagian A)“Mas, cepetan lah. Udah jam berapa ini? Telat banget kita datangnya!” Lisa berteriak gemas dari belakang. “Kamu, sih! Kebanyakan bacot dan juga kebanyakan lupa!” katanya lagi semakin kesal.Aji tak menyahut, dia hanya diam dan berusaha untuk tidak memperdulikan apapun yang Lisa katakan. Kalau Aji menyahuti, dia bisa memastikan kalau pembicaraan ini akan panjang dan juga tak ada habisnya.Mereka masih di pertengahan jalan, sudah keluar dari kecamatan yang mereka tinggali dan menuju kecamatan yang ditinggali oleh keluarga Lisa. Tidak jauh sebenarnya, tetapi Lisa saja yang tidak bisa sabar. “Kalau kamu cepet, kalau kamu ingat ulang tahun ibuku, dan kalau kamu nggak punya niatan beli minyak di tempat Abi. Maka kita nggak akan terlambat begini!” ujar Lisa dengan ketus.“DEK!” Abi tiba-tiba membentak.Hening! Sunyi! Sepi!Lisa langsung terdiam, dan tidak menyahuti apapun lagi. Dia sepertinya
223. Tingkah menyebalkan Maryam! (Bagian B)"Di dalam, manggil Bapak yang lagi nonton tv," sahut Marwan dengan cuek."Panggil Nenek ya, Dek. Bilang, kalau Mama udah datang," ujar Lisa pada Salsa yang dia tengah pangku. "Kak, temenin adik ke dalam. Terus nonton tv yah, jangan keluar-keluar. Udah malam!" Lisa juga menyuruh Naufal membuntuti adiknya.Setelah Salsa bergegas masuk, untuk memanggil Kakek dan juga neneknya. Naufal juga langsung berlari ke dalam bersama Vivi anak Rosa yang berusia sepuluh tahun. Mereka lebih baik menonton televisi di dalam, dan tidak berkeliaran di halaman.Aji memainkan ponselnya di kursi plastik yang ada di sana, dia terlihat bosan. Walau ramai dan juga banyak orang, dia merasa tidak bisa masuk dan berbaur di dalam keluarga Lisa.Sedangkan Lisa, Marwan, dan Rosa, sudah berbincang dengan seru. Terkadang, mereka tertawa terbahak-bahak, dan kadang mengumpat secara bersamaan. Mereka duduk di tikar, yang di gelar di halaman, soalnya tema malam ini adalah bakar-b
224. Tingkah menyebalkan Maryam! (Bagian C)Aji hanya tersenyum kecil, bingung bagaimana harus menyehuti dan menanggapi perkataan Parto tadi. Sedangkan mertuanya itu, dari tadi tersenyum dan menunjukkan wajah yang tak biasa."Apalagi seperti orang tuamu, soalnya 'kan orang tuamu itu punya lahan sawit yang sangat lebar, pasti hasilnya juga sangat banyak, yah? Tidak seperti bapakmu ini, Bapak 'kan tidak punya kebun sawit selebar itu. Jangankan selebar itu, semeter pun Bapak tidak punya. Maklumlah … namanya juga orang susah," ujar Parto lagi."Hush! Bapak nggak boleh ngomong begitu, ah! Susah pula Bapak bilang! Ya kita ini nggak susah lah, Pak. Kita kan masih punya rumah, masih bisa makan," sahut Maryam terlihat tidak suka. "Ya kalau orang punya kebun, ya wajarlah … namanya juga warisan dari kedua orang tuanya. Kalau bekerja juga tidak akan dapat segitu, Pak!" sahut Maryam dengan sinis.Aji langsung bingung, apakah saat ini Ibu mertuanya sedang menyindir kedua orang tuanya? Yang memang m
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)225. Kado dari Aji dan Lisa (Bagian A)Rosa memberikan sebuah paper bag berwarna ungu kepada Maryam, paper bag itu kecil namun terlihat sangat mewah. Maryam langsung tersenyum senang menerimanya, dia memeluk Rosa dengan penuh kasih sayang.Mengecup pipi putri sulungnya itu dengan penuh kasih sayang, Marwan dan juga Parto bertepuk tangan. Terlihat sekali kalau mereka sangat penasaran dengan isi dari paper bag itu.Lisa sendiri hanya mencebik sinis, dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Karena dia sama sekali tidak mau melihat pemandangan yang dia rasa menjijikkan tersebut."Ini dari aku dan juga Mas Angga, Bu. Semoga ibu suka ya," kata Rossa dengan nada mendayu-dayu."Kamu ini ngomong apa, Nduk? Apapun yang kalian kasih, pasti Ibu sukalah. Tapi Ibu begitu penasaran dengan isinya, paper bag kamu kecil, sih, soalnya!" kata Maryam dengan cepat."Yah, Ibu tidak perlu melihat luarnya … yang perlu itu kan isinya," kata Rosa sambil terk
226. Kado dari Aji dan Lisa (Bagian B)“Kalian benar-benar anak Ibu yang paling mengerti! Yang paling tahu apa yang Ibu mau!” puji Maryam lagi.“Iya, kamu memang hebat, Nduk!” Parto ikut menyahuti.Lelaki tua itu juga terlihat sangat bangga pada anak sulungnya itu, walau menantunya tidak bisa datang akibat bekerja, tapi Parto maklum saja. Yang penting, uangnya jalan dan juga lancar, kalau orangnya sih tidak terlalu penting.“Mbak Rosa mah, nggak usah diragukan lagi. Mas Angga manajer, jelas saja banyak uangnya. Suruh invest di aku dong, Mbak. Uang kalian jangan diendapkan saja, coba di invest kan … biar semakin banyak.” Marwan berujar cepat.“Nantilah, biar Mbak bujuk dulu masmu,” sahut Rosa santai. “Yang penting kamu sabar, Dek. Masmu itu lagi banyak kerjaan, nanti kalau udah lengang baru Mbak omongkan,” lanjut Rosa lagi.“Iya, Mbak. Tapi jangan bohong, yah! Kalau di investasikan, uang kalian bakalan tambah banyak. Apa nggak mau jadi sultan? Hmmm?” Marwan kembali membujuk, dengan seg
227. Kado dari Aji dan Lisa (Bagian C)Dia langsung memekik senang, wajahnya terlihat sangat sumringah sambil mengambil satu buah gamis mewah dari dalam kotak tersebut.Ternyata isinya bukan hanya gamis, tetapi ada juga sepatu high heels model wedges, dengan tas tangan berwarna senada. Rossa juga ikut berseru takjub, dia ikut memegang tas yang ada di dalam sana bibirnya berdecak kagum sambil menatap Marwan dengan pandangan berbinar."Wah … Mbak harus akui, istrimu benar-benar pintar dalam memilihkan sesuatu. Seleranya benar-benar tinggi!" kata Rosa lagi."Iya dong, Mbak. Wajar sajalah, istriku itu adalah seorang MUA, jelas saja dia mempunyai selera yang tinggi dan juga cukup baik," sahut Marwan sambil menepuk dadanya."Ya ampun, Le. Ini bagus banget, Ibu benar-benar suka. Gamisnya mewah, sepatunya bagus, belum lagi tas tangannya. Aduuuuuh … terlihat sangat mahal!" sahut Maryam sambil tetap menatap gamisnya dengan pandangan berbinar-binar."Iya dong, Bu. Mana mungkin istriku memilihkan