227. Kado dari Aji dan Lisa (Bagian C)Dia langsung memekik senang, wajahnya terlihat sangat sumringah sambil mengambil satu buah gamis mewah dari dalam kotak tersebut.Ternyata isinya bukan hanya gamis, tetapi ada juga sepatu high heels model wedges, dengan tas tangan berwarna senada. Rossa juga ikut berseru takjub, dia ikut memegang tas yang ada di dalam sana bibirnya berdecak kagum sambil menatap Marwan dengan pandangan berbinar."Wah … Mbak harus akui, istrimu benar-benar pintar dalam memilihkan sesuatu. Seleranya benar-benar tinggi!" kata Rosa lagi."Iya dong, Mbak. Wajar sajalah, istriku itu adalah seorang MUA, jelas saja dia mempunyai selera yang tinggi dan juga cukup baik," sahut Marwan sambil menepuk dadanya."Ya ampun, Le. Ini bagus banget, Ibu benar-benar suka. Gamisnya mewah, sepatunya bagus, belum lagi tas tangannya. Aduuuuuh … terlihat sangat mahal!" sahut Maryam sambil tetap menatap gamisnya dengan pandangan berbinar-binar."Iya dong, Bu. Mana mungkin istriku memilihkan
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)228. Aji Naik Pitam! (Bagian A)“Kalian ini mengejek, ya” tanya Maryam sambil menatap Aji, dan juga Lisa dengan pandangan tajam.“Mengejek bagaimana maksud Ibu?” tanya Lisa dengan wajah bingung.Dia benar-benar merasa kebingungan saat ini, apalagi ketika dia melihat pandangan Maryam yang semakin tajam menatap dirinya dan juga Aji secara bergantian.“Ada apa, Bu? Kok, ngomong begitu, sih?” tanya Marwan ingin tahu.Dia lalu beringsut mendekati Maryam, dan menatap apa yang dipegang oleh ibunya tersebut. Namun sejurus kemudian, dia juga ikut membelalakkan matanya dan menatap Lisa dengan pandangan heran, lebih terlihat seperti tidak percaya sebenarnya.“Kalian kenapa, sih?” tanya Lisa ingin tahu. “Bu! Ibu kenapa?” tanya Lisa lagi.“Kenapa? Kamu nggak tahu, apa pura-pura nggak tahu?” tanya Maryam dengan ketus. “Bu, aku nggak ngerti. Ibu ngomong apa, sih?” tanya Lisa lagi.“Tanya suami kamu, karena Ibu yakin dia paham dengan apa yang m
229. Aji Naik Pitam! (Bagian B)“Mbak! Cukup ya!” sentak Aji tiba-tiba, hingga membuat semua orang langsung terdiam dan menatapnya. “Aku dari tadi diam aja loh, ngedenger kalian semua itu mojokin aku dan juga Lisa. Tetapi aku mau tanya, berapa kali sih, kalian memberi barang-barang begini ke Ibu? Sebelum kalian memberi seperti ini kepada Ibu, aku sudah duluan memberikannya. Berapa sih harga gelang yang Mbak berikan? Hmm? Mahal? Berapa juta? Asal Mbak tahu saja, bahkan semua perhiasan yang Ibu pakai ini adalah perhiasan milik istriku. Tapi aku tidak pernah berbicara apapun, aku hanya diam ketika Lisa memberi perhiasan-perhiasannya kepada Ibu. Belum cukup?” tanya Aji dengan emosi yang meluap-luap.Semua orang yang ada di sana langsung terdiam, baik itu Maryam maupun Lisa. Mereka sepertinya tidak menyangka, kalau Aji akan menyahuti ucapan Rosa tadi.Sedangkan lelaki itu sendiri menghela nafasnya dengan panjang, dan juga berat, berusaha menetralisir rasa emosi yang tengah dia rasakan. Kar
230. Aji Naik Pitam! (Bagian C)Dia Lalu mengedipkan matanya ke arah Maryam, memberikan kode kepada istrinya itu untuk ikut berbicara, dan sepertinya Maryam langsung mengerti akan kode yang diberikan oleh suaminya itu.“Ya Allah, Ji. Ibu nggak bermaksud seperti itu loh, Ibu minta maaf ya … kalau kamu tersinggung. Ibu suka kok, dengan uang yang kalian berikan ini. Kamu benar! Uang tiga ratus ribu ini, bisa Ibu gunakan untuk bermacam-macam hal!” kata Maryam dengan cepat.“Loh! Bukan tadi Ibu yang bilang, kalau kami ini mengejek dengan memberikan uang segitu? Tapi, kenapa sekarang Ibu berubah pikiran?” tanya Aji dengan seringai mengejek,yang dia sunggingkan di kedua belah bibirnya.“Ya … maksud Ibu bukan begitu. Ibu juga bercanda loh,” kata Maryam gelagapan.“Oh, jadinya ibu dan juga Mbak Rosa suka bercanda dengan perasaan orang lain? Begitu?” tanya Aji dengan alis yang terangkat tinggi.Melihat Aji yang semakin menjadi mencecar kedua orang tuanya dan juga keluarganya, Rosa berubah menja
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)231. Aji dan Abi! (Bagian A)Jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, dan Aji serta Lisa baru saja sampai di rumah. Dengan membawa Naufal dan juga Salsa, mereka sampai di rumah dengan aman dan juga selamat.Aji tidak mengeluarkan sepatah katapun dari tadi, dia hanya diam sambil menunjukkan wajah masam dan juga keruh. Lisa yang biasanya cerewet dan juga tak bisa diam, kali ini juga ikut senyap dan hening.Setelah menidurkan Naufal dan juga salsa ke dalam kamar mereka masing-masing, Lisa berjalan ragu menuju kamarnya sendiri. Dia berdiam diri lama sekali di depan kamar, wanita itu bimbang, antara ingin kembali atau maju dan masuk ke dalam.Dia bisa saja bersikap seperti tidak terjadi apapun barusan, tapi Lisa tahu kalau dia masuk ke dalam kamar sekarang, Aji pasti akan kembali mengungkit hal yang terjadi di rumahnya tadi.Sial! Lisa mendengus pelan, merasa kesal luar biasa akan tingkah menyebalkan keluargany
232. Aji dan Abi! (Bagian B)"Aku? Salah? Kesalahanku apa?" tanya Aji menahan kesal."Loh, ya kamu salah lah. Kesalahan kamu itu karena sudah melontarkan kata-kata yang pedas buat keluargaku! Jadi kamu harus minta maaf!" kata Lisa dengan tegas, seolah memberi ultimatum buat Aji agar mematuhi kata-katanya.Wanita itu kesal, karena Aji tidak mau mengikuti kata-katanya dan malah menunjukkan penolakan. Hei! Dia sudah berbicara sangat lembut tadi, dan ternyata Aji lebih suka dengan cara kekerasan seperti ini."Nggak! Aku nggak mau! Enak aja aku harus minta maaf, yang salah siapa … yang minta maaf siapa!" Aji menolak dengan tegas.Dia lalu merebahkan dirinya, dan menarik selimut. Dia membelakangi Lisa, agar tidak melihat wajah cantik istrinya itu dan dia juga menghindari pertengkaran. Karena Aji yakin, jika hal ini terus dilanjutkan maka ujung-ujungnya mereka akan bertengkar."Mas, Ibu emang salah karena nyindir-nyindir Mas. Tapi, beliau itu orang tuaku. Nggak mungkinlah dia yang minta maaf
233. Aji dan Abi! (Bagian C)Aji tak menyahut lagi, dia bisa mengambil kesimpulan kalau adiknya itu juga rindu dengan kamar ini. Dulu mereka akan berebut untuk tidur di sini, dan ujung-ujungnya Abi serta Aji akan tidur di sini berdua. Dan kedua orang tuanya malah tidur di kamar mereka."Mas …." Kini giliran Abi yang membuka pembicaraan, dia memanggil Aji dengan lirih."Apa?" tanya Aji cepat."Gimana masalah tabungan anak-anak? Udah ada jalan keluar?" tanya Abi."Mbakmu punya uang sepuluh juta kemarin, dan aku akan suruh dia jual emas-emasnya dulu nanti buat nutupin kekurangannya," sahut Aji dengan lesu. "Hahhhh … aku nggak tahu kalau uang itu habis, Bi. Aku kira uangnya memang disimpan, dan akan dikembalikan secepatnya," lanjut Aji lagi."Memangnya berapa semuanya?" tanya Abi tanpa menoleh."Tiga puluh delapan juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu!" Aji menyahuti.Abi diam, sedikit banyak dia sudah menebak jumlah uang yang Lisa pakai. Menurut penuturan Anwar, uang tabungan Jesi, Gina,
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)234. Murka Sri! (Bagian A)Abi sudah kembali, sambil membawakan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk untuk Aji. Dia memberikan piring itu kepada kakaknya, yang sudah menunggu dengan wajah yang terlihat sangat sumringah."Lama amat! Ngapain aja sih, kamu di dapur?" tanya Aji penasaran."Aku buat minum Mas, buat sirup. Aku nggak tahu sirupnya di mana, ternyata di letak Ibu di lemari bawah. Lagian ngambil es batunya juga susah, aku harus mengeluarkan tenaga dalam ekstra untuk mengeluarkan es batu itu!" kata Abi menyahuti.Dia lalu mendudukkan dirinya di lantai, dan bersandar di lemari jati milik kedua orang tuanya, tepat berhadapan dengan Aji yang kini makan sambil bersila di atas tempat tidur."Di bawah aja, Mas. Nanti kalau makanan Mas tumpah ke sprei milik Ibu, Ibu pasti akan mengamuk," kata Abi mengingatkan."Aku udah pw, Bi. Aku males turun," sahut Aji dengan cuek.Dia lalu melanjutkan makannya dengan lahap, hari ini ibunya m